"Tetap tak bisa dipercaya karena tangan Om masih sehat!" ucap Cesa santai.
Ha! Zevin terkejut dengan ekspresi jeleknya mendengar ucapan Cesa. "Sayang, aku janji gak bakal aneh-aneh! Tapi kalau ditumpuk guling mana bisa aku melihatmu atau memelukmu!" ucap Zevin. "Sudah tidur saja, Om!" ucapnya. Zevin kemudian merebahkan tubuhnya dengan kesal! Namun hatinya tetap tak bisa dibohongi jika senang, membuat Zevin tersenyum tipis.. Suasana kamarnya telah hangat kembali! "Bisa tidak jangan panggil, Om! Seolah saya sudah sangat tua!" gumam Zevin. Cesa kemudian tersenyum dan merebahkan dirinya menatap langit-langit kamar. "Memang Om sudah tua, kan? 43 tahun!" ucap Cesa jail. Membuat Zevin mengangkat tubuhnya 45 derajat menatap Cesa, "Walau sudah 43 tahun tapi kamu tenang saja, Sayang! Aku masih sangat perkasa!" goda ZevinSetelah Cesa mandi, Cesa keluar dari kamarnya dan melihat suaminya sedang menunggu di ranjang... "Sudah selesai mandi?" tanya Zevin. Cesa hanya mengangguk dan berganti di walk in closet. Zevin tampak mengernyit, "Kenapa dia cepat sekali berubah? Bukannya tadi dia masuk karena salah tingkah!" batin Zevin. Zevin bertanya-tanya kenapa istrinya jadi kembali dingin dengannya. Tidak bisa! "Cesa tidak bisa mengabaikan aku lagi, tidak! Apa yang salah dengan ucapanku!" batin Zevin. Zevin terus duduk menunggu Cesa sambil berfikir apa salah kata yang sudah dia ucapkan. "Kenapa tidak mandi?" tanya Cesa. Zevin menoleh dengan muka jeleknya menyengir, "Bantuin!" manjanya. Cesa mencelos namun tetap membantu suaminya. "Maaf ya kalau bercandaan ku tadi kelewatan,
Zevin tak tau harus menjawab apa, dia hanya memeluk erat istrinya yang masih terus meracau. Cesa terus menangis! Kali ini dia ingin menumpahkan segala kekecewaannya! Kecewa pada dunia dan orang-orang didalamnya, Cesa merasa tak ada orang tulus di sekitarnya. Semua mendekat karena ada maunya saja, bahkan keluarganya tak bisa Cesa percaya. Lantas, kemana lagi dia harus berlindung? Pada siapa dia akan percaya? Saat semua kepercayaannya telah habis dikhianati. Kilatan balik masa lalu Cesa seketika memenuhi pikirannya, kala dia kehilangan kedua orang tua dan kakak kandungnya. Kemudian bersama paman dan bibi yang ternyata hanya ingin menguasai hartanya bahkan bisa menjebaknya hanya untuk menghancurkannya. Hingga mengorbankan diri menjadi istri kedua suaminya, dia dihina, dipandang sebelah mata, bahkan tak diinginkan. Membuat Cesa me
Vista yang tidak sabaran langsung mendorong kursi roda Daddynya menuju ke arah mobil, "Let's Go, Daddy!" "Sabar, Sayang! Mommy belum berganti pakaian!" kata Zevin. Vista langsung berhenti dan menoleh pada Mommynya, "Mommy, Ayo ganti! Vista mau ke perusahaan, Daddy!" ucapnya tak sabaran. "Iya, Sayang! Tunggu, ya!".. Mereka bertiga menunggu Cesa dengan Vista yang terus nempel pada Daddynya, sedangkan Dares hanya duduk di sofa dengan diam. Auranya dinginnya bisa Zevin rasakan, "Dares, sini peluk Daddy!" pintanya. Dares kemudian menoleh, dan mendekat kemudian memeluk Daddynya dengan ekspresi wajah yang masih tetap dingin. "Daddy sayang dengan Dares dan Vista!" ucap Zevin. Dares mengangguk, "Mommy menangis karena Daddy?" tanya Dares dengan aura intimidasi yang sangat kuat. Membuat Zevin gemas dan seolah benar-benar sedang menghadapi diri sendiri. Ternyata aku sangat menyebalkan! batinnya.. Zevin menggeleng, "Mommy menangis karena rindu kakek, bertanyalah sama Mommy, Nak!" jawabn
"Jadikan aku sekertarismu lagi, Om!" jawab Cesa. Zevin tampak mengernyit, "Kenapa harus jadi sekertarisku, Sayang?" tanyanya. "Dengan begitu aku memiliki power untuk bisa mulai menghukum mereka yang sudah menjebakku!" jawab Cesa. Zevin kemudian meraih tangan istrinya dan menggenggam seerat yang dia bisa, "Aku tidak setuju, tetaplah diam di tempatmu dan tunggu aku mengakuisisi perusahaan ayahmu, untukmu, Sayang!" ucapnya. "Tidak, Om! Jika begitu mereka tetap akan merendahkan aku!" jawab Cesa. Zevin tampak diam sesaat, memikirkan apa yang bisa menyelesaikan masalah tanpa harus membuat istrinya bekerja keras. Sekertaris! Zevin takut dengan kata itu! Zevin takut Cesa akan kembali ke masa itu dan kembali membencinya karena sikapnya dulu. Selain itu, membuat ibu dari anak-anaknya menjadi sekertarisnya tidak akan Zevin biarkan! Tidak! Cesa jauh diatas itu! Tidak bisa! Zevin memejamkan matanya sebentar, memaksa otaknya untuk berfikir lebih keras. Hingga akhirnya Zevin membuka matan
"Mobilnya berhasil di angkat, dan ditemukan jenasahnya disana! Sekarang dalam proses autopsi!" jawab Zevin. Deg! Cesa terkejut dengan ucapan Zevin, apakah benar Demon memilih bunuh diri daripada balas dendam? Melihat cara dia dulu menginginkan Cesa, membuat Cesa tak yakin akan hal tersebut... Namun Cesa tetap mengangguk, "Semoga benar dia dan segera dimakamkan dengan agar tenang!" jawab Cesa. Zevin mengangguk, "Kini Arga akan segera kembali setelah mengurus bisnismu disana!" ucap Zevin. "Terima kasih, Om!" Bersamaan dengan itu, "Mommy, Daddy!" pekik Vista dan Dares sambil berlari menuju orang tua mereka. Kedua anak itu ingin masuk ke dalam pelukan Daddynya juga, "Mommy curang, kenapa Mommy mengambil Daddy sendiri!" keluh Vista ikut mendusel. Cesa dan Zevin tertawa mendengar celoteh Vista dan justru Cesa semakin mengeratkan pelukannya pada Zevin. "Biar saja, Kan Daddy s
"Ada Paparazi!" ucap Zevin sambil menyerahkan tabletnya. Sontak Cesa terbelalak kala melihat berita yang sedang ramai diperbincangkan di media sosial. Hotline! Foto mereka berempat pagi tadi saat memasuki lobi perusahaan menjadi sampul dari berita itu. [Hotnews, Presdir PBC yang dingin dan belum move on dari mantan istrinya tertangkap kamera bersama perempuan dan kedua anak kembar]Deg! Seketika jantung Cesa berdebar melihat berita yang tengah menjadi sorotan banyak pasang mata. Sejujurnya Cesa sudah tau jika dia memutuskan kembali bersama Zevin, dia pasti akan menjadi perbincangan karena Zevin merupakan Presdir terkenal yang selalu masuk majalah top pengusaha. Namun, Cesa tidak menyangka akan secepat ini. Benar-benar tidak menyangka! Cesa yang dihantui rasa penasaran, memutuskan untuk membuka berita itu dan membaca berita itu. "Kembalikan tabletnya, Sayang! Biarkan Dion yang mengurusnya!" ucap Zevin. Namun Cesa tak ingin mendengarkan Zevin, Cesa terus membaca dengan teliti
Sore hari ini, Cesa terpaksa keluar dari perusahaan saat sudah sedikit tenang bersama kedua anak buah yang Zevin tugaskan. Zevin tidak bisa mengambil resiko jika ada orang yang paparazi dengan dirinya. Beruntung foto pertama resolusi sangat buruk dan wajah Cesa, Dares, Vista tidak terlihat jelas. Hal itu membuat Zevin bersyukur! Zevin sendiri saat ini tengah menumpukan dahinya pada meja kebesarannya, memikirkan hal apa yang akan dia lakukan. Membayangkan tangisan ratapan Cesa membuat Zevin mendidih. "Aku tak akan memaafkan dalang dalam kesakitan istriku!" gumma Zevin. Yah, saat ini Zevin telah mengejar orang yang sudah menjual fotonya dan keluarganya ke media. Zevin kemudian memilih kuat untuk menjadi pelindung orang-orang yang sangat dia sayangi. Yah, Demi orang-orang terkasih! Zevin kemudian memerintah Arga kembali mengurus [ Davisain Colection] milik sang istri. Tapi Zevin akui, Cesa sangat hebat hingga memiliki banyak cabang tanpa relasi dalam empat tahun terakhir ini.
"Apa kamu begadang untuk membuat ini, Om?" gumam Cesa sambil terus menggeser hingga ke halaman terkahir. Cesa benar-benar seperti sudah mengurusnya dengan para pekerjanya, padahal itu kerjaan Zevin seorang diri. "Eughhh!" lenguh Zevin saat mulai membuka mata, "Sayang, kamu disini?" tanya Zevin kemudian. Zevin terkejut sebenarnya, saat membuka mata dan menemukan istrinya menatap dirinya intens. Cesa mengangguk, "Apa maksud ini semua, Om?" tanya Cesa menuding layar laptopnya. Zevin kemudian tersenyum dan menggeser tubuhnya sedikit ke belakang, kemudian menepuk-nepuk pahanya, "Duduk, Sayang!" Cesa kemudian menurut dan duduk di pada suaminya yang masih terasa otot kekarnya walaupun belum seperti sedia kala. Zevin kemudian mengscroll halaman demi halaman, "Mana yang kurang menurut kamu?" tanya Zevin.. Cesa menggeleng, "Tidak ada, Om! Semuanya sama persis dengan yang ada dalam konsepku!"Zevin kemudian membuka emailnya, "Semua konsepmu sudah dikirim oleh, Arga! Maka dari itu aku men