Sontak Cesa melunak dan memeluk putrinya dengan erat, "Mommy akan pastikan Vista sehat, Nak!" ucapnya. Kemudian Cesa menangkup wajah putri kecilnya, "Mommy berjanji!" Vista mengangguk sambil tersenyum, "Vita tau Mommy, tapi boleh ya jika Vista mau tinggal bersama Daddy! sebentar saja!" ucapnya dengan mata mengedit lucu. Hal yang selalu susah untuk Cesa tolak. Sedangkan Dares yang sudah tau gelagat adiknya itu menghela nafas panjang, "Vista kali ini Kakak beri kelonggaran, satu minggu! Selebihnya paman itu harus pergi!" ucap Dares sambil turun dari ranjang Vista. "Yey, boleh ya Mommy! Boleh ya!" pekik Vista kesenangan. Cesa mengangguk, "Hanya sampai satu minggu, saja!" "Baik Mommyku yang paling cantik!" ucapnya. Cesa hanya tersenyum dan melirik Zevin dengan tajam sekilas. Dilihatnya Dares keluar dari kamar Vista, "Mau kemana, Dares?" tanya Cesa. "Dares pulang, Enci sudah datang menjemput!" ucapnya dingin. Yah, laki-laki kecil itu kembali ke mode awal.
Gadis itu tampak kesal sekali dengan kakaknya, "Daddy, Dares! Bukan paman!" pekiknya. "Daddymu saja, Daddyku sudah awan!" ketus Dares berdiri dan pergi dari ruang tamu. Deg! Jantung Zevin tersayat mendengar perkataan tajam putranya. Putranya tetap menganggap dirinya tak pernah ada, putranya menganggap dirinya telah tiada. Hati ayah mana yang tidak sakit! Sakit sekali! "Dares jahat! Ini Daddy kita, Dares!" teriak Vista hingga sambil menangis. Zevin hanya bisa memeluk gadis itu dengan tatapannya yang masih nanar menatap pintu Dares. Sedang Cesa memilih diam di tempat! Semua yang ada di depannya matanya membuat hatinya dilema dan otaknya pecah. Laki-laki itu tiba-tiba datang dan mengacaukan hidupnya. Juga hatinya mulai kacau karena anak-anaknya yang mulai bersitegang. Cesa memilih berdiri dan masu
Cesa dengan cepat berdiri, "Ayo kerumah sakit sekarang, Zev!" teriaknya. "Ha!" kaget Zevin masih belum menyadari keadaan. "Cepat!" teriak Cesa. Zevin kemudian berdiri menggendong Vista menuju mobil diikuti Cesa dan Dares. Zevin kemudian memberikan Vista pada pangkuan Cesa yang duduk di depan, dan dengan cepat menyambar tubuh Dares, karena tidak mungkin meninggalkan Dares di belakang dan mengendarai dengan cepat. Itu akan berbahaya! Zevin membawa Dares duduk di pangkuannya dan kemudian melajukan mobilnya dengan cepat! Dares kali ini diam dengan ekspresi dingin karena keadaan memang sangat tidak kondisif. Sepanjang jangan, Cesa menangis sambil menciumi wajah putrinya, "Sayangku, bangun Nak!" "Sayangku, Mommy janji akan turuti keinginan Vista, oke! Apapun! Bangun sayangku!" lirihnya.
Seketika Zevin ternganga dengan tubuh yang lemas. Seolah tulangnya luluh lantah, putri yang baru saja ditemuinya, putri yang membuka tangannya lebar untuk merengkuhnya ternyata berada dalam keadaan yang tidak baik. Malaikat kecilnya kesakitan! 'Apa ini semua karma dari perbuatan salahku!' batin Zevin meratap. Zevin merasa jika semua ini karenanya, Zevin sangat bersedia menggantikan sakit yang putri kecilnya tanggung. Jika bisa nyawanya akan jadi tebusan dan biarkan mereka bertiga hidup bahagia tanpa dirinya. Semua kata hanya berhenti di kerongkongan, Zevin sangat terpukul dengan kabar yang diberikan oleh Dokter Irene. Cesa hanya melirik sekilas, dan dia tau Zevin masih dalam keadaan shock. "Kemoterapi akan menyakiti gadis sekecil Vista, Dok!" lirih Cesa. Dokter Irene menghela nafas panjang, "Ini sudah Ibu tunda satu tahun lamanya, Saya yakin
Melihat Daddynya yang begitu mencintai adiknya, dan terlihat dingin namun menyelesaikan masalah dengan sangat tepat, membuat Dares mengagumi Zevin. Biasanya dia dan Mommynya akan kebingungan dan berakhir Mommynya menangis sepanjang malam dalam diamnya. Namun kali ini, semua terasa ringan setelah ada Zevin. Dares mengakui itu! "Tapi dia memang Daddymu, Nak!" jawab Cesa. Cesa berusaha membuat Dares menerima Zevin, agar Dares dan Vista tak lagi bertengkar. Untuk urusan hatinya? Untuk tawaran permintaan kembali pada Zevin? Entahlah, Cesa belum memikirkan itu. Rasanya semua masih teringat jelas di memory nya. "Hmmm, ya, Mom! Tapi kemana dia empat tahun ini? Dimana saat Vista selalu merengek meminta Daddy? Dimana saat kita kesusahan karena Vista sangat drop!" ucap dingin Zevin. Cesa hanya menghela nafas sambil mengusap kepala Dares!
"Kau membawa bukti itu, Sa! Bersama jas yang aku kenakan malam itu!" jawab Zevin pelan. Zevin masih menikmati bisa tidur di pangkuan wanita pemilik hatinya itu. Deg! "Apa kotak musik itu? Apanya bisa menjadi bukti?" Ketus Cesa. Zevin kemudian mendongak, "Ada dimana kotak musik itu?" tanya Zevin sambil tersenyum. Deg! Kali pertama melihat Zevin senyum kepadanya! Yah, kepada Cesa, bukan kepada anak-anak atau kepada orang lain. Jantung Cesa berdetak kencang. "Aku buang!" pekiknya. "Serius? Disana ada surat dan berlian untukmu, apa itu tidak bisa menjadi bukti?" ucap Zevin. Cesa mengernyit, "Surat? Berlian? Tidak ada!" ucapnya. Zevin kemudian memegang tangan istrinya lagi, "Ada space di bawah kotak musik itu, disana aku menyimpan sebagai permohonank
'Daddy! Dia benar-benar Daddyku!' batin Dares senang. Daddy yang sangat perhatian! Namun berbeda hati berbeda dengan ekspresi Dares yang masih tetap dingin menatap Zevin kemudian mulai menyuapkan Beef wrapnya. Menyisakan Cesa yang bergeleng-geleng, sedikit terharu ternyata Zevin tidak hanya mencintai Vista. Namun juga memperhatikan Dares yang bersikeras membencinya. Walau Cesa tau, hati Dares tidak benar-benar membencinya, Dares memang dingin tapi dia hangat dan perhatian pada keluarganya. 'Apakah Zevin sebenarnya juga begitu?' batin Cesa. Cesa memilih melanjutkan makanannya bersama Zevin dan Dares. Diapit oleh dua orang kembar beda usia nyatanya memang membuat Cesa lebih tenang menunggu dokter selesai memeriksa Vista. Setelah mereka selesai sarapan, tak kunjung ada dokter keluar, membuat pikiran Cesa dan Zevin menjadi khawatir.
Jantung Zevin berdetak kencang saat Cesa menyebutkan permintaannya dengan menyebut [Anak kita] Seolah Zevin merasa di terima oleh Cesa sepenuhnya. Zevin sontak mengangguk, "Pasti! Apapun untuk anak kita, Sayang!" Zevin bisa melihat air mata mengambang di pelupuk mata Cesa, air mata antara sedih dan lega. "Dokter, saya antar Istri dan anak saya, setelah itu saya kembali untuk langsung ke ruang ICU!" pamitnya. Dokter itu mengangguk, Dan Zevin dengan cepat menggendong Dares yang masih lelah dalam pelukan Cesa sambil berdiri menggandeng Cesa. Dibawanya di ruang rawan VIP yang sudah Zevin siapkan. Ruangan itu tidak hanya ada ranjang untuk pasien, namun ada springbad dan fasilitas lainnya di bilik lain. Zevin menidurkan Dares di bilik itu, kemudian duduk didekat Cesa. "Apapun yang terjadi, a