Cklek ...Lavira menoleh ke arah sumber suara, di mana pintu baru saja dibuka. Perempuan itu melihat kedatangan Avram berjalan masuk dan terus mendekat ke arahnya. Lavira waswas dengan mata menatap Avram takut-takut. Dia penasaran dengan pembicaraan sang suami dan ayahnya.Sett ...Avram duduk, matanya pun sedari tadi tak lepas dari wajah Lavira. Dia tahu dan sangat paham apa yang sedang dipikirkan oleh perempuan itu. Avram tahu jika Lavira sedang menunggu penjelasannya tentang pembicaraan bersama Farhan tadi. Mengingat topik tadi membuat Avram menggeram kecil tanpa disadari oleh Lavira.‘Kurang ajar sekali dia ingin mengambil alih Lavira. Dia pikir dirinya sedang berhadapan dengan siapa? Sampai kapanpun tak akan pernah aku lepas sesuatu yang sudah tercatat menjadi milikku,’ desis Avram di dalam hati.“Turun dan temui dia,” ucap Avram akhirnya mengeluarkan suaranya.Lavira terkejut, dia menatap Avram dengan wajah semakin pucat. Melihat itu Avram yakin pikiran Lavira dipenuhi hal-hal m
“Papa minta maaf.”Deg ...Napas Lavira tercekat mendengar kalimat Farhan. Dia mengangkat kepalanya dan menatap sang ayah dengan wajah tak percaya. Farhan sendiri semakin tak kuat melihat keadaan wajah putri cantiknya kini menjadi sangat menyedihkan dengan segala lebam dan bengkak di wajah perempuan tersebut.“P-papa berbicara kepadaku?” tanya Lavira ragu.Farhan menggigit bibir bawahnya mencoba menahan sesak di dada. Dia melihat mata lugu itu kini menatapnya dengan penuh penderitaan. Sedari kecil tak merasakan kasih sayang seorang ibu, dengan gilanya Farhan semakin menambah penderitaan Lavira dengan segala perlakuan cueknya.“Papa minta maaf atas semua hal yang telah Papa lakukan selama ini. Papa bodoh dan Papa seorang brengsek. Lakukan apa saja yang ingin kamu lakukan kepada Papa, ingin pukul, tendang, tampar? Semuanya, lakukan, balaskan semuanya.”Lavira kembali dibuat terkejut akan kalimat Farhan. Wajah penuh penyesalan pria itu membuat Lavira ikut merasa sakit. Dia selama ini ben
“Jadi orang yang membuat kamu seperti ini adalah ... Joana?” tanya Farhan kepada Lavira.Perempuan itu terdiam, dia kembali menunduk dengan wajah kaku. Jari-jari tangannya pun sekarang saling bertautan, pertanda jika dirinya saat ini sedang ragu atau takut. Melihat itu Farhan menjadi tahu jawabannya meski Lavira belum menyahut. Pria paruh baya itu tak dapat berkata-kata saat ini, sebab pelaku adalah putri kandungnya dan korban pun adalah putri kandungnya sendiri.Ting ...Denting ponsel Farhan mengalihkan perhatian mereka berdua. Pria paru baya itu langsung meraih benda pipih itu dari saku celananya. Dia sedikit mengerutkan kening ketika melihat sebuah pesan baru dari kontak Avram. Sedikit ragu, dia membuka pesan itu dan semakin bingung ketika melihat sebuah video.Tak menunggu lama, Farhan akhirnya memulai video tersebut. Baru beberapa detik video diputar, mata Farhan membola melihat apa yang terjadi di layar benda pintarnya. Dia menatap Lavira yang kini juga sedang menatapnya dengan
“Ma, sakit hiks, ini sakit hiks.”“Tenang, Sayang. Apa perlu kita panggil dokter dari luar negeri untuk mengobatinya?” balas Marni nampak sangat khawatir melihat keadaan sang putri.“Ini sakit, hiks,” isak Joana terus terdengar.“Jika memang ini berefek kepada wajah kamu nantinya. Kita harus panggil dokter luar negeri, kamu tidak boleh jadi jelek karena ini. Papa kamu juga tak menjawab panggilan telepon dari Mama. Entah ke mana dia, kita harus panggil Lavira pulang dan balas semua ini,” celoteh Marni antara khawatir dan marah karena Lavira adalah alasan di balik semua ini terjadi kepada Joana.“Iya, aku tidak terima. Dia kurang ajar, dia membuat aku seperti ini. Mentang-mentang sekarang dia berada di dalam lingkup keluarga Dakasa, dia seenaknya melakukan aku seperti ini. Aku tak terima, dia harus diberi pelajaran, Ma,” ucap Joana tak kalah marah dan benci kepada Lavira.“Kamu tenang saja, dia tak akan lolos setelah melakukan ini. Dia harus mendapatkan hal yang lebih parah dari ini. Ka
Sesekali Lavira melirik Avram yang berada di sampingnya. Saat ini mereka sedang berada di dalam lift, benar-benar berniat bergerak ke lantai bawah. Lavira masih ragu dan tak percaya jika Avram sungguh ingin ikut ke lantai bawah, menunggunya memasak.“Emm, apa tidak sebaiknya Kakak tunggu di atas saja? Nanti aku antarkan mie gulungnya ke ruangan kerja Kakak,” tutur Lavira menatap Avram dari samping.Avram pun menoleh dan menunduk menatap wajah manis Lavira. “Tidak, aku ingin ke bawah,” sahutnya datar.Lavira mengangguk pelan sambil menghela napas pasrah. Dia juga tak berani memaksa Avram untuk melakukan apa yang dia katakan tadi. Lagipula dia hanya memberi saran, takut jika Avram banyak pekerjaan saat ini.Ting ...Denting lift berbunyi menarik perhatian tiga manusia yang ada di ruangan tamu. Siara duduk bersama dua anaknya, Fero yang sibuk dengan tablet dan Feria yang asik dengan makanan serta luka di tangannya.Luka yang tadi dia dapatkan akibat mempermainkan Lavira sampai terkena ai
Dengan keraguan, tiga manusia yang tadi berada di ruangan tamu sekarang sudah berada di balik tembok. Siara, Feria dan Fero, tiga manusia itu berada di balik tembok, sengaja untuk mengintip kegiatan Avram dan Lavira di dapur. Mereka tak percaya melihat bagaimana Avram dengan antengnya duduk diam menatap pergerakan Lavira.“Apa Mama yakin kalau dia itu benar-benar Avram Dakasa?” tanya Fero dengan suara berbisik.Siara menoleh, begitu pula dengan Feria. Memang jika melihat Avram saat ini, membuat orang-orang tak percaya jika dia adalah seorang Avram sang psikopat. Bahkan selama ini mereka tinggal di mansion seakan selalu diawasi dan itu terasa mengerikan bagi Siara. Dia merasa ngeri jika saja sewaktu-waktu Avram mengusir mereka dari sana, padahal Siara sudah berusaha membuat Fero menggeser kepemimpinan Avram di keluarga Dakasa.“Mama juga sangat terkejut, dia terlihat berbeda tetapi matanya memang sangat tajam. Bahkan hanya dengan sepintas lalu saling bertatapan, kita sukses dibuat bung
Lavira menatap Avram yang nampak terdiam setelah mencoba masakannya. Perempuan itu ketar-ketir di tempat, takut jika Avram tak suka dengan rasa masakannya. Lavira terus menunggu laki-laki tampan itu bersuara, dia pun sengaja menggantung suapan untuk menunggu Avram.“Ekhm ... Kakak tidak suka? Kalau tidak suka, tidak usah dilanjutkan makannya. Lebih baik Kakak pesan seperti biasa saja, atau minta bagian koki dapur untuk memasak,” tutur Lavira merasa tak enak jika Avram melanjutkan makan.Avram menoleh dan menatap Lavira yang sedang meringis menatapnya. “Tidak,” sahut Avram singkat.Lavira terdiam mendengar jawaban Avram. Entah kenapa dia malah merasa cukup sedih mendengar jawaban itu. Dia sedih karena sudah berusaha membuat makanan enak, ternyata Avram tak suka. Itu adalah isi benak Lavira saat ini, tetapi dia tak ingin melihatkannya kepada Avram, sebab sampai saat ini Lavira masih menyangka tak pantas untuk dihargai.“Aku tidak ingin makanan lain. Ini enak dan ke depannya, mungkin kau
“Jadi bagaimana sekarang, Ma? Kita tidak bisa diam begitu saja ‘kan? Jika terus seperti ini, bisa-bisa kita memang diinjak oleh si gembel itu. Aku tidak ingin dan tak mau,” tutur Feria kepada Siara.“Diamlah, Mama sedang berpikir sekarang,” jawab Siara.“Aku tak ingin menjadi level bawah orang itu. Kita harusnya tetap menjadi penguasa di sini. Lihat saja, sekarang dia begitu diperlakukan baik oleh Avram. Semakin lama bisa saja dia memanfaatkan itu semua. Dia bisa saja membalas apa yang pernah kita lakukan dengan memanfaatkan perlakuan baik Avram kepadanya,” sambung Feria.Siara diam, dia juga sependapat dengan sang putri. Fero pun sedari tadi juga diam, tetapi dia nampak lebih santai. Entah tak merasa takut akan diusir dari sana atau bagaimana. Fero terlihat begitu santai seakan semuanya bisa diselesaikan oleh Siara. Selama ini dia memang menggantungkan semuanya kepada Siara, apa pun itu.“Abang kenapa diam saja?” tanya Feria kepada Fero.Pria itu menatap Feria yang baru saja bersuara