Nyonya Amanda memandang remeh pada Alexandra.
"Itu adalah surat pernyataan yang harus kamu tanda tangani. Pergilah dari kehidupan Christian sekarang juga dan jangan pernah muncul lagi di depannya. Sebagai gantinya aku akan memberimu banyak uang, kamu tak akan kesulitan untuk memenuhi biaya hidupmu."Alexandra terperangah mendengar ucapan ibu mertuanya. Dia tidak menyangka jika ibu mertuanya akan begitu merendahkannya. Jika memang ibu mertuanya tidak setuju dengan pernikahan itu, kenapa tidak datang lebih awal sebelum pernikahan itu terjadi, itulah yang ada dalam pikiran Alexandra saat ini.Nyonya Amanda mengambil sebuah kertas cek dari dalam tasnya."Berapa yang kamu inginkan? Satu Milyar, dua milyar, atau lebih dari itu? Aku akan menulisnya sekarang." Nyonya Amanda berkata dengan sangat enteng, tanpa memikirkan hati Alexandra yang koyak karena harga dirinya terinjak-injak.Situasi macam apa ini? Kenapa kehidupannya begitu dramatis seperti di novel-novel rumah tangga yang pernah Alexandra baca.Tanpa diperlakukan serendah ini pun Alexandra akan pergi dari kehidupan Christian tapi tidak sekarang, nanti, satu tahun lagi setelah perjanjiannya dengan Christian berakhir.Alexandra menarik nafas panjang, mengisi rongga dadanya yang terasa sesak dengan oksigen."Maafkan saya, Nyonya. Tapi Anda salah mengira. Saya memang benar-benar mencintai Mas Christian dan kami saling mencintai. Jadi tolong Nyonya simpan kembali cek itu. Saya tidak akan meninggalkan Mas Christian begitu saja, apalagi kami telah menikah, kecuali Mas Christian yang menginginkannya." Alexandra berucap dengan tubuh yang bergetar menahan takut. Christian sudah berpesan padanya jika hidup bersamanya tak akan mudah, maka Alexandra harus kuat saat mendapat tekanan dari segala arah.Nyonya Amanda tertawa mengejek."Cinta katamu? Omong kosong!" Nyonya Amanda menatap tajam pada Alexandra. Membuat gadis itu menunduk."Jika memang kamu memang mencintai Christian, buktikan padaku."Alexandra mulai mengembalikan posisi, menatap lurus pada manik coklat Nyonya Amanda, mata yang sangat berbeda dengan milik suaminya."Bagaimana saya harus membuktikan, Nyonya?"Kamu harus memberi keluarga Hoover keturunan laki-laki, dalam waktu satu tahun. Jika dalam satu tahun kamu tidak juga memberikan keturunan maka silakan angkat kaki dari kehidupan Christian tanpa membawa sepeser pun harta keluarga Hoover. Sama halnya jika kamu melahirkan anak perempuan."Alexandra terperanjat mendengar ucapan ibu mertuanya."Jadi bagaimana? Kamu memilih angkat kaki sekarang dengan uang yang berlimpah atau satu tahun lagi dengan konsekuensi dan pertaruhan yang lebih besar?"Alexandra menimbang dan memikirkan apa yang disampaikan oleh ibu mertuanya. Permintaan itu tidaklah buruk, jangka waktunya juga bersamaan dengan waktu perjanjiannya dengan Christian. "Jawaban saya masih sama, Nyonya. Saya akan tetap berada di sisi Mas Christian, kecuali dia yang ingin berpisah dari saya."Nyonya Amanda menatap Alexandra dengan sinis."Jadi itu maumu? Kalau begitu buktikan padaku jika memang kalian saling mencintai dengan memberiku cucu dan harus laki-laki."'Tapi sebelum itu terjadi akan aku pastikan Christian telah lebih dulu mendepakmu, aku tak akan tinggal diam,' monolog Nyonya Amanda dalam.Setelah berkata seperti itu, Nyonya Amanda keluar dari apartemen anaknya, dalam tempurung kepalanya dia memiliki sejuta cara untuk memisahkan Alexandra dengan anaknya.Alexandra bersandar di sofa. Tubuhnya bagai tak bertulang, tubuhnya bergetar. Dia baru saja menantang ibu mertuanya, entah apa yang akan terjadi kedepannya.Alexandra memijit pelipisnya yang terasa berdenyut."Cucu laki-laki, ya? Lucu sekali." Alexandra tertawa getir.Untuk apa dirinya memikirkan tentang keturunan, karena kedepannya dia akan berpisah dengan Christian.*"Pak, saya telah mendapatkan informasi mengenai kehidupan pribadi Nyonya Alexandra," kata Alvin yang baru saja masuk ke ruang kerja Christian."Silakan, Anda bisa memeriksa di email yang baru saja saya kirimkan," imbuh Alvin.Christian langsung memeriksa file yang baru saja dikirim oleh Alvin, kemudian membacanya satu per satu.File itu berisi tentang masa kecil Alexandra, bagaimana pernikahan ayah dengan ibu tirinya, kehidupan setelah Astari menjadi ibu tirinya.Kakak dan ibu tirinya yang sering berbuat semena-mena, tak jarang juga Alexandra mendapat kekerasan fisik dari Astari. Belum lagi Astari yang selalu mengambil uang jatah milih Alexandra."Gadis yang malang, kamu berhutang budi padaku karena aku telah menyelamatkan hidupmu," monolog Christian."Apa hanya ini saja? Kamu tak mendapatkan informasi tentang kekasih atau mantan kekasihnya?""Tidak ada, Pak. Sudah dapat dipastikan Nyonya Alexandra belum pernah berpacaran."Senyum tipis terbit dari bibir Christian.Suara notifikasi pesan masuk ke dalam ponsel Christian.[Pak, Nyonya besar datang ke apartemen untuk menemui Nona Alexandra.]Pesan itu masuk dari nomor David. Laporan kedua setelah sebelumnya David memberi laporan tentang ibu tiri Alexandra yang hampir saja menampar istrinya."Untuk apa Ibu menemui Alexandra?" gumam Christian.Christian mengepalkan tangan, dia sedang menebak kemungkinan kenapa ibunya menemui istrinya. Ibunya memang menentang pernikahannya dengan Alexandra, mungkin saja karena hal itu dia datang ke apartemen.Tak ingin pusing memikirkan ibunya, Christian kembali fokus pada pekerjaannya.Sore ini Christian mengakhiri pekerjaannya lebih cepat. Entah mengapa dia ingin segera memastikan kondisi Alexandra.Mobil mewah Christian melesat membelah jalanan kota yang mulai padat karena jam pulang kerja."Kamu sudah pulang, Mas?" Alexandra menyambut kepulangan Christian dengan senyum yang terukir di bibirnya. Dia meraih tangan besar itu lalu mencium punggung tangannya."Duduk!" Titah Christian dengan nada dingin tak berperasaan. Wajahnya sangat serius matanya menatap tajam ke arah istrinya.Alexandra pun menuruti titah suaminya dan duduk di depannya."A-ada apa, Mas?""Tadi Ibuku datang kemari?" tanya Christian penuh selidiki."Iya, Mas.""Apa yang dia katakan? Jawab dengan jujur, jangan coba-coba membohongiku. Sudah tertera dengan jelas dikontrak kita, jika aku akan melindungimu, jadi kamu tak perlu takut," ujar Christian.Alexandra menggigit bibir bawahnya, tanda bahwa dia cemas. Dia khawatir jika mengatakan yang sejujurnya akan menimbulkan perselisihan di antara ibu dan anak itu."Kamu tak perlu khawatir, aku akan bertengkar dengan Ibuku, kami memang sudah berselisih jauh sebelum pernikahan ini terjadi," ujar Christian.Pria itu seperti cenayang yang tahu keresahan hati Alexandra."Apa boleh aku mengatakan ini?""Katakan saja, jangan bertele-tele, aku tak cukup banyak waktu untuk menunggumu bicara." Dengan sedikit ragu-ragu, Alexandra akhirnya menceritakan kejadian yang sebenarnya."Nyonya Amanda mencium ada sesuatu di balik pernikahan kita, beliau memintaku untuk meninggalkanmu, dia akan memberiku sejumlah uang jika aku mau melakukannya," ujar Alexandra."Lalu, kamu setuju?" Alexandra menggelengkan kepala.Ada senyum tipis di bibir Christian yang tertangkap oleh penglihatan Alexandra.'Apa dia tersenyum? Ah, mungkin aku salah lihat,' batin Alexandra."Lalu, apa yang kamu katakan pada ibu saat kamu menolaknya?" Christian menanyakan itu untuk menyamakan jawaban kelak jika ibunya melakukan hal yang sama."Aku mengatakan bahwa aku mencintaimu, kita saling mencintai satu sama lain. Dan aku akan pergi jika kamu yang menginginkan," jujur Alexandra."Saling mencintai, ya?" lirih Christian.Christian kembali menatap Alexandra."Maafkan aku, Mas. Hanya kata itu yang terbesit dalam otakku.""Tidak masalah, alasan yang tidak terlalu buruk. Kamu cukup bisa diandalkan rupanya!"Alexandra terdiam, tak tahu harus menanggapi seperti apa. Perkataan itu terdengar seperti pujian, tapi hatinya tak merasa senang."Hanya itu? Aku tidak yakin Ibuku hanya mengatakan hal itu saja!" Christian kembali menelisik.Ada kegelisahan yang terpancar dari air muka Alexandra."Katakan!""Nyonya Amanda memberikan syarat jika aku ingin tetap bersamamu.""Syarat? Apa itu?""Ki-ta harus memberikan cucu laki-laki untuk keluarga Hoover dalam waktu satu tahun, jika tidak aku harus meninggalkanmu. Bukankah waktunya pas sekali dengan masa perjanjian kita?" Alexandra tersenyum getir.Tidak ada perjanjian seperti itu di antara Christian dan kakeknya. Christian yakin Nyonya Amanda hanya ingin memisahkannya dengan Alexandra, kemudian menikahkannya dengan wanita pilihannya."Kamu benar sekali. Waktu yang sangat
Alexandra dan Christian kompak melihat ke arah sumber suara.Erinna!Erinna menatap nanar pada sepasang tangan yang saling mengikat. Erinna segera merubah air mukanya dan tersenyum semanis mungkin pada Christian."Sedang apa kamu di sini?" tanya Erinna, suaranya terdengar lembut."Kamu tidak lihat? Aku sedang bersama istriku, sudah pasti kami akan makan malam bersama," jawab Christian terdengar begitu dingin.Erinna menyelipkan rambut ke daun telinganya, merasa mati kutu dengan jawaban Christian. Namun, wanita itu tak habis akal untuk bisa bersama Christian."Kebetulan kalau begitu, aku juga ingin makan di sini, bagaimana kalau aku bergabung dengan kalian?"Christian mengeratkan tubuhnya pada Alexandra, kemudian memeluk tubuh ramping istrinya dari samping. Menciptakan kemesraan di antara keduanya.Meski canggung, Alexandra mencoba mengikuti permainan suaminya."Aku tidak yakin kamu akan kuat melihat kemesraan kami, Erinna.""Benar begitu, Sayang? Kamu pasti tidak setuju jika ada orang
Malam semakin beranjak, alunan musik klasik yang menggema ke seluruh sudut restoran menambah suasana di ruangan privat itu kian romantis. Setelah menghabiskan seluruh hidangan yang ada, Christian memutuskan mengakhiri sesi makan malam itu."Ada tempat yang ingin kamu kunjungi sebelum kita pulang?" tanya Christian pada istrinya."Apa boleh kita mampir ke supermarket sebentar? Bahan makanan di kulkas sudah tak ada lagi.""Tentu saja, kenapa tidak?" balas Christian.Christian melajukan kendaraannya menuju supermarket yang tak jauh dari apartemen.Sepanjang perjalanan itu, Christian kembali ke mode awal, diam dan dingin. Kemana hilangnya kehangatan yang tadi tercipta saat di restoran? Entahlah, hanya pria itu sendiri yang tahu.Melihat suaminya yang kembali menjadi papan kayu, Alexandra hanya mengikuti alur yang suaminya ciptakan, dia memandang gemerlap dan padatnya kota dari jendela kaca di samping kirinya."Kapan kamu akan berangkat kuliah?" Perta
Di sinilah sekarang Alexandra berada, di balkon kamarnya. Dengan menyilangkan kedua tangannya, Alexandra memandang keramaian kota dari ketinggian. Udara malam kota tak seberapa dinginnya dibandingkan dengan suasana apartemen mewah itu.Setelah pulang dari supermarket, Christian langsung berganti pakaian dan pergi entah kemana, tanpa sempat Alexandra bertanya.Bertanya? Bolehkah Alexandra melakukan hal itu? Entahlah. Christian benar-benar tidak bisa ditebak, pria itu terkadang hangat dan terkadang dingin.Alexandra masuk dalam lamunannya. Memikirkan bagaimana nasibnya nanti setelah menjadi janda dari seorang Christian Hoover. Kehidupan percintaan setelah dia menyandang gelar janda."Janda, ya?" Gumam Alexandra, kemudian menertawakan dirinya sendiri.Alexandra menghela nafas, berat. Alexandra melakukan peregangan agar tubuhnya lebih terasa santai."Hah." Alexandra mengeluarkan nafas sambil mengayunkan tangannya. Kemudian memegang pembatas balkon, melihat ke bawah, dan bergidik ngeri."T
Menjelang pagi, Alexandra terbangun dari tidurnya, tubuhnya terasa remuk redam bagai orang yang baru saja mengalami sebuah kecelakaan, lelah masih merajai hingga enggan membuka mata.'Aduh, kenapa badanku pegal-pegal. Apa semua orang mengalami hal yang sama denganku setelah melakukannya?' monolog Alexandra dalam hati.Alexandra mengangkat tangan suaminya yang melingkar di tubuhnya."Ssss." Alexandra mendesis, saat merasakan bagian inti tubuhnya terasa nyeri."Apa sakit sekali?" tanya Christian, mengejutkan Alexandra.Wanita itu menoleh pada suami yang matanya masih tertutup rapat itu"Iya, Mas. Apa aku membangunkanmu?" jawab Alexandra dengan malu-malu.Christian memeluk erat tubuh istrinya, mendaratkan kecupan di pipi Alexandra. Kecupan itu berpindah ke bibir dan menjadi sebuah ciuman hangat."Tunggu sebentar, aku akan siapkan air hangat untuk mandi."Christian bangkit dari tidurnya, berjalan menuju lemari khusus untuk keperluan mandi, mengambil
Melihat siapa yang datang, membuat dada Alexandra mendadak sesak. Bagaimana tidak wanita itu adalah wanita yang mengantar suaminya di malam pengantinnya dalam kondisi mabuk. Lalu, saat di restoran ketara sekali jika wanita itu ingin bersama suaminya.Alexandra tak berminat untuk membukakan pintu, lalu memutar tubuhnya, berjalan meninggalkan pintu, namun suara bel itu kembali berbunyi. Kali ini, terdengar seperti tak sabar dan menuntut untuk segera dibukakan pintu.Alexandra menghembuskan nafas dengan cepat. Dengan berat hati dia membuka pintu untuk orang yang menekan bel seperti orang kesetanan itu."Ada perlu apa, Nona? Tidak bisakah Anda menekan bel dengan lebih sopan?" tanya Alexandra.Ya, Alexandra adalah penghuni apartemen ini sekarang, maka dia berhak melakukan apapun demi kenyamanannya.Tanpa permisi wanita itu mendorong Alexandra lalu berjalan masuk ke dalam apartemen. Alexandra hanya bisa menghembuskan nafas pelan.Dengan wajah yang tak ramah, w
Christian berjalan menuju ke kamar mandi, lalu membersihkan diri.Selama suaminya berada di kamar mandi, Alexandra bergegas menuju dapur untuk sekedar membuat minuman hangat.Christian keluar dari kamar dengan rambut yang basah dan acak-acakan seperti anak kecil yang baru selesai mandi."Aku buatkan teh hangat, Mas."Alexandra membawa dua cangkir teh dan kudapan ke meja yang berada di depan televisi, tempat di mana suaminya berada.Pria itu tak menanggapi ucapan Alexandra dan sibuk dengan tablet pintarnya.Keheningan terjadi, karena bosan, Alexandra menyalakan TV dan memilih channel yang sekiranya menarik untuknya."Apa itu masih sakit?" tanya Christian dengan wajah datar.Alexandra hanya diam, wajahnya bersemu merah saat mendapat pertanyaan seperti itu. Sekilas Christian melirik pada suaminya, lalu tersenyum tipis."Mas, boleh aku bertanya sesuatu?""Hhmm," jawab Christian.Alexandra memainkan bajunya, ragu-ragu untuk melontarkan per
"Halo, Chris!" Erinna memasuki ruang kerja Christian setelah mendapat izin dari pemilik ruangan.Christian menghentikan kegiatannya, lalu menatap tajam pada Erinna."Untuk apa kamu datang ke mari, Erinna?""Aku hanya ingin melihatmu, Chris. Hari ini aku free, jadi aku mengunjungimu sebentar. Aku sangat merindukanmu, Christian. Apa kamu tak merindukanku, Chris?" Christian hanya menatap tajam ke arah Erinna.Erinna berjalan mendekati mantan kekasih yang sebenarnya masih sangat dia dambakan.Tiga tahun yang lalu Erinna menolak ajakan Christian untuk menikah, dia yakin pria itu akan setia menunggunya, sebab tak pernah ada kabar Christian dekat dengan wanita lain. Kalaupun ada, Erinna selalu berhasil menyingkirkan wanita itu.Tapi siapa sangka, Alvin tiba-tiba memberi tahu jika Christian akan menikah dengan wanita lain."Kenapa kamu tak mengatakan apapun, jika kamu hanya menikah kontrak dengan gadis ingusan itu? Aku bisa salah paham, Chris."Christian