Share

Bab 2 Status Palsu

Dibawanya Revalina masuk ke sebuah perumahan mewah dengan tangan dan mulut yang masih terikat. Ia kembali berontak ingin berlari, tetapi dua pria kekar yang memegangnya lebih kuat. 

"Buka penutup mulutnya itu," ucap seorang wanita yang baru saja turun dari tangga. 

Revalina melihat satu-persatu langkahnya yang semakin dekat. Terlihatlah jelas wanita paruh baya dengan baju berwarna merah. Ia tersenyum ke arah gadis itu sehingga membuatnya bergidik ngeri. 

Revalina bermohon dengan keadaan tangannya yang masih diikat serta dipegangi oleh dua pria berbaju hitam itu, "Tolong lepaskan, saya tidak punya salah padamu. Saya tidak mengenalmu, tolong biarkan saya pergi." 

Wanita itu berucap membuat Revalina terkejut, "Jadilah wanita lain untuk merusak hubungan putraku dengan tunangannya!" 

Netra gadis itu membola kala mendengar penawaran wanita tersebut, "Apa?" 

"Ayahmu terlilit hutang, saya akan memberikan sejumlah uang jika kamu berhasil membuat putraku menjauhi tunangannya." 

"Mengapa anda tahu kalau keluarga saya punya hutang?" tanya Revalina penasaran. 

"Mudah saja bagi saya untuk mencari informasi seseorang!" ungkap wanita tersebut tersenyum sombong. 

Kemudian, wanita itu melempar beberapa foto ke lantai. Foto ketika Revalina masuk ke kamar hotel, beberapa jam yang lalu anak buahnya telah mengabarkan pada wanita tersebut kalau di hotel ada seorang gadis yang membuat keributan antara putra dan tunangannya. 

"Dia putra saya, dan wanita yang sempat kau temui adalah kekasihnya." 

Revalina mengingat putra dari wanita tersebut adalah seorang pria matang, lebih tepat menjadi ayah daripada kekasih. Walaupun parasnya mampu menyaingi para anak muda di luar sana, tetapi tetap saja usianya jauh di atas Revalina. 

"Mengapa anda menawarkan ini pada saya?" tanya Revalina. 

"Karena mengendalikan orang miskin seperti dirimu dengan uang akan lebih mudah daripada berurusan dengan wanita yang sempurna memiliki segalanya." 

Wanita itu tidak ingin harta kekuasaannya jatuh ke tangan tunangan putranya karena dianggapnya berbahaya. 

"Jangan kelamaan berpikir atau kamu akan dipaksa menikah lagi dengan bandot tua itu." 

Revalina menatap nanar, pikirannya tidak bisa konsentrasi untuk memilih satu hal. Apalagi yang ia pilih akan menyangkut masa depannya. Ia tidak mau jika menjadi istri dari tukang rentenir itu, apalagi ia akan menjadi istri ketiganya. Namun, memilih pekerjaan menjadi orang ketiga dalam hubungan orang lain juga bukan sebuah keahliannya. 

"Jadi putuskan salah satu pilihanmu sekarang juga!" 

Revalina menarik nafas beratnya, "Saya siap untuk menjadi wanita perusak hubungan putramu." 

Wanita itu tersenyum puas sambil berucap, "Saya tahu kalau gadis sepertimu pasti tidak akan menolak pekerjaan ini." 

Ia juga menyuruh kedua anak buahnya untuk melepaskan ikatan di tangan Revalina. Revalina merasa lega, tetapi hatinya belum tenang karena pekerjaannya tidak main-main.

"Kau akan menjadi baby sitter untuk cucuku, tapi itu hanya laporan pada anak saya saja karena pekerjaanmu yang sesungguhnya bukan ini, paham?" 

Gadis itu mengangguk memahaminya, lalu wanita itu memanggil pembantu utamanya untuk membawa Revalina pergi dari hadapannya. Revalina di berikan tempat istirahat dan juga pakaian baby sitter. 

Setelah menunjukkan tempat istirahat untuknya, pembantu itu mengatakan pada Revalina untuk segera mengganti pakaian dan pergi ke kamar anak yang akan diurus olehnya, kamarnya ada di lantai atas di barisan ke dua dari kamar-kamar yang berjejer dekat tangga. 

"Baik," jawab gadis itu. 

Usai mengganti pakaian, ia pergi menemui cucu wanita tadi. Revalina melihat anak perempuan itu sedang murung, lalu Revalina mengoceh, "Hey cantik, mulai hari ini aku yang akan menjagamu." 

Namun, gadis kecil itu tidak menjawab, ia hanya meliriknya saja. Revalina tidak patah semangat, ia kembali berbicara, "Ingin dengar cerita?" 

Revalina pun duduk di dekatnya, "Dahulu kala, ada seorang putri cantik jelita yang sering murung karena ditinggal pergi oleh sang Ibu, kau tahu apa yang terjadi selanjutnya?" 

Anak itu mulai merasa tertarik dengan cerita yang dibawakan Revalina. Revalina pun melanjutkannya, "Tuan Putri kemudian berdoa dan akhirnya Tuhan mengirimkan seorang bidadari baik hati untuk menjadi ibunya." 

Tap tap tap 

Suara sepatu semakin dekat ke arah Revalina yang sedang mengobrol dengan gadis kecil yang baru berusia lima tahun itu. Anak itu melirik ke arah pintu, terlihatlah ada seorang pria yang tengah berdiri di ambang pintu. 

"Papa," sapanya sambil berlari memeluk pria itu. 

Pria tersebut berjongkok membalas pelukannya, lalu mengusap lembut kepala putrinya. 

Gadis itu melepaskan pelukannya yang kemudian berucap sambil menunjuk pada Revalina, "Papa, mulai sekarang Kakak itu yang akan menemaniku bermain." 

Netra mereka saling bertemu, membuat Ayah gadis itu melotot dan terkejut, "Apa yang kau lakukan di sini? Kau mengikutiku gadis tengil?" 

Revalina hendak menjawab, tetapi ibunya pria itu datang. 

"Sayang, kamu sudah pulang?" 

Pria itu berbalik pada sumber suara tersebut, "Iya, Ma."

Wanita itu tersenyum kemudian berkata, "Oh, ya sayang ini baby sitter baru di rumah kita yang akan mengurus segala kebutuhan anak kamu." 

"Apa? Gak salah?" tanyanya pada sang Ibu. 

"Lho, kenapa?"

"Cari perempuan lain, gak usah dia." 

"No, Mama udah pilih dia. Dia adalah gadis yang baik, dan kayaknya anakmu juga suka." 

"Aku tidak terima dengan keputusan Mama, pergi dari sini sekarang juga!" 

Revalina tercengang, ia sudah menyetujui keinginan dari ibunya pria itu, karena demi uang untuk membayar hutang orang tuanya. Namun, ternyata pria yang harus dihadapinya sangat killer. 

"Gak bisa gitu, dong. Ini keputusan Mama yang gak bisa diganggu gugat lagi!" 

Anaknya menatap kesal pada sang Ibu yang kemudian berkata pada Revalina dengan sorot matanya yang sangat tajam, "Gadis pembawa sial! Penghancur hubungan saya!" 

Ibunya menahan senyuman, ia merasa senang dengan apa yang baru saja di dengarnya. Ia berharap kalau mereka berdua akan renggang untuk selamanya. 

Revalina tidak terima diperlakukan dengan tuduhan seperti itu, "Lho kok jadi nyalahin saya? Pacar bapak aja yang baperan, bukannya dengerin dulu penjelasan malah langsung ngambek kayak gitu, kalau saya jadi Bapak mending dibuang aja pacar kayak gitu nyari yang baru." 

Lagi-lagi ibunya pria itu tersenyum mendengar ucapan Revalina. Namun, Barra menatap jengkel pada gadis tersebut, dengan beraninya Revalina menyarankan hal seburuk itu. 

"Memangnya kamu pikir nyari pacar itu kayak nyari makan? Gadis gak tahu diri!" 

"Heh, enak saja bilang saya gak tahu diri, memangnya situ tahu diri?" 

Pria tersebut kesal, menarik tangan Revalina, lalu mendorongnya keluar rumah. Akibat perlakuannya, bukannya takut justru Revalina menjadi geram. 

Ibunya berkata, "Felix! Kamu apa-apaan bersikap kasar sama Revalina?! Dia sangat membutuhkan pekerjaan demi menyambung hidupnya, dia juga gadis yang baik." 

Felix Bratajaya, putra tunggal di keluarganya itu memandang jengkel pada ibunya. Kedua tangannya mengepal, hatinya berbicara bahwa tidak akan mengampuni gadis tersebut.

Sang Ibu berdeceh lalu berkata, "Kau tahu sendiri bagaimana anakmu, bukan? Dia satu-satunya wanita yang bisa merebut perhatian anakmu!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status