“Alexandra!”Suara itu tak asing untuk Alexandra maupun Fiona. Keduanya melihat ke sumber suara, ada seorang pria berdiri dengan senyum yang menawan, di dekatnya ada dua pria lain yang berkasak-kusuk meminta Fandy untuk memperkenalkan Alexandra padanya.Alexandra sudah terlihat memesona sekarang semakin terlihat bersinar berkat campur tangan Christian. Hampir setiap minggu Alexandra melakukan perawatan eksklusif di sebuah salon terbaik di kota itu.Fandy tak memenuhi permintaan teman-temannya, dia malah menyuruh mereka untuk menunggu sementara dirinya menyapa Alexandra dan Fiona.Akan menjadi masalah besar jika Fandy menuruti kemauan kedua temannya mengingat Christian yang sangat protektif dan posesif. Lihat saja, di mana ada Alexandra pasti ada Anna menempel padanya, dan Fandy yakin masih ada banyak lagi di luaran sana para penjaga istri Christian Hoover yang tidak terlihat jelas.“Kak Fandy!” seru Fiona, wajah wanita itu tampak berbinar.“Hai, Fiona!”“Kenapa Kakak hanya menyapa Al
Hanya dalam hitungan menit Christian sudah tahu siapa dalang dari penculikan istrinya.Dia bahkan sudah menyusun rencana untuk sebuah pembalasan telah mengusik ketenangannya.Dering ponsel pintar Christian terdengar memenuhi setiap sudut ruangan. Selain menatap penuh amarah ke layar ponsel tersebut Christian juga menyeringai. Bagaimana tidak orang yang sedang menghubunginya adalah pelaku dari penculikan Alexandra.“Dasar bodoh!” umpat Christian sebelum mengangkat panggilan tersebut.Eric yang sejak tadi mendampingi Christian ikut mengumpat dalam hati.“Halo, Christian!”“Brengsek!” Balas Christian. Suara Christian terdengar begitu penuh amarah. Dari seberang sana terdengar suara tawa yang begitu renyah.“Bagaimana kejutan dariku? Apa kamu menyukainya?”“Jangan bermain-main denganku, Leo. Kamu tak akan menang dariku. Kita lihat setelah ini, apa kamu masih bisa tertawa?” ucapan Christian begitu dingin.Ya, benar. Pelaku penculikan Alexandra adalah Leo, sepupu Christian.“Sombong seka
Di sudut kota, di rumah mewah nan megah seorang ibu sedang melampiaskan kekecewaan dan kekesalan pada anak yang dia bangga-banggakan.Plaakkk!Sebuah tamparan mendarat di pipi pria berusia hampir kepala tiga itu, tanpa dia tahu duduk perkara yang membuat sang ibu begitu murka padanya.“Apa-apaan ini, Bu? Apa yang terjadi? Kenapa menamparku?” tanya Leo yang belum mengerti arah kemarahan sang ibu, tapi dia mulai bisa mengira-ngira kenapa ibunya bisa begitu marah.‘Apa karena penculikan Alexandra?’ Leo menerka dalam hati.“Apa? Kamu masih bertanya?”“Ibu, sudah. Kita bicarakan baik-baik pada Leo, jaga emosimu,” Oscar–suami Lynda mencoba menenangkan sang istri.Dengan diselimuti amarah Lynda meminta suaminya untuk tidak ikut campur urusan itu.Bagi wanita itu saat ini adalah waktu yang sangat genting untuk mempertahankan nama baik, tapi Leo justru membuat ulah.Lynda sedang memperjuangkan Leo agar menjadi ahli waris utama keluarga Hoover, tapi anak tak tahu diri itu justru membuat masalah
Di kediaman utama keluarga Hoover seluruh anggota utama keluarga berkumpul tanpa terkecuali Christian Hoover.Pemeran utama yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga. Keluarga Lynda tidak menyangka jika seluruh keluarga akan berkumpul di sana kecuali anak-anak di bawah umur.Semua mata tertuju pada Leo yang berjalan beriringan dengan Lynda. Beberapa dari mereka saling berbisik menggunjing keluarga itu.Semua pandangan baik tentang kesempurnaan keluarga itu akhirnya runtuh dalam sekejap saja.Leo mengedarkan pandangan, dia hanya melihat Christian di sana tanpa Alexandra.“Kalian tahu kenapa aku menyuruh kalian datang ke sini malam-malam seperti ini?”Pertanyaan James Hoover membuat pandangan Leo kembali fokus pada kakek tua yang duduk di kursi singgasananya.Lynda tampak cemas dan tak bisa berkata-kata, di sampingnya sang suami menggenggam erat tangannya memberi kekuatan dan keberanian.“I-iya, Ayah,” jawab Lynda.“Akan aku coret nama anakmu dari daftar ahli waris keluarga ini!” kata J
Jantung keduanya seperti tabuhan genderang yang memenuhi seluruh ruangan dengan cahaya yang temaram itu.“Iya, Mas Tian Sayang, aku sangat-sangat merindukanmu. Kenapa kamu tak pulang-pulang?” balas Alexandra.“Maafkan aku, Sayang. Banyak urusan yang harus aku kerjakan. Aku sampai tak sempat mengecek keadaanmu. Apa kamu baik-baik saja?” “Huummm. Aku baik-baik saja, Sayang.”“Apa yang kamu rasakan saat ini?” tanya Christian.“Aku hanya merasakan rindu padamu.”“Sejak kapan kamu pintar membual?” balas Christian.“Aku tidak membual, ini jujur dari dalam lubuk hatiku.”Christian terasa lebar, entah mengapa hati berbunga-bunga mendapat pernyataan seperti itu.‘Apa kamu sudah gila, Christian? Dia ini hanya istri jaminan yang kamu jadikan alat untuk mendapatkan warisan, sadarlah!’ monolog Christian berperang dengan batinnya.“Kamu tau, Tian Sayang?”“Tidak!” jawab Christian memotong ucapan Alexandra.Sontak saja dia mendapatkan cubitan kecil di pinggang karena Alexandra yang kesal.“Aku belum
Alexandra dan Christian mulai larut dalam buaian surga dunia tapi bel apartemen itu kembali berbunyi. Awalnya pria itu abai, tapi makin lama semakin berisik, membuat Christian berdecak kesal.“Sepertinya itu bukan David, Sayang,” ujar Alexandra dengan nafas yang tersengal-sengal setelah Christian melepaskan pagutan bibirnya.“Menyebalkan sekali, mengganggu saja!”Alexandra tersenyum lalu mengecup pipi pria itu. Wanita itu hendak mengatakan jika dia akan melihatnya, tapi Christian sudah lebih dulu beranjak.“Biar aku saja yang melihatnya, kalau perlu akan ku bunuh dia!” ucap Christian dengan kesal.Alexandra justru terkekeh melihat tingkah suaminya. Wajar saja Christian semarah itu, pasti dia susah mengendalikan hasrat yang mulai naik.Sementara suaminya membukakan pintu, Alexandra menuju kamar mandi untuk sekedar mencuci muka dan menggosok gigi.Christian menuju pintu dengan kesal, dalam hatinya terus memberi sumpah serapah pada orang yang mengganggunya sejak tadi. “Cari mati!” gumam
“Aku sudah selesai.” Christian mengelap bibirnya dengan kain yang tersedia.Christian melihat ke arah Alexandra yang hanya diam dan menatapnya penuh keraguan.“Ada yang ingin kamu katakan?” tanya Christian.Alexandra menggeleng lemah, tidak mungkin dia mengatakan jika ingin Christian berada di rumah saja untuk menemaninya. Karena pasti banyak pekerjaan yang sudah menanti, apalagi ini adalah awal minggu.“Tidak, aku hanya ingin mengatakan, semangat untuk hari, Sayang,” ujar Alexandra.“Terima kasih, Sayang. Maafkan aku, tapi aku harus segera berangkat, hubungi saja jika ada yang kamu butuhkan,” kata Christian. Kemudian mendaratkan kecupan di pipi kanan dan kiri Alexandra.“Ah, iya Sayang. Hati-hati di jalan.” Pada akhirnya Alexandra harus merelakan kepergian Christian.Alexandra kembali duduk di kursi sembari memandangi meja makan yang masih ada beberapa makanan yang tersisa dan tak tersenyum.Alexandra tersenyum kemudian mencari keberadaan Lisa.“Lisa, apa kamu sudah sarapan?”“Sudah
Alexandra mengambil benda pipih itu dari tasnya. Di layar datar itu muncul nama Harry–ayahnya–melakukan panggilan.“Papa.” Senyum terkembang dari bibir Alexandra.“Halo, Papa!”“Halo, Alexa. Bagaimana keadaanmu? Papa dengar kamu baru saja mengalami insiden yang tak terduga. Apa kamu baik-baik saja?”Terdengar nada bicara Harry sangat khawatir.“Aku baik-baik saja, Papa. Aku juga sudah berkuliah, Papa tak perlu khawatir.”Entah dari mana ayahnya itu tahu tentang kejadian yang dialaminya, tapi Alexandra merasa bahagia mendapat perhatian dari sang ayah.“Bagaimana keadaan Papa sendiri?”“Papa baik-baik saja, Alexa. Hanya saja–,” Harry menjeda kalimatnya.“Hanya saja apa, Pa?”“Ibumu keadaannya semakin memburuk, beberapa waktu lalu sempat drop. Tapi sekarang sudah kembali membaik.”Alexandra hampir lupa dengan kondisi Astari, dia juga sudah lama tidak mengunjungi wanita yang sudah hidup dengannya selama belasan tahun itu.“Syukurlah, semoga keadaan ibu akan segera membaik, Pa. Maafkan Ale