'Aku sudah mendengar semuanya. Jika kau bertanya, apakah aku marah? Ya, tentu saja aku marah, Chloe Wood,' batin Alicia. 'Namun, aku tidak akan menunjukkan kebrutalan ku di depan Nathan.'"Kau bertanya kepadaku, mengapa aku di sini?"Alicia mengganti posisi. Dia berjalan ke depan Nathan dan memilih duduk di pangkuan suaminya. "Apa kau lupa, Chloe? Saudari tiri mu ini adalah Istri dari seorang pria tampan di depanmu."Alicia berkata tanpa canggung. Nathan melihatnya dengan bangga. "Honey, apa yang harus aku lakukan untuk mereka? Kau sudah membuang waktu yang berharga dan membuang banyak uang untuk mereka, kan?"Alicia memainkan dasi Nathan. Dia juga mengusap wajah Nathan dengan sentuhan lembut. 'Aーapakah Alicia mengetahui semuanya? Aーapakah Nathan sengaja merencanakan semua ini untuk mempermainkan aku?!' pikir Chloe."Kau adalah Nyonya Czarford, Cutie pie. Kau bebas melakukan apapun. Karena ...."Kedua tangan Nathan mengusap punggung Alicia yang sedikit terbuka karena gaun sabrina t
"Apa?! Konsekuensi apa maksudmu, Lucky?!"Lucky menatap wajah Chloe yang tegang. Kemudian, dia tersenyum miring. "Penjara," balas Lucky singkat. Chloe dan Max terkejut. Begitu pula dengan Alicia yang sejak tadi berada di pangkuan Nathan. "Oh!" pekik Alicia sembari menutup mulutnya dengan kedua tangan. Dia menoleh ke arah Nathan yang sedang tersenyum lebar. "Kau mau ke mana, Cutie pie?" tanya Nathan dengan suara rendah. Kedua tangan Nathan menahan pinggang Alicia ketika istrinya tersebut hendak berdiri. Alicia tidak bisa bergerak. Dia tetap berada di pangkuan Nathan. Nathan menatap Chloe dan Max yang sedang saling pandang. "Biarkan saja Lucky yang menangani mereka!" serunya kemudian. "Kau jangan bercanda, Lucky!" seru Chloe beberapa saat kemudian. Dia meninggikan nada bicaranya. Max terlihat tidak puas. Dia membentak Chloe dengan berkata, "Lakukan sesuatu, Chloe! Jangan diam saja!""Tidakkah kau melihatku, Max? Tidakkah kau tahu apa yang sedang aku usahakan?"Dua pertanyaan bar
"Alicia, meskipun kau hanyalah Istri kontrakku selama 1 tahun, aku tetap harus tahu masa lalumu."Nathan membuka kaleng minuman bersoda, lalu menyerahkannya kepada Alicia. "Minumlah!"Nathan melihat Alicia minum. Dia berucap di dalam hati, 'Benar-benar sosok Istri penurut.'Kemudian, Nathan membuka kaleng minuman untuk dirinya sendiri. Gluk! Gluk! Gluk!"Dia begitu seksi dengan jakun dan bentuk bibirnya yang memerah!" seru Alicia dengan suara rendah. Dia tanpa sadar mulai mengagumi sosok suami kontraknya. "Karena kau tahu, mengapa?"Nathan menyeka sisa-sisa minuman di bibir dengan punggung tangannya."Karena jika ada kejadian tidak menyenangkan lagi seperti Chloe, aku bisa handle semuanya tanpamu," lanjut Nathan menjelaskan. Nathan tetap berdiri mematung menunggu respon Alicia. Namun, yang dia dapatkan hanyalah tatapan mata Alicia yang kosong."Aーku minta maaf," ucap Alicia terbata beberapa detik kemudian. Nathan melihat jari-jari tangan Alicia memainkan kaleng minuman. Nathan be
"Ada apa, Cia? Jawab pertanyaan ku!"Nathan membentak Alicia hingga wajah istrinya merah padam. Alicia hampir menangis. Alicia menunduk. 'Kau ingin aku membuka luka yang masih basah itu, Nath?' tanyanya di dalam pikiran. 'Jika itu keinginanmu, maka baiklah!"Nathan menyadari perubahan ekspresi Alicia. Dia bangkit dan memeluknya. 'Apa aku membentaknya terlalu keras? Apa Cia akan menangis?' tanyanya dengan penyesalan. "Alicia, akuー"Alicia memotong kalimat Nathan dengan berkata, "Ya, dugaan mu tepat. Pria gendut itu menyewa kamar."Nathan semakin mempererat pelukannya. Dia merasa bersalah dan marah saat mengetahui masa lalu Alicia yang sebenarnya. Kedua mata Nathan memerah. Dia memaki di dalam hati, 'Kurang ajar! Aku akan membalas perlakuan mereka semuanya!'"Chloe membawaku ke sebuah kamar hotel. Di sanalah pria gendut itu menungguku. Lalu, Chloe pamit ke toilet dan aku tersadar bahwa itu hanyalah akal-akalan dia," lanjut Alicia menjelaskan kronologi kejadian malam naas itu. Nathan
"Uhm ...."Nathan melepaskan bibirnya dari bibir Alicia. Keduanya saling menatap satu sama lain. "Alicia, look at me now!" seru Nathan. Kedua tangan Nathan menyentuh kedua pipi Alicia. Dia mendongakkan wajah istrinya agar kedua bola mata indah Alicia menatapnya. Beberapa detik lamanya, keduanya terdiam. Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari Nathan.Alicia hanya bisa diam. Dia menatap Nathan seperti permintaan pria itu. 'Apa maksudnya? Dia bahkan hanya menatapku tanpa berbicara satu kata pun,' pikir Alicia keheranan. Masih dengan tatapan yang sama, Nathan memandangi wajah Alicia tanpa senyum juga tanpa berkedip. 'Apakah dia ingin menciumku lagi? Oh, tidak! Mengapa dia selalu mengambil kesempatan untuk menciumku, huh?!' batin Alicia. "Bersiaplah! Karena kau akan ikut aku ke kantor!"Dugaan Alicia meleset. Nathan bersikap tidak seperti dugaannya. "Hah?! Kantor?!"Nathan berdiri di depan cermin merapikan pakaiannya. "Ya," balasnya tanpa menoleh. "Tapi, Nath ... bukankah sekara
'Bukankah ini ada ruang pertemuan anggota dewan direksi? Untuk apa Nathan mengajakku ke sini?'Langkah kaki Alicia terhenti tepat di depan ruangan megah yang bernuansa modern. Nathan dan Lucky pun menghentikan langkah. "Ayo masuk! Semua orang sudah menunggu," ajak Nathan yang dibalas dengan tatapan kebingungan Alicia."Nath, mengapa kau mengajakku ke sini? Bukankah ini adalah ruangan....""Kau akan mengerti jika ikut masuk bersamaku, Cia! Trust me!"Genggaman tangan Nathan semakin erat. Pria itu mengangguk."Silakan, Tuan dan Nona Muda Czarford!"Lucky membuka pintu ruang pertemuan lebar-lebar. Dia juga menundukkan kepala mempersilakan kedua majikannya masuk ke sana."Jangan takut! Kau bersamaku sekarang, Cia," bisik Nathan di telinga sang istri. Alicia mencoba memantapkan hati. Dia menatap Nathan sambil mengatur deru napasnya. 'Apa maksudnya? Aku tidak ingin bertemu dengan Mom dan Harry,' tolak hati Alicia. 'Namun, aku pun penasaran dibuatnya,' lanjutnya. Nathan dan Alicia melangk
"Oh, jelas! Saya sangat terkejut. Karena Anda mengumumkan hal penting ini secara mendadak, Tuan Nathan," balas Rowland tidak mau kalah. Rowland berdiri. Dia berjalan menuju bagian depan ruang pertemuan. Alicia menatap pria yang sejak tadi berbicara dengan Nathan. Dia berpikir, 'Wajah Paman Rowland merah padam. Sebagai kaki tangan Harry, dia pasti sangat marah.' 'Sepertinya, Tuan Rowland ingin menjadi seorang tokoh protagonis di sini,' pikir Nathan. "Nath, tidak bisakah kau hentikan semua ini sekarang?" Alicia berjinjit. Dia membisikkan kalimat tanya dan Nathan meresponnya dengan menggeleng. "Lihatlah Pamanmu, Cia!" seru Nathan dengan cara yang sama. "Dia ingin mencari perhatian sekaligus mencari empati dari semua dewan direksi perusahaan." Nathan mengarahkan matanya kepada Rowland. "Dia bukan Pamanku!" elak Alicia, dia mengikuti arah pandangan suaminya. "Aku tidak mengenalnya dengan baik. Namun, dia adalah kaki tangan Harry," lanjut Alicia cepat-cepat sebelum Rowland sampai di h
"Uhmm ...."Nathan membungkam mulut Alicia dengan ciuman bergairah. Pria itu membawa kedua tangan Alicia ke atas kepala istrinya, lalu menggenggamnya erat. 'Aku tidak pernah menyangka, kau yang dingin dan menyebalkan berubah menjadi hangat seperti ini, Nath,' batin Alicia. Alicia memejamkan mata merasakan sensasi sentuhan bibir Nathan yang bergairah.'Kau tidak pernah membalas ciumanku, Alicia. Mengapa?! Apakah kau tidak menikmatinya? Apakah kau tidak ingin aku cium?'Pertanyaan-pertanyaan itu berputar di kepala Nathan. Dia menatap wajah manis istrinya sebentar."Ughhhh ...."Nathan melepaskan bibirnya dari bibir Alicia. Dia membiarkan Alicia menghirup udara sebentar. Nathan melihat Alicia membuka matanya dan bertanya, "Apa?!""Ahh, tiー""Apakah kau tidak menikmatinya?"Alicia salah tingkah. Dia menoleh ke sisi kiri guna menghindari tatapan Nathan yang intens. Nathan meraih dagu Alicia, lalu membawa wajah istrinya ke depan wajahnya. "Alicia, jawab saja pertanyaan aku!" seru Nathan