Share

Istri Jaminan untuk Sugar Daddy
Istri Jaminan untuk Sugar Daddy
Penulis: Ailah Sarii

Bab 1 Melarikan Diri dari Pernikahan

Seorang gadis cantik berbaju pengantin melarikan diri menyusuri lorong sebuah hotel. Seorang pria tua dan anak buahnya berusaha mengejar. Revalina Aruna, wanita berusia 20 tahun berkulit putih bersih itu semakin panik, diketuk-ketuknya pintu-pintu kamar hotel, hingga ada salah satu kamar hotel terbuka. Revalina tersenyum penuh harap dan langsung masuk dan menutup pintu tanpa izin. 

"Hey, siapa kamu, ngapain masuk ke sini?" tanya seorang pria dengan nada tinggi. 

Suaranya membuat gadis itu tersentak, bulir bening berjatuhan dari pelupuk mata, "Tuan, saya mohon bantulah saya!" 

Pria matang itu kembali berbicara sembari menarik paksa untuk mengeluarkan Revalina, "Saya tidak mengenalmu, sebaiknya kamu keluar sekarang juga!" 

Wanita itu terisak, "Saya mohon, saya akan melakukan apapun yang Bapak minta, asalkan bantulah saya." 

Melihatnya yang terus menangis, lelaki itu semakin geram, "Bisakah kau diam?"

Pintu kamar kembali diketuk dari luar, sehingga membuat netra Revalina membola. Pria bertubuh tinggi itu membuka pintu, Revalina menyusup bersembunyi di balik pintu yang sedikit terbuka itu. 

"Maaf, apa Anda melihat seorang wanita berpakaian pengantin di sekitar sini?" Sosok pria tua berjas bertanya.

Lelaki tadi melirik ke arah Revalina, gadis itu menggeleng penuh harap. Kedua tangan menutup mulut agar isak tangisnya tidak terdengar. Lelaki yang masih mengenakan mantel tidur tersebut berdecih lalu berkacak pinggang.

"Saya dari tadi di dalam kamar sendiri, tolong jangan buat keributan. Atau saya akan panggilkan petugas keamanan!" cebiknya seraya sedikit melongok keluar kamar menyaksikan beberapa orang melakukan hal sama. "Kalian mengganggu ketenangan hotel ini dengan menggedor pintu kamar hotel setiap penghuni? Sungguh tidak sopan," imbuhnya menatap penuh intimidasi.

Melihat raut muka lelaki itu, si pak tua segera mengambil tindakan aman. "Maaf mengganggu waktu istirahat Anda, kalau begitu saya permisi!" katanya. 'Dari sikap dan cara bicaranya sudah memperlihatkan bahwa dia bukan orang biasa, akan sangat berbahaya jika aku berurusan dengan orang seperti itu. Lebih baik aku pergi mencari di tempat lain,' bisiknya dalam benak seraya meninggalkan tempat tersebut.

Cklek! Pintu kembali tertutup

"Terima kasih banyak, Pak. Saya tidak tahu harus berkata apa, selain ucapan itu."

"Saya tidak ada urusan lagi denganmu, jadi tolong pergi sekarang juga." 

"Apakah saya boleh meminta bantuan satu lagi?" 

"Katakan." 

Revalina meminta pakaian ganti karena tidak mungkin sepanjang waktu mengenakan gaun tersebut, walaupun ia tidak tahu akan pergi kemana karena tidak mempunyai tujuan yang jelas. 

Pria itu bergerak membuka lemari mengambil piyama, "Hanya itu yang saya punya di sini, pergi ke kamar mandi dan ganti pakaianmu." 

Revalina termenung sejenak, tetapi diterimanya baju itu. Beberapa menit kemudian ia kembali dari kamar mandi, tetapi pada saat bersamaan seorang wanita masuk ke ruangan tersebut, memeluk erat tubuh pria tadi. 

Wanita itu melepaskan pelukannya, lalu memegangi tangan prianya sembari berkata, "Sayang, aku kangen banget sama kamu." 

"Aku juga sayang," ucapnya sembari melirik ke arah Revalina yang sudah berada di depan pintu kamar mandi. 

Wanita dengan piyama itu tercengang ketika melihat kemesraan dari mereka berdua. Ia menyernyitkan keningnya sembari berkata di dalam hati, 'Oh jadi pria itu sudah mempunyai pasangan, lalu bagaimana jika wanita tersebut akan salah paham padaku?' 

Sorot matanya telah membuat wanita itu melirik ke arah tersebut. Matanya melotot ketika berhasil menemukan Revalina. 

"Jelaskan padaku, siapa wanita ini?!" tanyanya dengan tegas. 

Mulutnya membisu membuat wanitanya marah, menarik paksa Revalina dari tempatnya. Ditatapnya wajah itu sembari berkata, "Ngapain kamu di sini?!" 

"Aku tidak tahu perempuan itu siapa dan dari mana asalnya, tetapi dia hanya bersembunyi di sini dari kejaran para pria." 

Wanita itu berdecak kesal, "Aku tidak percaya dengan penjelasanmu, mana mungkin dia bersembunyi di sini dengan memakai bajumu." 

"Dia memang meminjam pakaianku, sayang." 

Ia membelalakkan matanya, lalu mencengkram tangan Revalina, menyuruhnya untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Melihat kekasihnya bersikap kasar, pria itu menarik tangannya, mengentikan agar bicara baik-baik pada orang lain. 

"Oh kamu belain dia daripada aku? Berarti benar kalau kamu itu selingkuh, dan entah apa yang udah kalian berdua lakukan di sini. Aku gak nyangka, kamu bermain-main di belakangku, dengan wanita seperti dia lagi!" 

"Kamu salah paham, aku bisa jelasin." 

"Tidak ada yang perlu dijelaskan, semuanya sudah terlihat jelas di mataku!" 

Wanita itu marah, ia pergi meninggalkan kamar tersebut sambil berlari. Pria itu berusaha mencoba menjelaskan, tetapi wanita tersebut tidak mau mendengarkannya sedikit pun. 

"Maaf saya ..." 

"Keluar sekarang atau aku panggilkan orang-orang tadi untuk meringkusmu di sini!" Mata pria itu nyalang membuat gadis tersebut bergidik ngeri. 

"Saya tidak tahu harus kemana? Saya tidak punya tempat tinggal." 

"Saya tidak peduli denganmu, mau kamu punya tempat tinggal ataupun tidak, itu bukan urusan saya!" 

"Pak, saya mohon berikan saya pekerjaan apapun. Mungkin untuk menebus kebaikan Bapak, saya bisa bantu-bantu Bapak." 

"Itu tidak perlu, saya tidak membutuhkanmu ataupun tenagamu." 

"Saya tidak akan meminta upah, Pak. Saya berjanji akan bekerja dengan baik," lirih Revalina. 

"Diam! Saya muak denganmu, saya tidak mau melihat wajahmu di mana pun juga! Jadi tolong pergi dari sini sekarang juga!" 

"Pak."

Pria itu mendorong tubuh Revalina keluar kamar tersebut, membuatnya hampir tersungkur ke lantai. Ditatapnya pintu itu, 'Aku harus kemana? Aku tidak memiliki siapapun di sini.' 

Gadis itu mengendap-endap seraya memperhatikan keadaan. Takut orang yang mengejarnya masih berada di sekitar sana. Melihat keadaan aman, dia kembali berlari sekuat tenaga menuju area bawah. Gadis itu menyelinap keluar hotel lewat pintu belakang.

Gadis itu berjalan dengan perasaan was-was. Baru saja bernafas lega, tiba-tiba dua orang pria berbaju serba hitam mencegatnya, memaksa Revalina untuk masuk ke dalam mobil. 

"Lepaskan saya!" 

"Masuklah, jangan membuat kami berbuat kasar padamu, Nona!" kata salah seorang di antara mereka. 

"Tolong-tolong!" 

Dengan cepat, dua pria itu memasukkan Revalina. Revalina berontak di dalam sana sambil terus berteriak meminta tolong. Akhirnya, mulutnya ditutup dengan kain, dan kedua tangannya pun diikat dengan tambang. Revalina tidak berdaya untuk melepaskan diri dari sana. Meminta pertolongan pun sudah mustahil karena tidak akan mungkin terdengar orang lain. 

Tubuhnya terus bergerak ke kiri dan kanan membuat pria itu kesal, sehingga mencengkram pipi Revalina, "Diam atau saya akan melenyapkanmu!" 

Revalina menggerakkan kepalanya karena merasa jijik disentuh pria jahat itu. Revalina mencoba melepaskan diri lagi, sehingga membuat mereka kembali berbicara, "Sampai kapanpun, kamu tidak akan bisa lepas dari kita."

Mobil pun melaju begitu kencang, Revalina memperhatikan dua pria yang ada di sampingnya. Ia tidak bisa melihat pria di balik penutup wajah itu. 

'Apa mereka anak buah rentenir tua bangka itu? Tamat sudah riwayatku.'

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status