"Aku hamil," ujar Niana dengan suara bergetar. Wanita itu juga menunjukkan sebuah alat tes kehamilan yang menunjukkan tanda positif. Beruntung Prince tahu bagaimana cara kerja alat yang sedang dipegang oleh istrinya.
Jantung Prince berdegup sangat kencang, harapannya ternyata benar-benar menjadi sebuah kenyataan. Beruntung sekali bukan? Impiannya untuk memiliki anak dari wanita yang sangat ia cintai bisa terlaksana.Niana segera memeluk suaminya yang masih termenung di atas ranjang. Ia mengusap punggung suaminya penuh sayang untuk kembali menyadarkan kesadarannya. Ia tahu jika shock yang Prince alami adalah karena rasa bahagia yang tak terkira. Ia berhasil membuat suaminya bahagia!"Sungguh, Sayang? Kita akan memiliki anak?" tanya Prince yang masih tak percaya. Padahal, ia sudah hampir percaya dengan ucapan istrinya jika hal ini bukanlah tanda kehamilan, melainkan hanya telat saja. Tak disangka, apa yang ia inginkan terkabul.Perlahan kesadaran PrSesampainya di kediaman mereka masing-masing, para istri mereka sudah menunggu di depan pintu dengan kedua tangan berkacak pinggang. Terlebih lagi Niana, napasnya tampak naik turun dengan tajam seraya menatap kehadiran sosok sang suami yang baru saja tiba."S-sayang," panggil Prince dengan perasaan gugup teramat sangat. Ia nyaris melebur ketika melihat tatapan sang istri yang begitu tajam padanya. "Semalam ini? Apa yang kamu lakukan di kantor dari pagi sampai malam? Pekerjaan apa itu?" tanya Niana beruntun. Ia sudah menahan diri sejak jam 6 yang lalu untuk tidak menyeret Prince pulang. "Kita bicara di dalam kamar saja ya? Kamu tidak boleh berkeliaran di tempat lain setelah jam 8 malam, seharusnya sekarang kamu sudah tidur," ujar Prince berusaha mengalihkan pertanyaan beruntun istrinya. Sungguh, saat ini Niana terlihat sangat menyeramkan.Melihat raut wajah sang suami yang sudah kelelahan membuat Niana mengikuti apa yang pria itu katakan. Ia tida
Benar dugaan Prince, pukul 5 pagi Niana sudah terjaga dan mengenakan kembali kostum haramnya untuk menagih janji Prince. Niana duduk di samping Prince yang masih berbaring untuk mengumpulkan nyawa, mata gadis itu terus terfokus pada antena suaminya yang sedang mencuat ke atas. Kebiasaan para pria di pagi hari."Suamiku, mana janjimu?" tanya Niana malu-malu, kedua tangannya terulur untuk menggoyang-goyangkan tubuh Prince agar pria itu cepat tersadar. Prince mengerutkan dahinya tanda ia bingung, kenapa ibu hamil ini sangat bernafsu padanya? Meskipun heran, tak sekalipun terlintas di pikiran Prince untuk menolak istrinya. Selain karena ia menyukai apa yang Niana inginkan, ia juga tidak ingin wanitanya sakit hati atas penolakan yang ia lakukan."Tunggu sebentar, aku harus gosok gigi terlebih dahulu agar kamu tidak mual," ujar Prince yang segera bangkit dan berlari kecil menuju kamar mandi. Pria itu bahkan sampai lupa belum mengenakan pakaiannya kembali dan me
Ayunda dan Niana akhirnya bisa memenangkan berdebatan dengan Prince mengenai izin untuk pergi keluar berdua. Awalnya Prince menolak mentah-mentah dan meminta kedua wanita itu untuk menunggunya sampai pulang. Namun, Ayunda maupun Niana membujuk Prince agar mereka dikawal saja dengan para pengawal pilihan pria itu sendiri.Saat ini, kedua wanita beda generasi itu tengah asyik memanjakan diri di salon pilihan Ayunda. Salon khusus para pemilik dompet tebal itu membuat Niana benar-benar takjub dengan pelayanan maupun tempatnya. Dari ujung kepala sampai ujung kaki ia benar-benar dimanjakan.Meskipun setiap bulan selalu ada orang-orang salon ke mansion untuk merawat tubuhnya, namun ini adalah kali pertama ia mendatangi secara langsung salon tempat para orang-orang khusus perawat tubuh Niana bekerja. Ternyata Prince memilih orang-orang itu dari salon ini."Bagaimana? Kamu sangat senang kan, Sayang?" tanya Ayunda pada Niana yang menggandeng lengannya untuk keluar b
Seraya menikmati cake bersama ibu mertua baik hatinya, Niana juga melakukan beberapa obrolan ringan bersama wanita di sampingnya. Bahkan mereka beberapa kali tertawa ketika menemukan lelucon yang menggelitik perut.Prince yang baru saja selesai dengan urusannya di ruang kerja memilih bergabung dengan ibu serta istrinya. Ia segera mengambil tempat di samping sang istri membuat wanita hamil itu diapit oleh mertua serta suami."Sayang, aku dan ibu berencana ingin melakukan liburan keluarga. Aku juga ingin mengajak Lyly dan Jordan untuk menikmati liburan kita kali ini. Kira-kira, kapan kamu akan meluangkan waktu untuk kami?" tanya Niana setelah menjelaskan keinginannya.Prince tampak berpikir, sepertinya ia tidak akan bisa mengabulkan keinginan sang istri dalam waktu dekat. Terlebih lagi, keadaan wanita itu yang belum diperbolehkan untuk bepergian jauh menjadi pertimbangannya juga."Untuk saat ini sepertinya belum bisa, Sayang. Pertama, karena perusah
Prince datang seperti biasa, namun, Niana merasa curiga ketika melihat pria itu seperti menahan sesuatu. Bahkan, wajah Prince lebih pucat dari biasanya.Niana menyambut sang suami dengan suka cita, ia yang melihat suaminya sangat kelelahan pun segera meminta pria itu duduk terlebih dahulu pada sofa yang sebelumnya ia tempati. Prince pun patuh, pria itu segera mendudukkan tubuhnya pada permukaan sofa yang terasa sangat empuk dan nyaman."Sayang, ada apa?" tanya Niana seraya mengusap lembut lengan kokoh suaminya. Ia juga sedikit mencondongkan tubuhnya pada sang suami agar bisa menatap dengan jelas prianya. Ayunda pun dengan mudah menebak jika anaknya akan jatuh sakit karena kelelahan. Lihat saja."Besok sepertinya rencana kita untuk pergi ke pantai gagal, Sayang. Tolong maafkan aku, aku sangat lelah," jawab Prince dengan tatapan penuh rasa bersalah. Padahal, besok adalah hari libur dan beberapa hari yang lalu ia sudah berjanji pada Niana akan memba
Pagi harinya, Yuna datang untuk membawakan pakaian Niana maupun Prince. Meskipun awalnya Prince menolak untuk dirawat di rumah sakit, namun tetap saja pria itu pasrah ketika istrinya yang mulai merajuk. "Tolong lain kali katakan keluhan apapun yang kamu alami padaku. Bukankah kita harus saling terbuka? Lantas apa gunanya aku jika kamu sakit saja aku tidak tahu," ujar Niana seraya menyuapi sang suami sarapan. Ruang rawat Prince kini terasa sepi. Ayunda pulang terlebih dahulu, dan para pengawal sendiri berada di luar."Aku pun tidak tahu jika akhirnya akan seperti ini, Sayangku," balas Prince dengan suara sedikit tertahan, Pria itu mati-matian menahan diri untuk tidak memuntahkan kembali makanan yang sedang ia makan."Sudahlah, aku sudah kenyang," ujar Prince dengan sedikit mendorong mangkuk yang berisikan bubur tinggal setengah itu. "Sayang jika tidak dihabiskan, kamu juga harus sarapan dengan benar sebelum minum obat," ucap Niana dan kembali me
Pasangan serasi Prince dan Niana baru saja keluar dari ruang pemeriksaan kandungan pada rumah sakit elit yang Prince pilih dengan ketat untuk menjadi tempat sang istri dipantau selama masa kehamilan. Keduanya merencakan untuk melakukan babymoon yang cukup jauh sehingga keadaan Niana harus diperiksa dengan detail terlebih dahulu sebelum melakukan liburan.Perut Niana semakin membesar dengan usia kandungannya yang semakin bertambah. Tepat di 26 minggu usia kandungan Niana, Prince membawa istrinya itu untuk melakukan babymoon sebelum akhirnya resmi menjadi orang tua."Semoga kalian baik-baik saja selama melakukan babymoon," ujar Prince seraya mengusap lembut perut buncit sang istri yang terdapat buah hatinya. "Tentu saja, kami menunggu babymoon sejak lama! Dan Daddy harus benar-benar membahagiakan kami," ucap Niana dengan suara yang dibuat-buat seperti anak kecil. Keduanya sontak tertawa bersama membuat Leo yang sedang mengemudi tersenyum kecil. Me
Hampir saja Niana melayangkan sendok makan yang tengah ia gunakan pada wajah tampan sang suami yang sedang tersenyum mesum ke arahnya. Masih jelas dalam ingatan bagaimana cara pria itu memakannya."Jangan pura-pura galak seperti itu jika pada saat melakukannya kamu ikut menikmati juga," ujar Prince membuat wajah Niana memerah saat itu juga. "Sudahlah, topik seperti itu tidak akan ada habisnya jika tetap dilanjutkan," putus Niana membuat Prince terkekeh geli melihat istrinya yang masih salah tingkah. Padahal, tidak ada orang lain di sekitarnya.Selesai makan siang yang diselingi canda tawa keduanya, kini mereka beralih untuk bersiap pulang. Ayunda sendiri khawatir ketika anak dan menantunya yang tak kunjung pulang, padahal seingatnya berkunjung ke dokter kandungan tidak selama itu. Namun ketika mengetahui keduanya sedang berada di taman bunga, membuatnya bisa menghela napas lega.Sesampainya di mansion, Prince sedikit bersusah payah untuk menggend