Zara sudah diperbolehkan kembali ke kampus, desas-desus Zara yang diculik ternyata telah menyebar.Tapi hanya sebatas gosip tanpa bukti yang menyertai.Pihak kampus tidak bisa menahan berita itu karena Kallandra terlambat memintanya.Meski begitu banyak dari mereka yang tidak percaya karena beranggapan kejadian tersebut hanya ada dalam film-film action.Dalam kehidupan nyata, mereka berpikir untuk apa menculik wanita hamil? Tapi kehadiran Zara di kampus menjawab semuanya.Tidak ada perut buncit lagi, tubuh Zara kembali langsing.Sebagian dari mereka berpikir jika Zara telah melahirkan tapi beberapa teman yang baik memilih bertanya secara langsung dari pada menerka-nerka dan akhirnya mendapat jawaban jika Zara mengalami keguguran karena kandungannya yang lemah.Cerita sama yang diketahui keluarga Gunadhya beserta klien di perusahaan Arkana beserta seluruh karyawannya.Satu minggu Zara ketinggalan mata kuliah, sebagai cucu menantu dari penyumbang terbesar yayasan Universitas tempatnya
“Kamu yakin mau ke rumah sakit?” Arkana mengecup pundak terbuka Zara dari belakang dengan kedua tangan melingkari perut wanita itu.“Kenapa memang?” Zara urung memakai kemeja dressnya karena sang suami mendekap erat.Keduanya menatap cermin besar di depan mereka dengan Zara yang hanya menggunakan pakaian dalam saja.“Kamu enggak akan—“ Arkana ragu melanjutkan kalimatnya, malah melesakan wajah ke leher Zara.“Enggak akan sedih, gitu maksudnya?” Zara menatap Arkana dari pantulan cermin.Pria itu sedikit mendongak. “Soalnya aku sedih, Yang ... aku jadi inget Arasha.” Sorot mata Arkana menyendu.“Tapi masa kita enggak dateng pas Bunga lahiran kaya sekarang, sebentar lagi Gita juga lahiran trus Caca lahiran anak ke empat ... kita harus terbiasa sama kondisi kaya gini” “Nanti kalau aku pengen nyulik bayinya gimana, Yang?” Zara terkekeh mendengar kelakar suaminya yang diucapkan dengan ekspresi serius.“Jangan diculik, itu bayi orang ... sabaaar, nanti juga kita dikasih lagi kok.” Zara ber
Zara lulus lebih cepat, otak pintar dan dukungan penuh Edward lah yang menjadi penyebabnya.Bisa dibilang semenjak Zara masuk di semester kompetisi klinik hingga mempersiapkan ujian dan tugas akhir sebagai syarat kelulusan—intensitas komunikasi dengan Edward lebih besar ketimbang suaminya sendiri.Arkana selalu pulang malam dengan alasan pekerjaan tapi Zara tau jika suaminya mengunjungi Night Club dan menghabiskan setengah malam di sana sebelum akhirnya pulang ke rumah dengan keadaan mabuk.Zara tidak mempersalahkannya, selain ia pun sedang sangat sibuk menghadapi kelulusan juga karena ingin suaminya bisa sejenak melupakan hingga akhirnya menerima kepergian Arasha.Ia masih berpikiran jika Arkana terguncang mentalnya karena mengambil keputusan untuk membunuh anak mereka.“Kak ... bangun, mau anter aku wisuda enggak?” Zara mengguncang tubuh suaminya yang masih menggunakan kemeja dan celana kantor.Entah jam berapa Arkana pulang tadi malam dan dari bau alkohol yang tercium di tubuh suam
Setelah ceremony wisuda selesai, Arka masih menyempatkan diri berfoto dengan Zara.Satu buket bunga ukuran sedang tidak lupa ia berikan untuk istrinya tercinta.“Selamat ya sayang,” ucap Arkana kemudian mengecup bibir Zara di tengah-tengah halaman kampus dengan banyak orang berlalu lalang. Pria itu tidak pernah malu mengungkapkan cintanya kepada sang istri di depan banyak orang.“Kak, ih ... diliatin orang,” protes Zara seraya mendorong dada Arkana namun tangan kekar pria itu kadung melingkar di pinggang Zara sangat erat.“Pak Dod, tolong fotoin!” titah Arkana seraya memberikan ponselnya kepada Doddy.Doddy sang driver yang sekarang merangkap foto grapher pun melakukan kemampuan terbaiknya untuk mengabadikan momen tersebut.Arkana berhenti bercanda, ia merangkul pinggang Zara kemudian Doddy melakukan tugasnya.“Bun ... foto Bun,” ajak Arkana agar sesi ini cepat selesai karena klien telah menunggunya si kantor.Maya mendekat, berdiri di samping Zara lantas Doddy mengabadikannya.“Yang
“Abaaaang, bayinya mau keluar!!” teriak Arshavina yang berdiri dengan kaki mengangkang dan banyak air mengalir di bagian bawah tubuhnya.Semua menoleh memusatkan perhatian kepada Arshavina dengan raut wajah tegang, termasuk pemain band yang sampai menghentikan permainannya musiknya.Beberapa detik semua terpaku masih mencerna apa yang Arshavina katakan tadi dan menghubungkannya dengan apa yang sedang mereka lihat saat ini.Detik berikutnya setelah menyadari apa tengah terjadi, kepanikan seluruh anggota keluarga menghasilkan suara riuh rendah yang memecah keheningan.Kama berlari memburu istrinya, para orang tua memerintahkan untuk melakukan ini dan itu membuat Kama bingung mana yang harus pertama kali ia lakukan tapi akhirnya Kama memutuskan menggendong Arshavina memasuki lift untuk membawanya ke rumah sakit Arkana yang berada tidak jauh dari lift langsung menyusul masuk ke dalamnya.Zara berlari menggunakan heels tujih senti sambil mengangkat gaun agar sempat memasuki lift sebelum p
“Selamat pagi,” sapa seorang pelayan pria membukakan pintu. “Selamat pagi, saya Zara mau bertemu pak Angga untuk melakukan interview.” “Silahkan duduk di meja yang mana saja, saya akan panggilkan Pak Angga,” ujar pria itu ramah lantas pergi ke bagian dalam caffe. Zara memindai sekitar, caffe tersebut masih sepi. Hanya beberapa pengunjung yang sepertinya sedang melakukan sarapan pagi sekaligus makan siang. Zara melamar sebagai pelayan dengan ijazah SMA, itu pun selama seminggu ia begitu keras mengusahakan mendapat duplikat ijazah SMA karena ijazah yang asli tidak sempat ia selamatkan sebelum pelariannya di masa lampau. Hembusan napas berat keluar dari mulut Zara mengingat betapa bersyukur dirinya kini karena hidupnya telah kembali. “Selamat Pagi, saya Angga ... Manager caffe.” Suara seorang pria membawa Zara kembali dari lamunannya. Zara mengerjap lalu berdiri. “Sa ... saya Zara, Pak.” Zara mengulurkan tangan untuk menjabat tangan sang Manager. Keduanya pun duduk dan memulai int
“Zara!! Ambil kunci mobil gue, buka pintunya!” titah Arkana yang panik sambil menggendong sang Kakak ipar keluar dari cafe.Beberapa pelayan dan pengunjung juga dibuat terkejut oleh teriakan Arsha yang mengatakan akan segera melahirkan.Buru-buru Zara menarik kunci mobil di saku celana Arkana kemudian mengarahkannya kepada setiap mobil yang terparkir di sana. “Kasih tau Angga!” Arkana berkata kepada pelayan yang panik sedang berusaha membantu mereka. Pria pelayan itu pun masuk kembali ke dalam mencari ponselnya untuk melakukan perintah Arkana.Lampu dari sebuah mobil keluaran Eropa dengan harga fantastis, berkedip beberapa kali memberitau Zara jika mobil tersebut adalah milik Arkana.Zara membuka pintu kabin bagian belakang agar Arkana mudah membawa Arsha ke dalamnya.“Duh ... sakit,” ringis Arsha dengan mata terpejam.“Sabar, Ca ... gue bawa lo ke rumah sakit sekarang,” ujar Arkana, tangannya mengusap kepala Arsha yang dibalas anggukan oleh sang Kakak ipar.“Zara, lo temenin Caca d
Arkana mengusap wajah lalu menyugar rambutnya ke belakang sambil menjatuhkan bokongnya di kursi ruang tunggu.Seperti mimpi, akhirnya ia bertemu kembali dengan gadis yang selama ini ia cari tanpa henti.Gadis itu kini duduk di sampingnya, tapi hubungan mereka tidak pernah baik jadi pasti Zara juga enggan menceritakan kisah hidupnya terlebih tadi ia mencecarnya dengan kasar.Arkana mengembuskan napas pelan. “Sorry ... gue cuma pengen tau kenapa lo ngilang, ” katanya kemudian dengan nada lebih lembut.Arkana ingat bagaimana dirinya selalu menjaili Zara semasa SMA, tiada hari tanpa membuat kesal gadis itu.Bagi Arkana, wajah memberengut kesal Zara sangat cantik dan sedap dipandang mata selain lucu karena bibirnya selalu mengerucut.Sampai akhirnya Arkana menuliskan nama Zara di hatinya, ia jatuh cinta kepada gadis itu karena sebuah kutukan.Semuanya dimulai ketika hari senin pagi, hari yang sangat Arkana benci karena harus kembali ke sekolah setelah menghabiskan masa liburan kenaikan kel