Paginya. Chiara menarik napas dalam dan menghembuskannya kembali dengan pelan. Kegugupan mulai merambatinya. Ia pandangi wajahnya lagi yang terpantul pada cermin di depannya.Chiara berkedip, sedikit tak percaya dengan apa yang sudah ada di hadapannya. Ia kini mengenakan gaun pernikahan yang semalam telah ia coba. Wajahnya yang biasanya terlihat pucat sekarang terlihat lebih segar karena sentuhan make up yang tebal, namun tetap natural. Semua bekas luka dan lebamnya pun tersamarkan."Mempelai wanitanya sangat cantik," puji pelayan berbisik pada temannya, tapi ucapannya itu masih bisa Chiara dengar dari tempatnya duduk.Chiara memaksakan senyumnya. Ia sama sekali tak bahagia. Untuk para mempelai yang lain, saat menjelang acara pernikahan mereka pasti dipenuhi rasa haru akan kebahagiaan. Tapi, sangat berbeda dengan yang Chiara rasakan sekarang. Chiara kini berusaha menutupi kesedihannya sambil berulang kali mengingat semua tulisan yang ada di dalam buku berisi aturan yang harus ia patuh
Chiara menatapi cincin berlian yang tersemat di jari manisnya dengan diiringi napasnya yang terbuang berat. Ia tersenyum nanar sambil berucap pada dirinya sendiri. "Aku harus bisa bertahan. Hanya tiga bulan. Tiga bulan saja."Chiara kemudian bangkit dari tempat tidur untuk mengganti gaunnya dengan pakaian santai. Ia sudah menghapus make upnya dan kini ia berjalan mendekati lemari.Tangan Chiara terulur untuk mengambil satu set pakaian. Dengan perlahan ia mulai melepas gaunnya. Lalu, ia melangkah dengan tubuh setengah telanjang menuju kamar mandi, sementara gaunnya sudah jatuh teronggok di lantai.Saat Chiara mulai menggerakkan kakinya, tiba-tiba ia dikejutkan dengan suara gebrakan pintu kamarnya. Ia membulatkan matanya dan spontan berteriak keras saat melihat seseorang berdiri di ambang pintu."Arghhh!" Chiara berusaha menutupi tubuhnya dengan kedua tangan.Sedang Lucas yang masuk ke kamar Chiara tanpa permisi, hanya menatap dingin gadis itu. Ia bersedekap sambil memutar mata malas. "
Keesokan paginya. Lucas sudah meluncur ke bandara untuk menjemput kedua orang tuanya. Langit kota New York tampak mendung, seakan mendukung perasaan Lucas sekarang yang sedang kesal. Sementara, di tempat lain. Di kamar Chiara. Gadis itu masih tertidur dengan pulas. Selimut masih membungkus tubuhnya dengan nyaman. Chiara bergerak pelan, menggeliat. Ia berguling ke samping saat ia kesulitan melepaskan diri dari selimut. Alhasil, ia terjatuh ke lantai. "Aww... punggungku," erang Chiara kesakitan. Ia berusaha melepaskan selimut dengan cara menendangnya, lalu ia menghela napas begitu berhasil bebas. Ia bangkit duduk dan terdiam sebentar sampai sebuah ketukan di pintu terdengar. "Siapa?" tanya Chiara pada seseorang yang ada di luar kamar. "Ini saya Melly, kepala pelayan, Nona. Saya ingin mengantarkan sarapan untuk Anda." Chiara beranjak untuk membukakan pintu. Ia memundurkan langkah agar wanita paruh baya di depannya bisa lewat. "Bibi tak perlu repot-repot membawanya ke kamarku. Aku b
Lucas menarik Chiara mendekat dan melingkarkan tangannya di pinggang ramping gadis itu. "Iya, Mom. Dia istriku," ucapnya penuh penekanan.Chiara menahan napasnya. Meski, sebelumnya ia pernah mendapati dirinya begitu dekat dengan Lucas saat ia terjatuh karena tergelincir gaunnya sendiri. Tapi, sekarang ketika tangan kekar Lucas menempel di pinggangnya, dan pria itu tampak posesif. Entah kenapa, membuat jantungnya berdebar tanpa sebab.Chiara terpaku menatap Lucas, dan segera membuang pandangan begitu ia tertangkap basah oleh Lucas. "Dia ternyata masih hidup?" tanya Sarah dilingkupi rasa tak percaya. Ia nyaris menjatuhkan rahangnya saat menyadari jika gadis yang telah ia kira pelayan, ternyata istri putranya sendiri yang tak lain gadis kecil yang meninggal tujuh belas tahun yang lalu. Pantas saja wajahnya terlihat sangat familier. Tapi, bagaimana bisa dia masih hidup? Padahal keadaannya dulu sangatlah mengenaskan, saat kecelakaan terjadi. Sarah melihat dengan mata kepalanya sendiri.Ba
"Maaf, Tuan. Aku begitu lalai sampai lupa dengan perintah Anda untuk tetap tinggal di kamar. Aku tidak tahu akan berakhir seperti ini. Maafkan aku, Tuan," ucap Chiara penuh penyesalan dan sedikit takut karena tatapan tajam yang dingin dan menusuk milik Lucas terus mengarah padanya. Jika, tatapan itu menjelma menjadi pisau, sudah dipastikan Chiara akan berdarah-darah sekarang. Ia amat menyesali kecerobohannya. Apalagi mengingat ia sempat membentak ibunya Lucas, semakin membuatnya merasa bersalah.Lucas tak berucap. Ia mengeluarkan napas kasar sekali lagi dari bibirnya. Pandangannya kemudian jatuh pada tangan kanannya yang terluka. Darah merembes dari sana setelah pecahan kaca merobek kulitnya. Ia langsung memejamkan kedua matanya begitu kepalanya berdengung sakit. Ia membenci darah, dan setiap kali melihatnya ia akan merasa mual, pusing, dan bisa saja ia kehilangan kesadaran saat itu juga.Chiara menaikkan pandangannya ketika ia tak menemukan reaksi seperti yang ia takutkan dari Lucas.
Chiara masih menautkan kedua alisnya, tercenung menatap dress warna nude tanpa lengan dengan model rok asimetris di depannya. Ia heran kenapa Lucas memberikan dress cantik ini padanya. Namun, ia menarik pandangannya kepada Lucas dengan curiga. Pasti ada tujuan tertentu di balik pemberian Lucas ini.Lucas memasang wajah datar dengan jengah. "Ini untukmu. Besok akan ada acara makan malam keluarga Knight. Gunakan ini saat kau datang sebagai pasanganku."Chiara menggerakkan kepalanya pelan tanda ia paham. Benar dugaannya, Lucas memiliki tujuan tersembunyi. Ternyata Lucas mengajaknya untuk ikut acara makan malam bersama keluarga pria itu. Dan ia harus memakai gaun yang sedikit terbuka di bagian dadanya tersebut. Ah, ia sama sekali tak terbiasa dengan pakaian yang terbuka. Tapi, apa boleh buat. Ia tidak bisa menolak perintah Lucas."Hanya itu kan yang ingin Tuan katakan?" tanya Chiara begitu Lucas sudah selesai berucap. Ia menundukkan pandangan dengan cepat saat kedua mata hazel Lucas yang
Lucas berkedip cepat. Ia tak menyangka Chiara akan cocok dengan dress yang ia pilih secara acak. Padahal ia berpikir jika gadis itu akan terlihat aneh dengan balutan dress tersebut. Tapi, kecantikannya justru terlihat semakin sempurna."Iya," balas Lucas berusaha menjaga suaranya tetap tegas dan dingin. "Ayo kita berangkat!" Chiara bangkit dari sofa dengan berjingkrak ceria. Ia sudah melupakan perkataan Lucas sebelumnya yang menyakitkan. Ia berusaha untuk tak mengingatnya lagi. Lagi pula ia sudah puas melampiaskan emosinya dengan mengumpati nama pria itu di kamar mandi tadi.Lucas menaikkan sebelah alisnya, menatap aneh gadis di depannya itu. Sungguh mengherankan. Setelah mendengar sendiri bagaimana Chiara mengatainya dengan sebutan iblis, kini gadis itu berkata padanya sambil menunjukkan senyum yang lebar dan cerah. Entahlah. Lucas tidak mau ambil pusing. Memikirkannya hanya membuat waktu berharganya terbuang sia-sia.Lucas berderap lebih dulu dengan menyimpan kedua tangannya di sak
Chiara sama sekali tak bisa menelan makanannya. Ia mengaduk makanan di piringnya tanpa selera."Jadi dia istrimu, Lucas? Aku kira dia orang yang luar biasa, mengingat banyak sekali perempuan cantik yang sudah kau tolak. Ternyata dia biasa saja ya. Tidak istimewa," ucap kerabat Lucas yang duduk di sisi Lucas.Lucas tak merespon, ia lebih memilih memasukkan sepotong daging ke mulutnya.Kerabat yang lain ikut menyahut. "Tapi, menurutku istri Lucas perempuan yang istimewa. Kalau tidak istimewa mana mungkin Lucas mau dengannya. Iya kan?""Iya juga. Mungkin, dia luar biasa di ranjang. Hahaha...."Lucas meradang mendengar semua perkataan yang merendahkan Chiara. Awalnya ia tak suka hanya jika identitas Lala yang direndahkan, tapi ia sekarang menjadi geram karena ada seorang perempuan yang dilecehkan melalui verbal seperti itu. Ia tidak akan tinggal diam. Tangan kanannya melepaskan garpu dengan keras sampai bunyinya yang membentur piring terdengar nyaring sementara ruangan sedang hening. Bebe