Ada rasa tidak nyaman di benak Felix, sehingga melepaskan lengannya dari pinggang Raisa terus mendekatinya menjadi semakin dekat. Ia menarik lengan wanita itu menjauh dari keberadaan istri dan anaknya. Felicia bertanya-tanya tentang ada apa di antara mereka berdua, terpaksa Revalina harus berbohong demi reputasi Felix yang bisa saja tersebar lewat Felicia. "Sayang, Papa sama Tante itu kayaknya lagi ada masalah, mending kita tunggu di bangku ini aja sambil makan es krim, di sana ada yang jualan es krim tu, Mama beliin yang paling enak."Anak itu menurut ikut dengan Revalina yang membeli makanan tersebut di sana, Felicia menikmatinya sambil duduk di bangku bercat cokelat bersama Ibu tirinya. Sedangkan, Felix sedang menegur Raisa untuk tidak bersikap kelewatan ketika di hadapan mereka berdua. "Mereka berdua? Jadi kamu gak mau kemesraan kita dilihat oleh Revalina bukan hanya Felicia, benar?" "Ya aku gak enak aja, sedangkan mereka ngeliatin kita gitu." "Apa salahnya? Revalina itu cuma
Felix menegur Revalina karena seharusnya kalau mau masuk kamar mengetuk pintu. Revalina pun tidak mau kalah, tentu saja ia berkata biasanya juga satu kamar, seharusnya Felix ingat tentang hal itu. "Jadi maksudmu saya yang salah?" "Ya bisa dibilang itu, kan Bapak tahu sendiri kalau saya juga di ruangan yang sama." "Saya pikir kamu masih di taman," kilah Felix. Revalina hanya mengangkat sebelah alisnya saja, lalu membuntuti Felix yang sedang bercermin sambil menyisir rambutnya. Felix menghentikan kegiatannya melihat Revalina di belakangnya dari cermin tersebut. "Ngapain di situ? Sana keluar," titahnya. "Saya mau bicara," jawabnya. "Tinggal bicara aja gak usah banyak basa-basi." Wanita muda itu menghela nafasnya, ia pikir siapa juga yang sedang basa-basi? Felix memang terkesan aneh ketika sikapnya sensitif seperti itu. Revalina meminta Felix untuk tidak memecat pembantu tadi yang bertabrakan dengannya, tetapi justru Felix berkata kalau Revalina tidak mempunyai hak untuk itu. "Sa
Di tengah ruang tamu, Raisa berjingkrak-jingkrak saking senangnya karena mendapatkan kabar dari Felix yang sakan segera bertunangan dengannya. Ibu dari gadis itu melihat kegembiraan yang terpancar dari putrinya. Wanita itu tahu tentang kabar tersebut karena memang Felix sendiri yang datang menemui Raisa dan keluarganya. "Raisa, kamu jangan senang dulu. Ini hanya sebatas pertunangan, Felix masih punya istri yang resmi diakui oleh umum." "Aku tahu, Ma. Tapi aku yakin kalau Felix itu cuma cinta mati sama aku, jadi Mama gak usah khawatir tentang si Revalina karena dia gak berguna bagi Felix. Lagian, kalau Felix udah dapet hak warisnya pasti si Revalina ditendang keluar." "Kamu yakin dengan ucapanmu itu? Bagaimana jika sebaliknya?" "Maksud Mama, aku yang bakalan ditendang sama Felix?" "Ya Mama hanya khawatir sama kamu, bagaimana jika nanti Felix malah jatuh cinta sama perempuan itu. Paling kamu yang bakalan dibuang gitu aja sama dia," jelas wanita tersebut. Raisa menggelengkan kepala
Di tengah heningnya suasana pagi, Felix tengah melihat-lihat koleksi barang-barangnya. Di sana ada berbagai macam pakaian, sepatu, dan yang lainnya dengan kualitas yang tidak main-main. Semua barang-barangnya terlihat jelas dari luar karena memang di simpan pada lemari yang memiliki banyak kaca bening. Revalina datang memenuhi perintah darinya, ia berdiri tepat diujung lemari-lemari yang berjejer di sana. Felix memintanya untuk mendekat, Revalina berdiam diri di samping pria tersebut. "Tolong pilihkan pakaian dan sepatu untuk acara pertunangan saya," pinta pria tersebut. "Kenapa saya, Pak?" tanya Revalina. Felix kebingungan untuk memakai pakaian yang mana di acara pertunangannya. Ia tidak mau ambil pusing sehingga memerintah Revalina yang memilihnya, yang terpenting pakaiannya pantas untuk dipakai ke acara tersebut, itulah yang Felix inginkan. Revalina melongok melihat banyaknya barang yang tertata rapi dan bersih di tempat tersebut. Ia akan kesulitan dalam memilih, tetapi perint
Vina menatap heran pada menantunya, ia tidak melihat kalung yang kala itu dipakaikan oleh Felix padanya. Penasaran membuatnya menanyakan langsung. Revalina kesulitan menjawab karena memang pertanyaan itu sulit untuk dijawab. Ia tahu kebenarannya kalau kalung tersebut bukanlah untuknya melainkan untuk Raisa. "Revalina?" "Mmm, kalungnya copot, Ma. Gak sengaja ketarik," jelasnya terbata-bata. Vina masih diam, ia sedikit tidak percaya karena perkataan Revalina seperti orang yang sedang tidak jujur. Netranya beralih pada sang anak yang baru saja menuruni anak tangga. Dipanggilnya Felix, lalu menanyakan perihal tersebut. Revalina mengangguk ketika Felix melihat ke arahnya, sedangkan Vina masih mempertahankan putranya itu. Felix mengiyakan pertanyaan dari ibunya kalau kalung itu memang copot, ia juga berencana untuk membawa Revalina ke toko perhiasan lagi. Membeli kalung yang baru dan menjual yang sudah rusak itu. Wanita itu percaya, sepasang suami istri tersebut pergi bersama, padahal
Ditusuk dari belakang itu sangatlah menyakitkan, walaupun Revalina tidak pernah tahu rasanya diselingkuhi oleh pasangan karena ia belum pernah memiliki hubungan apapun dengan pria sebelumnya, tetapi ia tetap merasakan sakit hati orang lain. Sesekali, gadis itu melihat Felix yang tengah memilih-milih pakaian. Revalina tidak tega jika Felix harus tahu sekarang tentang kenyataan pahit itu, apalagi saat ini Felix sedang bahagia karena hari pertunangan tinggal sebentar lagi. Revalina tidak ingin membuat harinya menjadi buruk. Felix berbalik melihat ke arah istrinya menanyakan baju mana yang mau ia pakai untuk acara nanti, Revalina yang terkejut takut Felix melihat Raisa bersama pria lain, ia pun langsung menarik tangan Felix menajuhi tempat tersebut. Pria itu heran dengan sikapnya kali ini, tetapi Revalina berusaha mengalihkan perhatiannya mengatakan kalau ia mau memilih pakaian di tempat yang lainnya karena memang toko itu sangatlah luas. "Kenapa gak bilang, malah dorong-dorong saya."
Satu keluarga sedang menikmati santapan lezat di makan malam, hanya saja acara kecil itu justru terganggu karena ucapan Vina yang membuat Felix tersedak makanan. Vina mengatakan kalau ia pernah melihat Raisa sedang menggandeng tangan pria tua di pinggir jalan tepatnya di depan kafe. Felix yang terkejut pun terbatuk-batuk membuat Revalina memberikannya air minum. Felix merasa lebih baik setelah minum, Vina menatap heran karena anaknya seterkejut itu setelah mendengar ucapannya seperti masih menyisihkan ruang untuk Raisa di dalam hatinya. "Kenapa? Apakah kamu masih nyimpan perasaan sama wanita itu?" "Nggaklah, Ma. Aku udah punya Revalina," jawabnya sambil mengusap kepala gadis tersebut membuat mengunyahnya nyaris berhenti. Vina yang penasaran membuatnya semakin memanas-manasi Felix dengan mengatakan kalau Raisa sangat mesra dengan pria itu. Mungkin sudah menikah atau sepasang kekasih yang sangat romantis, saling mencintai. Felix yang sudah merasa sudah kepanasan pun mencari akal, i
Di tengah berlangsungnya acara pertunangan Felix dan Raisa, Revalina berusaha menjelaskan ke wanita yang menanyai kehadirannya. Revalina terpaksa berbohong untuk menutupi Felix, ia mengatakan kalau dirinyalah dan Felix hanya sebatas saudara jadi Revalina adalah anak dari Adik ibunya Felix. Wanita itu membawa Revalina mendekat ke panggung acara, Revalina tidak bisa menolak karena mana mungkin mengakui sebagai sodara Felix, tetapi menolak mendekatinya ketika acara berlangsung. Felix melihat ke arah gadis tersebut, lalu Revalina mengangguk. Akhirnya, mereka pun bertunangan sehingga para saudara Raisa saling bertepuk tangan penuh bahagia, begitupun sepasang kekasih itu. Namun, Revalina merasa ada yang mengganjal di hatinya sehingga ia hanya diam saja. Ketika acara telah usai, keduanya memutuskan pulang. Sebelum pulang Raisa mengingat pada Felix untuk tidak melepaskan cicinnya, Felix berjanji pada gadis tersebut kalau dirinya akan selalu mengenakan cincin itu setiap waktu. Felix tidak m