"Tunggu, Nath!" Leonardo berteriak. Nathan yang sedang berjalan menuju mobil pun menghentikan langkahnya. Namun, dia tetap tidak menoleh ke belakang."Kau tidak bisa memenjarakan aku!" Nathan melirik Lucky dan tertawa. "Ha! Ha! Ha!" Kemudian, dia membalikkan badan. "Mengapa tidak bisa, Tuan Leo?! Aku bisa melakukan apapun dengan kekuasaan dan uang yang kumiliki, termasuk memenjarakan mu!"Nathan menatap Marco. "Memfitnah hingga mencemarkan nama baik, dan pembunuhan berencana. Tuan Marco, apa semua itu sudah cukup untuk memenjarakan seseorang?"Marco mengangguk dengan cepat. "Tentu saja Tuan Muda. Ditambah bukti yang terkumpul sudah cukup untuk menjerat seseorang masuk ke penjara yang dingin dan keras."Begitulah jawaban Marco yang menambah kengerian Leonardo. "Saya tidak bersalah! Saya hanya disuruh oleh seseorang." Leonardo berteriak sehingga menarik perhatian banyak orang. "Nath, kita sudah bersahabat sejak lama. Tolong cabut berkas laporan pengacara mu!""Justru musuh berasal da
"Mom juga tidak tahu. Ketika Mom ke kamarnya sudah kosong. Dan, kamar dalam keadaan rapi," jawab Ainsley. "Mom benar-benar menyesal tidak bisa menjaganya dengan baik.""Mungkinkah dia sudah merencanakannya sejak lama?" tanya Nathan lagi. "Lalu, bagaimana dengan CCTV? Di rumah ini memiliki sistem pengamanan yang canggih, kan?"Dilihatnya Ainsley yang tampak lesu tidak bersemangat. Tampak lingkaran hitam pada bawah matanya. 'Mom terlihat tidak seperti biasanya dan sangat menyedihkan. Apa Kakek menekan Beliau juga?' pikir Nathan. Dia tidak berani menanyakannya langsung kepada Ainsley. Ainsley mengangguk. "Ayo masuk!" ajaknya. "Kita bicarakan masalah ini di dalam bersama Kakek dan Nenek. Kau pasti lelah, bukan?"'Hati dan pikiranku lelah memikirkan Alicia,' jawab Nathan di dalam hati. 'Di mana aku harus mencarinya?'Nathan mengikuti langkah Ainsley memasuki teras mansion keluarga Volkov.'Aku tidam boleh lemah. Aku tidak ingin terlihat lemah di depan Mom atau Beliau akan cemas,' ujarnya
Lima tahun kemudian.Nathan tersenyum tipis ketika melihat Lucky berjalan ke arahnya. Dia menyapa, "Lucky, kau terlihat lebih berisi dari sebelumnya."Lucky hanya mengedipkan mata. Kemudian, bertanya, "Tuan Muda, bagaimana liburan Anda?"Saat ini, Nathan sedang berada di Bandar udara internasional Heathrow, Inggris. Dia baru saja melakukan liburan tanpa Lucky selama 8 hari. Ya, dia pergi mengunjungi salah satu negara dengan wilayah pantai terindah yaitu Maldives. "Saya ....""Lima tahun ini, Anda telah banyak berubah. Mulai dari fisik dan karakter. Anda tidak lagi arogan. Anda juga banyak menghabiskan waktu dengan membaca," ujar Lucky. Dia melihat sebuh novel di tangan kiri Nathan. "Ya, benar. Saya sungguh tertarik dengan semua karya penulis LovyNa. Saya pikir-pikir, penulis ini adalah seorang wanita ...."Lucky mengambil tas ransel dari tangan Nathan. Dia terlihat senang bertemu dengan Nathan. "Apa gaya hidup seorang backpacker telah mengubah pola berpikir Anda, Tuan?" tanyanya men
"Nona!" panggil Lucky memecah keheningan diantara Nathan dan Alicia. "Ah! Maaf ...."Alicia membalikkan badan. Dia memegang jantungnya yang berdebar dan mencoba mengatur ritmenya. Setelah merasa tenang, Alicia mengajak Greyson pergi. "Ayo, Grey!" "Tunggu, Nona!" panggil Lucky lagi. Dia mencoba menghentikan langkah Alicia yang akan pergi menjauh dari tuannya. Deru napas Nathan memburu. Dia berteriak tertahan, "Tidak! Tidak untuk kedua kali!"Nathan melangkah cepat menyusul Alicia. Dia menarik tangan Alicia hingga tubuhnya berbalik menghadap Nathan. Pandangan keduanya pun bertemu. Nathan membatin sedih, 'Kedua bola mata itu ....' Nathan menatap mata indah Alicia yang kecoklatan. 'Kedua bola mata itulah yang selalu aku rindukan selama 5 tahun ini.'Nathan tidak berhenti menatap kedua mata Alicia. Sedangkan Alicia mendongakkan wajahnya menatap kedua mata tajam Nathan.'Ada apa dengan kedua matamu, Nath? Aku tidak melihat adanya tanda kehidupan!' seru Alicia di dalam hatinya yang berd
"Saya hanya berspekulasi," jawab Nathan asal. "Ha! Ha! Ha!""Anda ini benar-benar terlewat percaya diri!" seru Lucky memuji tuannya sarkas. Lucky mengemudikan kembali mobil menuju Czarford Hotel and Casino. "Saya akan memberitahu Tuan Greyson agar dia bisa bekerja sama dengan baik," ujarnya sambil memginjak rem. Kini, mobil yang membawa Nathan akan keluar dari jalan bebas hambatan. Sementara itu di kediaman Greyson Michael. Wajah Alicia terlihat lelah. Dia beberapa kali mengusap peluhnya. "Cia, mengapa kau tidak berkata jujur kepada Nathan? Padahal dia sudah berusaha untuk berkata jujur padamu."Greyson bertanya tentang perasaan Alicia kepada Nathan. Mereka telah sampai di kediaman Greyson yang berada di London. Greyson berjongkok di samping Alicia yang juga sedang berjongkok. Dia membantu Alicia mengeluarkan isi koper dan menyusunnya di lemari. "Apa perasaanmu sudah berubah?" tanyanya lagi. Alicia menggulung rambutnya ke atas. Dia terlihat begitu rapuh jika mengulang ingatannya
"Dia adalah Amanda Lawrenson, Tuan," jawab Robert sambil memperhatikan Amanda yang sedang memberikan arahan kepada seorang tukang bangunan. "Amanda, kemarilah!"Wanita bernama Amanda itu segera berjalan menghampiri Robert yang sedang bersama Nathan dan Lucky. "Ya, Mr. Robert?" Amanda menatap Nathan yang sedang menatap dirinya. "Perkenalkan, Tuan Muda," ucap Robert sambil menatap Nathan. "Amanda adalah asisten saya. Dia sedang magang di kantor saya. Maaf jika saya tidak memberitahu Anda."Robert terlihat menundukkan kepalanya. Dia terlalu takut menyinggung perasaan pria terkaya nomor satu di Inggris Raya ini. "Oh, asisten? Oke, saya tidak masalah dengan hal itu," jawab Nathan yang berhasil mengejutkan semua orang. "Ayo pergi ke lantai atas!"Setelah menaiki beberapa anak tangga, akhirnya mereka tiba di lantai atas. Nathan terkejut ketika menemukan satu tempat bermain anak dengan konsep terbuka di balkon."Oh, apa ini?"Nathan berjalan keluar dari sana. "Bukankah ini adalah tempat be
"Iーini?"Alicia berjalan menuju balkon lantai dua. Alicia begitu terkejut. "Mengapa Nathan memasang teropong bintang di sini?" tanya Greyson. Dia berjalan di belakang Alicia. "Nathan?Apa maksudmu, Grey?" Alicia menoleh ke arah pianis muda yang berdiri di sisi kirinya. Kedua mata indahnya terbuka lebar."Ya, Nathan."Alicia masih tidak mengerti maksud perkataan Greyson. "Apa hubungannya Nathan dengan semua ini? Cepat jawab aku, Grey!"Greyson mengusap kumis tipis yang dia cukur setelah mandi tadi. Dia memalingkan wajahnya ke Alicia."Alicia, ketahuilah! Rumah ini dibeli Nathan untukmu dan anak-anak mu." Greyson mengungkapkan rahasia diantara dirinya dan pihak Nathan."Apa?!" Alicia menutup mulutnya disertai dengan pandangan terkejut. Kedua matanya berbinar."Alicia, dengarkan aku!""Mengapa kau menyetujuinya? Mengapa kau tidak bertanya pendapat ku terlebih dahulu, Grey?"Alicia berteriak marah. Saat itu juga, Greyson menyadari kesalahannya. "Cia, akuー"Greyson hendak menarik tangan
"Saya pun terkejut dengan perubahan sikapnya pada anak-anak," jawab Lucky mengakui. "Namun, bukan hanya itu. Sikap Tuan Muda banyak berubah, begitu juga dengan penampilannya."Tiba-tiba Alicia terdiam. Di benaknya muncul sosok Nathan ketika bertemu pertama kalinya sejak 5 tahun terakhir di bandar udara internasional Heathrow. 'Ya. Aku pun terkejut dengan style-nya. Sejak kapan dia menindik telinga dan memakai kalung? Citra Bos elegan berubah menjadi Bad boy!' Tentu saja pikiran-pikiran itu tidak dilontarkan Alicia. Dia menyimpannya sendiri di dalam hati.Alicia tersenyum. Dia berkata, "Ya. Kau benar, Lucky."Alicia duduk di sofa panjang. Dia menyilangkan kakinya sambil menyandarkan kepala. "Grey, jika Alice menangis, tolong beritahu aku!" serunya"Ya, Cia. Kau istirahatlah!"Lucky melihat wajah lelah Alicia. Dia menggigit-gigit ujung kuku tangan kanannya. "Apa Anda ingin saya carikan jasa pijat agar mengembalikan kebugaran tubuh Anda, Nona?"Alicia menggeleng seraya tersenyum. "Tida