"Kau sendiri yang katakan bahwa saya adalah Suami Alicia, kan?"Nathan sepertinya tidak bisa bersabar lagi menghadapi Lucky. Dia melihat Lucky mengangguk."Lalu, Tuan?" tanya Lucky kebingungan."Seharusnya kau paham, saya lebih tahu Alicia dari siapapun, bodoh!"***Beberapa hari berlalu sejak Alicia menangis. Kini, wanita blasteran Inggris-Indonesia tersebut sedang memfokuskan kedua mata coklatnya pada layar laptop. Alicia tersenyum. "Nathan benar-benar seorang pria kaya raya. Dia memberiku laptop canggih yang selama ini hanya bisa ku tatap di etalase toko," ujarnya bersemangat. Alicia menatap jam dinding di sudut kamar. Dia menghela napas. "Ah, bukankah sudah seharusnya seorang Suami memberikan semua kebutuhan Istri?" tanya Alicia berusaha membesarkan hatinya. Dia sambil menatap foto pernikahannya dengan Nathan. Bip! Bip! Bip!Alicia menoleh ke arah ponselnya yang berdering. "Chloe? Ada apa dia menghubungiku? Apakah dia akan mencaci maki aku lagi?"Alicia selalu overthinking se
"Berikan ponselku!"Alicia berseru tanpa suara. Dia komat-kamit seperti Lucky mengucapkan mantra. Nathan tidak menggubrisnya. Dia dengan tenang mendengarkan ocehan Chloe di saluran telepon. "Cia, kau tunggu saja! Aku pastikan kau akan segera bercerai dengan Nathan. Karena aku akan mengambil paksa Nathan darimu!"Mendengar ancaman tersebut, Nathan tidak marah ataupun membenci Chloe. Dia justru tersenyum tipis. Dia mengembalikan ponsel Alicia dengan segera. Bip!Alicia menerima ponselnya dari tangan Nathan. Dia menatap layar ponsel dan bertanya dengan kesal, "Mengapa kau menyudahi panggilan teleponku, Nath?!" Alicia mengikuti langkah Nathan menuju kamar mandi yang masih berada di dalam kamar. Sesampainya di depan pintu kamar mandi, langkah Nathan terhenti. "Apa kau ingin mengintipku buang air kecil? Atau kau akanー""Dasar otak mesum!"Alicia membelalakkan mata. Dia mendorong Nathan masuk ke kamar mandi, lalu menutup pintunya.***Satu minggu setelah kejadian di ruang tidurnya, Natha
"Katakan!" perintah Nathan memotong pembicaraan Chloe dan Max. Nathan mengusap-usap dagu dengan tangan kiri. Dia sedikit mendongakkan dagunya agar terkesan sombong. Chloe dan Max saling pandang. Kemudian, Chloe bertanya, "Ummph, oke. Kau pasti tahu tujuan kami datang ke sini, kan?"Chloe menatap Nathan intens. Dia kembali bertanya, "Kau sudah membaca pesanku dan melihat beberapa foto Istrimu yang murahan itu, kan?"Tidak ada yang melihat Nathan mengepalkan tangan kanannya di atas meja. Semua mata terfokus kepada Chloe. Chloe memainkan peran dengan baik. Dia menunjukkan ekspresi wajah serius yang tentunya membuat siapapun percaya. "Dan, kau percaya kepadaku, kan?" tanyanya untuk kali ke-3. "Ehem!"Max berdeham. Nathan mengalihkan perhatian kepadanya, begitu juga dengan Lucky. "Hm, Nathan ... sebaiknya kau percaya pada Tunangan ku!"Nathan mengernyitkan dahi. Dia menatap Max seraya menarik sudut bibir kanannya ke atas. "Oh?" tanyanya. "Mengapa?"Nathan menyandarkan punggungnya samb
'Aku sudah mendengar semuanya. Jika kau bertanya, apakah aku marah? Ya, tentu saja aku marah, Chloe Wood,' batin Alicia. 'Namun, aku tidak akan menunjukkan kebrutalan ku di depan Nathan.'"Kau bertanya kepadaku, mengapa aku di sini?"Alicia mengganti posisi. Dia berjalan ke depan Nathan dan memilih duduk di pangkuan suaminya. "Apa kau lupa, Chloe? Saudari tiri mu ini adalah Istri dari seorang pria tampan di depanmu."Alicia berkata tanpa canggung. Nathan melihatnya dengan bangga. "Honey, apa yang harus aku lakukan untuk mereka? Kau sudah membuang waktu yang berharga dan membuang banyak uang untuk mereka, kan?"Alicia memainkan dasi Nathan. Dia juga mengusap wajah Nathan dengan sentuhan lembut. 'Aーapakah Alicia mengetahui semuanya? Aーapakah Nathan sengaja merencanakan semua ini untuk mempermainkan aku?!' pikir Chloe."Kau adalah Nyonya Czarford, Cutie pie. Kau bebas melakukan apapun. Karena ...."Kedua tangan Nathan mengusap punggung Alicia yang sedikit terbuka karena gaun sabrina t
"Apa?! Konsekuensi apa maksudmu, Lucky?!"Lucky menatap wajah Chloe yang tegang. Kemudian, dia tersenyum miring. "Penjara," balas Lucky singkat. Chloe dan Max terkejut. Begitu pula dengan Alicia yang sejak tadi berada di pangkuan Nathan. "Oh!" pekik Alicia sembari menutup mulutnya dengan kedua tangan. Dia menoleh ke arah Nathan yang sedang tersenyum lebar. "Kau mau ke mana, Cutie pie?" tanya Nathan dengan suara rendah. Kedua tangan Nathan menahan pinggang Alicia ketika istrinya tersebut hendak berdiri. Alicia tidak bisa bergerak. Dia tetap berada di pangkuan Nathan. Nathan menatap Chloe dan Max yang sedang saling pandang. "Biarkan saja Lucky yang menangani mereka!" serunya kemudian. "Kau jangan bercanda, Lucky!" seru Chloe beberapa saat kemudian. Dia meninggikan nada bicaranya. Max terlihat tidak puas. Dia membentak Chloe dengan berkata, "Lakukan sesuatu, Chloe! Jangan diam saja!""Tidakkah kau melihatku, Max? Tidakkah kau tahu apa yang sedang aku usahakan?"Dua pertanyaan bar
"Alicia, meskipun kau hanyalah Istri kontrakku selama 1 tahun, aku tetap harus tahu masa lalumu."Nathan membuka kaleng minuman bersoda, lalu menyerahkannya kepada Alicia. "Minumlah!"Nathan melihat Alicia minum. Dia berucap di dalam hati, 'Benar-benar sosok Istri penurut.'Kemudian, Nathan membuka kaleng minuman untuk dirinya sendiri. Gluk! Gluk! Gluk!"Dia begitu seksi dengan jakun dan bentuk bibirnya yang memerah!" seru Alicia dengan suara rendah. Dia tanpa sadar mulai mengagumi sosok suami kontraknya. "Karena kau tahu, mengapa?"Nathan menyeka sisa-sisa minuman di bibir dengan punggung tangannya."Karena jika ada kejadian tidak menyenangkan lagi seperti Chloe, aku bisa handle semuanya tanpamu," lanjut Nathan menjelaskan. Nathan tetap berdiri mematung menunggu respon Alicia. Namun, yang dia dapatkan hanyalah tatapan mata Alicia yang kosong."Aーku minta maaf," ucap Alicia terbata beberapa detik kemudian. Nathan melihat jari-jari tangan Alicia memainkan kaleng minuman. Nathan be
"Ada apa, Cia? Jawab pertanyaan ku!"Nathan membentak Alicia hingga wajah istrinya merah padam. Alicia hampir menangis. Alicia menunduk. 'Kau ingin aku membuka luka yang masih basah itu, Nath?' tanyanya di dalam pikiran. 'Jika itu keinginanmu, maka baiklah!"Nathan menyadari perubahan ekspresi Alicia. Dia bangkit dan memeluknya. 'Apa aku membentaknya terlalu keras? Apa Cia akan menangis?' tanyanya dengan penyesalan. "Alicia, akuー"Alicia memotong kalimat Nathan dengan berkata, "Ya, dugaan mu tepat. Pria gendut itu menyewa kamar."Nathan semakin mempererat pelukannya. Dia merasa bersalah dan marah saat mengetahui masa lalu Alicia yang sebenarnya. Kedua mata Nathan memerah. Dia memaki di dalam hati, 'Kurang ajar! Aku akan membalas perlakuan mereka semuanya!'"Chloe membawaku ke sebuah kamar hotel. Di sanalah pria gendut itu menungguku. Lalu, Chloe pamit ke toilet dan aku tersadar bahwa itu hanyalah akal-akalan dia," lanjut Alicia menjelaskan kronologi kejadian malam naas itu. Nathan
"Uhm ...."Nathan melepaskan bibirnya dari bibir Alicia. Keduanya saling menatap satu sama lain. "Alicia, look at me now!" seru Nathan. Kedua tangan Nathan menyentuh kedua pipi Alicia. Dia mendongakkan wajah istrinya agar kedua bola mata indah Alicia menatapnya. Beberapa detik lamanya, keduanya terdiam. Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari Nathan.Alicia hanya bisa diam. Dia menatap Nathan seperti permintaan pria itu. 'Apa maksudnya? Dia bahkan hanya menatapku tanpa berbicara satu kata pun,' pikir Alicia keheranan. Masih dengan tatapan yang sama, Nathan memandangi wajah Alicia tanpa senyum juga tanpa berkedip. 'Apakah dia ingin menciumku lagi? Oh, tidak! Mengapa dia selalu mengambil kesempatan untuk menciumku, huh?!' batin Alicia. "Bersiaplah! Karena kau akan ikut aku ke kantor!"Dugaan Alicia meleset. Nathan bersikap tidak seperti dugaannya. "Hah?! Kantor?!"Nathan berdiri di depan cermin merapikan pakaiannya. "Ya," balasnya tanpa menoleh. "Tapi, Nath ... bukankah sekara