Tiga puluh menit kemudian, sebuah mobil Maserati berhenti di depan Golden Sky. Sepasang kaki jenjang melangkah keluar dari dalam mobil. Steven mengambil langkah lebar masuk ke dalam bar kelas atas itu. Matanya menyusuri ruangan remang namun tidak menemukan sosok yang dia cari."Selamat malam, Tuan. Anda mau minum apa?" Tanya seorang wanita yang ada di counter bar, wanita itu adalah Alice."Aku mencari Brianna." Jawabnya dengan suara rendah."Apakah anda kerabat Brianna?" Tanya Alice menyelidik."Aku suaminya." Jawab Steven singkat.'Oh... jadi ini suami Brianna..' Alice bergumam dalam hatinya.Alice menuntun Steven ke ruangan Jo. Wanita itu mengetuk pintu dan masuk ke dalam. Didalam ruangan, Jo sedang duduk di balik meja kerjanya. "Kau disini, Steve.. Dia minum sebotol penuh anggur merah." Kata Jo sambil melihat ke arah sofa yang ada di sisi kanan ruangan itu.Steven mengikuti arah pandangan Jo dan melihat melihat Brianna terbaring tidak sadarkan diri di atas sofa. Steven masuk dan m
Sudah dua minggu berlalu sejak Brianna bekerja di Royal Pierce, Brianna dapat melaluinya dengan baik. Dia juga bisa beradaptasi dan bergaul dengan baik dengan rekan-rekan lainnya. Dia juga sedikit demi sedikit mulai belajar tentang desain bangunan. Dua minggu pula Steven tidak pulang kerumah dengan alasan pekerjaannya di luar kota. Atau mungkin dia menghabiskan waktu bersama kekasihnya, Selena. Brianna menyibukkan dirinya dengan pekerjaan agar tidak mengingat Steven. Saat jam kerjanya selesai, Brianna akan menyempatkan diri menjenguk ibunya di pusat rehabilitasi.Namun saat dia pulang kembali ke kediaman Pierce yang besar, Brianna merasa kosong dan kesepian. Dia merindukan Steven. Setiap malam dia tidak bisa tidur, memikirkan kemungkinan Steven yang sedang bermesraan dengan kekasihnya.Setiap malam Brianna mengambil alkohol di mini bar milik Steven untuk membantunya agar bisa tidur. Dan itu bekerja. Setelah minum beberapa gelas alkohol Brianna akan tidur dengan pulas.Pierce Group a
Di kota Hallas, Steven menutup laptopnya dan memijat pangkal hidungnya sambil memejamkan mata. Dia telah cukup lama memandang layar laptop hingga membuat matanya lelah.Seorang wanita cantik memeluk lehernya dari belakang dengan mesra kemudian mencium pipi pria itu."Pekerjaanmu sudah selesai, sayang?" Tanya wanita itu dengan suara lembut."Hmm..." Jawab Steven sambil memegang tangan wanita itu.Wanita itu adalah Selena Garret, kekasih Steven."Maaf membuatmu menunggu lama. Ayo kita makan malam.." Steven menggandeng tangan Selena dan membawanya ke restoran yang berada di hotel Nirvana, hotel bintang tujuh tempat dia menginap, yang juga merupakan milik Pierce Grup."Ayo kita bersulang, Sayang..." Selena berkata dengan suara yang menggoda. Tangannya mengangkat gelas yang berisikan wine.Steven tersenyum padanya, mengangkat gelasnya sendiri, dan mengetukkan gelasnya dengan milik Selena. Wanita itu menyesap minumannya dengan elegan, sementara gelas minuman Steven tetap tergantung di udar
Mereka bertiga pergi ke Pandora, sebuah klub yang cukup terkenal di kalangan anak muda. Walaupun bukan klub kelas atas seperti Golden Sky, tapi klub itu cukup populer di kota itu.Mereka bertiga minum cukup banyak, terlebih Brianna. Bayangan Steven yang sedang bersama kekasihnya di hotel mengganggu pikirannya. Brianna minum dua botol bir, namun masih tidak bisa menghilangkan Steven dari pikirannya."Brianna, cukup! Kamu sudah minum dua botol bir." Kata Arron sambil menyambar bir di tangan Brianna."Aku masih kuat.. Lihat aku masih sadar, aku tidak mabuk sama sekali." Itulah yang dia mau, Brianna mau minum sampai mabuk dan menghilangkan bayangan Steven di otaknya. Brianna tidak sadar, dia melewatkan beberapa telepon di tas nya."Ayo Brianna, kita pulang... Lili ayo kita sudahi malam ini...""Aku mau ke kamar mandi dulu..." Brianna berkata sambil mengambil tas nya.Brianna masih cukup sadar untuk ke kamar kecil. Saat kembali, wanita itu sekalian ke kasir untuk membayar minuman mereka. B
"Cari tahu keberadaan Brianna, sekarang!" Steven memberi perintah kepada James yang sudah menunggunya di lobi hotel dan sopir sudah menunggu di mobil."Baik tuan."Setelah mereka berada didalam mobil, tanpa menunda, James membuka laptopnya dan dengan ahli mengakses rekaman CCTV di sekitar perusahaan. "Tuan, Nyonya Pierce terlihat keluar dari perusahaan pukul 20.13 bersama seorang wanita dan pria.""Tuan, Nyonya melakukan transaksi pembayaran di sebuah klub di Arton."Mata Steven menjadi gelap mendengar Brianna pergi ke klub bersama seorang pria."Tuan, saya meretas CCTV dari klub itu. Nyonya sudah meninggalkan tempat itu 30 menit yang lalu dengan sebuah taksi. Saya memeriksa nomor plat taksinya dan ternyata itu adalah plat palsu.""Lacak taksi itu!"Sementara itu, di sebuah gudang di daerah yang sunyi, Brianna bangun dan mendapati dirinya berbaring di tempat sebuah tempat tidur dengan tangan dan kakinya terikat. Dia merasa ada yang aneh dengan tubuhnya. Tubuhnya terasa panas dan tida
'Brak!'Tiba-tiba pintu gudang didobrak dan Steven masuk bersama beberapa pria kekar berpakaian hitam. Masih belum hilang keterkejutan mereka tiba-tiba terdengar suara ledakan pistol disertai teriakan kesakitan yang menyiksa dari dua orang yang menangkap Brianna.Brianna jatuh ke lantai. Steven dengan cepat berlari ke arah wanita itu sambil melepas jasnya, dan menutupi tubuh Brianna yang hampir telanjang dengan jasnya. Steven memeluk Brianna dengan erat. "Tidak!! Lepas! Lepaskan aku!" Teriak Brianna sambil meronta-ronta. Wanita itu berjuang untuk melepaskan diri dari pelukan Steven."Brie... Hei.. Ini aku, Steven.. Aku disini." Katanya lembut sambil membelai rambut Brianna. Steven memegang kepala Brianna dengan kedua telapak tangannya, memaksa Brianna untuk melihatnya hingga mata mereka bertemu. "Ini aku... Steven." Brianna menangis histeris saat melihat mata yang dalam. Steven datang! Steven menyelamatkan hidupnya! Seperti bertemu dengan pahlawan, Brianna melingkarkan tangannya di
Tiga orang duduk dengan tangan terikat dan mata tertutup, salah satu dari mereka berlumuran darah di kepalanya dan dua lainnya memiliki luka tembak di kaki mereka. "Berani sekali kalian mengganggu istriku? Sepertinya kalian sudah bosan hidup." Steven duduk dikursi dan menyilangkan kaki. Auranya begitu kuat dan menakutkan, seperti raja yang hendak mengeksekusi. Ditangannya dia memegang sebuah pistol dan bermain-main dengan pistol itu."Ampuni kami, Tuan... Kami tidak tahu wanita itu sudah punya suami... Aaahhhh!!!" Belum selesai pria itu berbicara dia sudah berteriak kesakitan karena peluru panas tertanam di kakinya. Darah segar mengalir dari kakinya, membuat pemandangan di gudang itu bertambah mengerikan."Pikirkan baik-baik sebelum bicara!" Suara Steven mungkin terdengar pelan, tapi nadanya dingin dan tajam, membuat siapapun yang mendengarnya akan gemetar."Kami hanya menjalankan perintah. Dia menyuruh kami menculik seorang wanita dan memperkosanya dan merekamnya. Kami belum menyent
"Halo kakak ipar, bagaimana kabarmu?" Steven yang sedang memotong apel untuk Brianna melirik Andrew yang sedang berjalan ke arah mereka. Sedangkan Brianna tersenyum saat melihat kedatangan Andrew."Aku baik-baik saja. Kakiku sakit, tapi hanya luka ringan. Bukan masalah besar.""Bukan masalah besar, katamu?" Andre memutar matanya. "Tidakkah kamu tahu, saudara laki-lakiku tercinta yang sedang memotong apel untukmu itu hampir menjadi gila ketika dia tahu kamu menghilang dan diculik oleh orang-orang mesum yang mencoba memperkosamu dan kamu bilang itu bukan masalah besar? Apakah kamu punya masalah dengan otakmu iparku sayang? Untungnya kami menemukanmu di waktu yang tepat, kalau tidak..." kata Andrew dalam satu tarikan napas."Bisakah kamu tutup mulut saja? Kamu mengotori oksigen di ruangan ini." steven memotong kata-katanya dan memberi Brianna sebuah apel yang sudah bersih dikupasnya."Maaf... aku tidak bermaksud memarahimu, kakak ipar." Andrew tidak habis pikir mengapa Steven malah mem