“Ayo sayang, lo udah cantik banget ... ngapain ngaca terus?” Arkana berjalan mendekati Zara yang mematung di depan cermin.Dresscode acara reuni adalah pakaian formal jadi Zara menggunakan gaun malam dan Arkana menggunakan stelan jas tanpa dasi.Kenapa sih suaminya tidak pernah sekali saja tidak terlihat tampan, Zara malas harus menghempaskan para gadis yang mencoba menggoda suaminya.“Enggak pede, Kak! Aku di rumah aja deh.” Arkana berdecak lidah. Sang istri insecure-nya berlebihan, mengatakan tidak percaya diri padahal cantiknya mengalahkan para dewi kahayangan.Gaun indah dan polesan makeup natural dari peralatan makeup merk ternama dunia yang telah ia siapkan untuk Zara membuat penampilan sang istri terlihat elegan.“Lo harus ikut, gue mau kenalin sama seluruh angkatan kalau lo istri gue.” “Ih ... Kak malu, donk! Biasa aja, enggak usah pamer segala.” Zara memutar tubuhnya menghadap Arkana. “Banyak dari mereka itu taunya kita musuhan, kalau sekarang malah nikah ... nanti kita di
“Lo enggak nyamperin si Zara, Na? Lo ‘kan sahabat deketnya.” Suara seorang wanita yang terdengar dari luar dan menyebut namanya membuat tangan Zara terhenti seketetika saat hendak menekan flush pada toilet.“Males gue ... dulu sih iya dia sahabat gue, sekarang najis gue,” balas suara wanita lainnya yang Zara kenal.Zara tercenung, melipat bibirnya ke dalam. Masih belum mengerti apa sebenarnya yang sedang dua orang perempuan di luar sana bicarakan.“Loh kenapa, lo ada masalah sama si Zara?” tanya perempuan satunya.“Gue tuh dari pertama si Zara masuk sekolah kita, sering merhatiin dia curi-curi pandang sama Kak Arkana trus gue kerjain dia aja sekalian ... gue kirimin dia bunga, coklat sama boneka.” Perempuan yang Zara kenali suaranya itu bercerita demikian.Mulut Zara menganga yang langsung ia tutup dengan kedua tangannya.“Trus terakhir, gue kirim surat cinta yang ceritanya dari Kak Arkana, di dalam surat itu gue ngajak ketemuan si Zara di taman belakang, tau deh dia datang atau engga
“Kenapa senyum-senyum gitu?” Zara bertanya kepada suaminya setelah lama mobil yang dikemudikan Arkana keluar dari pelataran parkir hotel.Zara mendapati Arkana sedang mengulum senyum terkadang menutup mulutnya dengan kepalan tangan.Senyum Arkana semakin lebar lalu menggelengkan kepala.“Gue tuh udah yakin kalau lo jodoh gue, Ra ... makanya gue cari lo meski sampai ke ujung dunia sekalipun.” Zara ikut tersenyum mengingat kejadian tadi, instingnya bekerja cepat saat terdesak dan bisa melihat sedikit peluang lalu memanfaatkannya dengan baik.“Gue suka kalau lo bisa ngebela diri lo sendiri karena gue nggak mungkin ngehajar Nadia di depan banyak orang, kan?” Zara menoleh menatap suaminya. “Benar kah?” tanya Zara memastikan.Arkana menganggukan kepala memberi jawaban. Pria itu lantas meraih tangan Zara yang kemudian ia deketkan ke mulut untuk mengecup telapak tangannya.“Udah siap?” tanya Arkana ambigu.“Siap kemana?” Zara berkerut kening, ia bingung.“Honeymoon,” balas Arkana cepat dan
Untuk sampai ke Bora Bora, mereka harus beberapa kali transit dan berhenti cukup lama mengurus perijinan di Tahiti agar bisa meneruskan perjalanan menuju pulau Motus.Zara dan Arkana sudah berganti pakaian dengan yang lebih santai ketika mereka tiba di Pulau Motus.Di sana seseorang menyambut mereka. “Selamat datang Tuan dan Nyonya, saya Paul yang akan membantu anda selama di sini.” Pria itu memperkenalkan diri.“Terimakasih, Paul.” Arkana menjabat tangan Paul diikuti Zara.“Saya sudah menyiapkan yacht untuk tiba di Vaitape, silahkan Tuan dan Nyonya ... sebelah sini.” Paul menuntun keduanya menuju dermaga untuk menaiki sebuah yacht mewah agar bisa sampai di Bora Bora.Saat itu masih siang, matahari belum berada pada titik paling tinggi tapi sinarnya begitu menyilaukanKaca mata hitam sudah melapisi kedua mata mereka untuk menghalau sinar matahari.Arkana dan Zara mengambil tempat di bagian dek atas agar bisa menjangkau pemandangan tiga ratus enam puluh derajat.Dua gelas koktail telah
Zara dan Arkana saling bergandengan tangan melangkah pelan menuju cottage menyusuri jembatan di atas laut yang tenang.Sampai di cottage, Zara membuka pintu menuju privat pool dan akses menuju pantai pribadi.Duduk di atas sun longer diikuti Arkana, keduanya berdesakan di sana menatap langit yang penuh bintang.Malam ini adalah malamnya, malam di mana mereka akan melakukan hubungan suami istri kembali setelah tragedi malam pengantin seminggu lalu.Menurut dokter, Zara sudah sembuh dan tidak mungkin mereka melewatkan malam ini hanya dengan tidur.Zara menguatkan hatinya, ia harus mampu melenyapkan trauma.“Ada bintang jatuh Kak, cepet minta sesuatu.” Zara memekik heboh sambil menunjuk langit.“Gue pengen punya anak yang banyak dari lo, Ra ... sehidup semati sama lo.” Arkana memeluk Zara erat, melabuhkan banyak kecupan di kepalanya.Tidak ada alasan bagi Zara untuk tidak mencintai Arkana, pria itu memang jodoh yang telah ditetapkan Tuhan untuknya.Zara balas memeluk, sedikit mendongak
Arkana mengangkat sedikit tubuhnya, ia tersenyum menatap Zara yang masih tersengal di bawahnya.Tangan Arkana terangkat mengusap keringat di pelipis Zara.“Enak enggak?” Apa perlu Arkana bertanya hal seperti itu, membuat Zara malu saja. Senyum Zara yang menjawab pertanyaan Arkana.Jadi ini maksud Arkana yang mengatakan akan memuaskannya dengan cara lain.Wajah Zara yang sudah merah karena baru saja mendapatkan pelepasan kini kian memerah di bagian pipi dan Arkana memberikannya kecupan di sana. Arkana hendak menggulirkan tubuh ke samping namun tertahan oleh tangan Zara yang melingkari pinggangnya.“Kak,” panggil Zara menggantung.“Apa sayang?” Arkana mengusap kepala Zara penuh cinta lalu mengecup keningnya.“Kak Ar ....” Zara melipat bibirnya ke dalam. Arkana menaikan kedua alis tanda bila dirinya mendengarkan. “Belum ....” Zara menjeda lagi kalimatnya, matanya mengerjap gugup.Arkana tersenyum tipis sambil mengusap kepala Zara, menunggu Zara menlanjutkan kalimatnya.“Dapet ....” Za
Zara ditarik paksa dari alam mimpi saat merasakan sinar matahari menerpa wajahnya.Membuka sedikit demi sedikit matanya untuk menyesuaikan retina dengan cahaya terang yang menembus hingga kamar mereka.Tidak ada Arkana di sampinya, kemana suaminya pergi?Zara berusaha menggerekan tubuhnya tapi begitu sulit, bukan karena sakit tapi lemas.Tiga kali Arkana melakukan pelepasan di dalamnya, pria itu tidak memiliki rasa lelah bahkan nyaris saja tadi subuh mereka akan melakukannya untuk yang keempat kali tapi Zara pura-pura tertidur karena tubuhnya terasa kebas semua.Arkana Gunadhya dengan hasratnya yang besar membuat Zara kewalahan.Suara gemericik air dari arah luar membuat Zara menoleh, dinding kaca yang tirainya terbuka itu menampilkan pemandangan privat pool dan laut yang tenang.Suami tampannya tersenyum sambil melambaikan tangan dari dalam privat pool.Rambut Arkana yang basah dan buliran air di bahunya yang lebar membuat pria itu sangat menawan sepagi ini.Arkana menggerakan tangan
“Blacklist nama Ariana dari semua perusahaan kita juga AG Group, gue enggak mau ada dia bahkan kalau perlu titip nama itu supaya enggak diterima di perusahaan yang kita miliki setengah sahamnya ... gue mau buat dia sengsara,” perintah Arkana dalam sambungan telepon pada Darius.“Kenapa? Ada masalah apa lo sama cewek bernama Ariana?” Darius bertanya penasaran, cukup lama bersahabat dengan Arkana, ia baru mendengar nama Ariana disebut.Dan sekalinya disebut, Arkana ingin menyiksa perempuan itu dengan kemiskinan.“Dia yang menyebabkan rusaknya hubungan gue sama Zara waktu SMA, dia udah fitnah gue ngebuat Zara ngebenci gue dan begonya gue juga malah tersulut ikut benci sama Zara.” Arkana menjelaskan dengan lugas. Suaranya tegas penuh dendam.Meski ia menyesal telah membuat Zara sengsara selama satu tahun di SMA tapi biang kerok masalah ini adalah Ariana dan ia ingin memberi pelajaran pada perempuan sialan itu.“Oke, anggap udah gue lakuin.” Bagi Darius itu adalah hal mudah.Arkana berguma