"Tuan, tidakkah Tuan tahu dengan jelas aku siapa dan keadaanku bagaimana? Takdir terlalu jahat jika aku menjadi sosok yang Tuan inginkan, tidak adil rasanya jika Tuan yang sempurna hanya mendapat seorang gadis yang jika dorong sedikit saja dia akan mati. Tuan, kesempuarnaanmu tolong jangan dinodai dengan adanya aku. Bohong kalau aku tidak kagum atas sosokmu, bohong kalau aku tidak memiliki perasaan yang sama jika setelah aku pergi dari dunia yang menyakitkan itu hanya Tuan yang menjadi tempatku berpulang. Carilah yang lebih sempurna dariku, Tuan."Prince terdiam mendengar ucapan lembut si gadis yang mengiris hatinya menjadi 1001 bagian. Ia kira Niana akan menerimanya dengan mudah mengingat jika di luar sana ia yang hampir gila dikejar para perempuan yang mengaku cinta padanya. Namun saat ini, Niana justru melakukan penolakan dengan cara yang dengan halus."Apa kamu berpikir aku akan membebaskanmu setelah alasan yang kamu berikan itu? Tidak Niana, seandainya kamu berasal dari kubangan
Belum genap 24 jam, Tuhan telah mengirimkan ribuan kebahagiaan di hati Niana yang sebelumnya sudah teramat bahagia karena pengakuan dan pengklaiman secara sepihak oleh Prince. Kini, pria itu juga memberikan kabar gembira lainnya mengenai rencana yang sangat mustahil terjadi sebelumnya.“Benarkah?!” tanya Niana penuh tak percaya. Gadis itu bahkan melupakan rasa sakit dan pusing di kepalanya ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Prince sebelumnya. Prince mengangguk sebagai jawaban. Sontak hal itu membuat Niana tanpa sadar segera bangkit untuk duduk dan memeluk pinggang Prince dengan sangat erat. Terdengar jika gadis itu mengucapkan terima kasih yang tidak terkira pada kekasihnya. Terasa juga ada anak sungai yang mulai mengalir di kedua matanya.Prince yang merasakan dadanya basah pun segera melepaskan pelukan itu. Meskipun tangisan Niana adalah tangisan bahagia, dirinya tetap tidak rela jika mata indah itu mengeluarkan air mata. Hatinya sudah berjanji tidak akan membuat gadisnya kem
Benar apa yang dikatakan oleh Prince, kini tubuhnya tengah diperiksa dan dianalisis sebaik mungkin oleh para ahli di bidangnya. Jujur, awalnya ia sempat merasa takut. Namun, Prince benar-benar handal dalam meyakinkannya agar tidak takut lagi. Dirinya sangat bersyukur memiliki pangeran tampan bernama Prince itu.Selagi dalam masa pemeriksaan pun Niana benar-benar tidak melepaskan genggaman tangannya pada Prince. Dan ini adalah pertama kali dalam hidupnya bergenggaman tangan dalam durasi yang cukup lama bersama pria tercintanya.Kurang lebih membutuhkan waktu 1 jam lamanya Niana diurus oleh para dokter. Dan kini saatnya gadis itu kembali diizinkan istirahat sambil menunggu hasil dari pemeriksaan. Prince menatap dalam pada seorang gadis yang tengah tertidur sambil memegang telapak tangannya. Terasa sekali jika genggaman itu tak se-erat sebelumnya menandakan sang empu mulai terlelap dengan baik.Perlahan Prince bangkit, kini tubuhnya menjulang tinggi di hadapan si gadis yang baru saja te
Sore harinya ketika Prince pulang bekerja, Niana seperti biasa akan menunggu di depan pintu utama tempat paling awal yang akan Prince lewati sebelum masuk rumah. Seperti saat ini, pria itu baru saja masuk setelah dibukakan pintu oleh salah satu asistennya.Prince segera merentangkan tangannya seolah menyambut langkah kecil Niana yang perlahan mendekat ke arahnya. Pria itu dengan penuh rasa gemas memeluk erat tubuh gadisnya dan menciumi puncak kepala Niana. Bahkan Niana sendiri dibuat berjinjit ketika Prince ingin mencium pipinya.“Ayo duduk, nanti aku buatkan kopi,” ujar Niana sambil menarik lengan Prince untuk duduk di sofa yang ada pada ruang keluarga alih-alih ruang tamu yang dilewati keduanya.Prince sendiri hanya diam mengikuti apa yang diperintah oleh kekasihnya. Ia dengan senang hati akan menerima perlakuan apa saja yang dilakukan oleh Niana. Tak lama setelah itu, Niana kembali tiba dengan membawa secangkir kopi khusus untuk orang yang paling dicintainya. Gadis itu segera mel
Niana dan Prince tampak tengah menikmati waktu malam yang gerimis di balkon kamar si pria. Awalnya Niana hanya ingin meminta tolong pada Prince karena ponselnya tidak bisa hidup, namun pria itu tampaknya mengambil kesempatan dalam kesempitan untuk mengajaknya berpelukan di balkon kamar sambil menikmati cuaca malam yang dingin.Keduanya duduk di satu kursi yang sama dengan Niana duduk tepat di depan kekasihnya sehingga si kekasih bisa memeluknya dari belakang. Beruntung Prince membawa selimut sehingga ia tidak terlalu merasakan dingin."Sayang, ponselku bagaimana?" tanya Niana ketika kembali mengingat nasib ponselnya yang justru tidak disentuh sama sekali. Ia terlalu terlena dengan ajakan Prince untuk bersantai di balkon kamar sambil menunggu kantuk menyerang. "Besok aku belikan yang baru saja, aku tidak bisa membenarkan ponsel yang mati," jawab Prince santai. Niana kembali diam setelah mendapatkan jawaban dari kekasih. Toh menolak pun tidak akan bisa ia lakukan, Prince itu keras kepa
Setelah suasana menegangkan pagi tadi, kini Prince sudah tiba di gedung tempat perusahaan pusatnya beroperasi dan ia sudah siap untuk memulai hari bekerja lebih semangat lagi demi Niana. Yup, tujuan hidupnya adalah Niana.Jordan juga tampak merasa heran ketika sudah lebih dari satu minggu aura yang dikeluarkan oleh sahabatnya itu adalah aura yang belum pernah dirasakannya sama sekali dalam dirinya hidup di dunia ini. Ada apa dengan Prince sebelumnya?“Bos, kau tidak ingin bercerita sesuatu padaku?” tanya Prince di tengah-tengah langkahnya mengikuti kaki Prince melangkah. “Sesuatu? Apakah aku terlihat menyembunyikan sesuatu?” Dan Prince justru bertanya balik membuat Jordan berdecak sebal ulah bos sekaligus sahabatnya ini. “Tentu saja, selama satu minggu lebih kau selalu menunjukkan aura yang sangat-sangat positif. Ada apa sebenarnya? Apakah ayahmu sudah insaf?” tanya Jordan tanpa memedulikan delikan tajam dari Prince ketika orang yang tidak ia sukai disebut.“Hm, tidak ada yang lebih
Prince, pria itu baru saja selesai bertemu dengan beberapa klient penting serta melakukan beberapa rapat seperti biasa. Kini, dirinya kembali untuk menyelesaikan beberapa dokumen yang harus lolos analisanya serta ditandatangani hari ini juga.Namun, sebelum itu ia memilih untuk memeriksa ponselnya terlebih dahulu yang sedari pagi sudah ia aktifkan mode silent. Sehingga, suara pesan maupun telepon serta notifikasi lainnya tidak dapat mengganggu.Banyaknya pesan dari Niana serta panggilan tak terjawab dari gadis itu membuatnya menautkan alis merasa bingung. Tidak biasanya Niana seperti ini. Dengan cepat Prince membuka pesan-pesan yang dikirim gadisnya, sontak suasana hatinya yang sedang baik-baik menjadi buruk seketika.Pria itu segera bangkit dari kursi kekuasaannya dan keluar dari ruangan itu sambil menyuruh Leo untuk menyiapkan mobil. Kali ini dirinya akan pergi sendiri.“Kau hendak ke mana, Bos?” tanya Jordan ketika melihat Prince jalan tergesa-gesa sambil menempelkan ponsel di teli
Niana hanya bisa diam ketika tubuhnya perlahan di masukkan ke dalam mobil milik Prince. Terlihat pria itu juga memasangkan sabuk pengaman pada tubuhnya sebelum kembali memutari mobil dan duduk di sampingnya untuk mengemudi.Niana sama diamnya dengan Prince. Jika Prince diam karena sedang berusaha meredam amarah agar tidak meledak pada Niana, sedangkan Niana diam karena masih mengingat betapa nikmatnya ciuman Prince tadi. “Sayang, kamu marah?” tanya Niana takut-takut ketika mobil yang dikemudikan oleh Prince mulai meninggalkan area rumah sakit.Alih-alih menjawab, Prince justru hanya diam dan semakin memfokuskan diri pada stir kemudi daripada menjawab pertanyaan seorang gadis yang ada di sampingnya.Rasa bersalah mulai menggelayuti hati Niana ketika Prince tidak menjawab pertanyaannya atau bahkan hanya meliriknya sedikit saja. Pria itu hanya diam seolah peertanyaannya tadi hanya sebuah angin lalu. Jika sudah seperti ini, Prince pasti marah.Sesampainya di mansion, Prince kembali menga