"Kenapa?""Aku ingin menjadi diriku sendiri tanpa embel-embel nama Pierce... Lagipula aku juga akan berhenti bekerja." jawab Brianna."Apa?" Tapi kenapa?" "Apa Tuan Pierce yang melarangmu?" Timpal Arron."Tidak sepenuhnya karena dia. Kejadian semalam membuatku cukup berpikir hingga aku mengambil keputusan ini."Brianna tidak ingin membahayakan janin yang ada di dalam kandungannya. Dia juga sudah terlalu sering ijin tidak masuk bekerja karena kesehatannya. Kali ini, dia masih diberikan kesempatan hingga kandungannya baik-baik saja, Brianna tidak ingin menyia-nyiakannya."Aku pasti akan merindukanmu, Brie..." Ungkap Lili sedih sambil menggenggam tangan Brianna."Kita masih bisa tetap bertemu kok, kalian punya nomor ponselku... Aku juga masih akan berpamitan ke kantor setelah aku pulih." Balas Brianna dengan senyum hangat.Mereka tinggal disana beberapa saat sebelum akhirnya pamit pulang. Lili menumpang mobil Arron dan duduk berdampingan di samping Arron yang sedang mengemudi."Aku sung
"Sayang, kenapa kamu berkata seperti itu?" Carmen memasang tampang sedih di wajahnya. "Aku benar-benar tidak tahu akan ada wartawan yang memotret.""Kenapa kamu mengajakku ke hotel?" Richard bertanya dengan marah."Aku hanya ingin merayakan kesuksesan acara pameran Diamond Link denganmu. Mengapa kamu begitu marah? Kamu terpaksa menikahiku?"Richard sangat-sangat terpaksa menikahi Carmen. Walaupun dirinya berselingkuh dengan Carmen, tapi dia tidak pernah berniat untuk serius dengan wanita itu, apalagi sampai menceraikan Samantha.Namun lima tahun lalu Carmen memberitahu kalau Samantha berselingkuh dibelakang Richard, dan Brianna bukanlah anak kandungnya, melainkan anak hasil perselingkuhan Samantha dengan seorang pria. Wanita itu mengelabuhinya dengan tes DNA palsu, dan Richard percaya!Karena itu, Richard membawa Carmen dan Lisa pulang ke kediaman Hart, dan menendang Samantha dan Brianna keluar dari rumahnya. Belakangan Richard mengetahui kalau Carmen membohonginya. Brianna adalah ana
"Tidurlah... Aku akan membangunkanmu saat sampai." Jawab Steven dengan senyum misterius.Brianna tahu Steven sedang merencanakan sesuatu, dan dia tidak ingin merusak kejutannya dengan mencari tahu. Wanita itu tersenyum dan mengangguk pelan, kemudian menutup matanya.Beberapa saat kemudian laju mobil melambat dan memasuki sebuah pekarangan. Setelah mobil berhenti, Steven tidak membangunkan Brianna karena melihat wanita itu tidur dengan nyenyak."Apa kita sudah sampai?" Tanya Brianna pelan saat dia membuka matanya."Hm... Kita sudah sampai." "Mengapa kamu tidak membangunkanku?""Aku suka melihatmu saat tidur." Jawab Steven lembut sambil membelai wajah Brianna.Wajah Brianna merona merah mendengar kata-kata lembut Steven. Dia memalingkan wajahnya yang panas karena tatapan Steven, namun dibuat tercengang dengan pemandangan di depan matanya."Steven, kita dimana?" Tanya Brianna terpana.Bibir Steven melengkung keatas penuh teka teki. Steven membuka pintu mobil dan keluar, alih-alih menjaw
"Brianna!"Seru Antony Collin sang manajer departemen desain saat melihat Brianna muncul di ruangan. Semua mata pun tertuju pada wanita itu."Halo semuanya..." Sapa Brianna dengan senyum mengembang di wajahnya.Brianna terlihat lebih segar dan ceria dibandingkan sebelumnya. Badannya juga terlihat lebih berisi. Kehamilannya sudah memasuki triwulan kedua, dia tidak lagi mengalami mual seperti sebelumnya, sehingga wanita itu terlihat lebih sehat."Brianna, katanya kamu berhenti bekerja?""Anak tajir seperti dia untuk apa juga kan bekerja disini?""Brianna... Kau tampak lebih segar..""Ya, Brie... Kamu kelihatan gemukan! Maksudku, sebelumnya kau sangat kurus, Brie.."Brianna di hujani berbagai pertanyaan dan juga pujian dari rekan-rekan kerjanya selama beberapa bulan ini. Ada juga beberapa orang yang nyinyir, tapi Brianna tidak ambil hati perkataan mereka."Aku mengucapkan terima kasih atas bimbingan dan kerja sama kalian semua selama aku bekerja sini." Ucap Brianna kepada rekan-rekannya.
"Hei, jangan tanya masalah keluarga, dong!" Protes Lili sambil menghentakkan kaki.Brianna sedikit terkejut dengan pertanyaan yang dilontarkan kepadanya. Dia terdiam sesaat dengan wajah tanpa ekspresi sebelum akhirnya bibirnya melengkung keatas, tersenyum pasrah."Aku minta maaf, aku tidak bisa menjawabnya...""Kalau begitu kamu harus menerima hukuman, ayo minum!" Kata seorang sambil menyodorkan segelas bir kepada wanita itu."Tapi aku tidak bisa minum alkohol..." Jawab Brianna tergagap sambil mengibas-ngibaskan kedua telapak tangannya."Minum... minum... minum... Hanya segelas saja..." Seru mereka mendesak Brianna.Brianna perlahan mengulurkan tangannya hendak meraih gelas itu. Melihat Brianna yang terdesak, tiba-tiba terdengar suara berat yang membuat semuanya terdiam."Biar aku yang menggantikannya minum!"Steven dengan cepat mengambil gelas berisi alkohol itu, dan menenggaknya. Semua mata menatap Steven mengosongkan gelas dengan terkesima. Mereka tidak percaya dengan apa yang mere
Waktu berlalu dengan cepat, kini usia kandungan Brianna sudah memasuki bulan ke tujuh. Beberapa bulan terakhir Brianna tidak lagi bekerja di The Royal Pierce, dan dia memiliki banyak sekali waktu luang. Steven ingin membawanya berlibur keliling dunia. Tapi kondisi Brianna yang sedang hamil dan kehamilannya yang cukup rentan membuat Steven tidak bisa melaksanakan rencananya. Namun tidak bisa membawa Brianna terbang keliling dunia, tidak membuat Steven tidak bisa memanjakan istrinya itu. Pria itu membawa Brianna mengelilingi beberapa negara dengan kapal pesiar mewah miliknya.Memiliki banyak waktu luang bukan berarti wanita itu tidak melakukan apa-apa. Brianna mulai menekuni desain yang sempat dia tinggalkan. Walaupun dengan kondisi kehamilannya saat ini dia belum bisa mengenyam pendidikan formal, tapi dengan bakatnya yang luar biasa, Brianna bisa menciptakan perhiasan yang indah.Dengan dukungan dari Steven, Brianna membuka sebuah toko online dengan produknya sendiri yang diberi nama
"Brie... Apa yang kamu lakukan disini?" Tanya Steven terkejut dengan kehadiran Brianna yang tiba-tiba."Kamu sendiri apa yang kamu lakukan... bersama... nya?"Steven melepaskan cengkramannya pada Selena dan segera memberi penjelasan pada istrinya itu."Brie, kamu jangan salah paham dulu.. Aku tidak hanya berdua saja dengannya, lihat ada James disini.""Benar, nyonya, saya berada disini sejak awal." Timpat James tidak ingin Brianna salah paham pada Steven.Brianna melihat James berdiri di balik pintu, dan merasa sedikit lega mendapati Steven berkata jujur. Terutama, suaminya tidak melakukan apapun dengan wanita lain. Brianna berjalan mendekat kepada Steven dan berhenti disisinya."Apa yang kamu lakukan disini... dengannya?" Steven meraih pinggang Brianna dan memeluknya, "Wanita ini ingin memohon maaf padamu, Brie..."Selena segera berlutut di hadapan Brianna dan meraih tangannya, dan memohon dengan meneteskan air mata, "Brianna... kumohon maafkan aku, Brie... Aku telah bertindak sanga
Brianna siuman dan membuka matanya dengan berat. Dia mengedarkan pandangannya yg berbayang melihat sekeliling ruangan, kemudian dia menangkap sosok Steven yang duduk di sisi ranjang, mata pria itu terpejam sambil menggenggam tangannya."Steven..." Panggilnya, namun hanya suara bisikan yang berhasil keluar dari mulutnya. Suaranya sangat kecil, hingga tidak terdengar bahkan di telinganya sendiri. Brianna menggenggam tangan Steven yang tertaut di jemarinya. Merasa ada yang bergerak di jarinya, Steven langsung tersentak bangun, dan melihat Brianna sudah membuka matanya."Brie... kamu sudah siuman..." Suara Steven terdengar serak dan berat. "Oh, terima kasih Tuhan!"Brianna berusaha bangun dan merasakan sakit yang teramat sangat pada bagian perutnya. Tiba-tiba dia teringat kejadian yang dia alami sebelumnya."Berbaringlah! Jangan banyak bergerak!""Steven... bayi kita?" Brianna bertanya dengan suara bergetar, jantungnya berdetak tidak karuan membayangkan apakah bayinya selamat atau tidak.