Share

Part 16

Part 16

“Kamu ditanya apa saja tadi sama ayahnya Cika?” tanya Aini setelah aira bersamanya.

“Banyak.”

“Apa saja?”

“Aku sudah makan apa belum. Aku salah jawab belum, mau diajak makan berdua naik mobil.”

“Teru?” dintaya tentang Ayah kerjanya apa.”

“Kamu jawab jujur semuanya?” tanya Aini

“Lain kali kamu harus hati-hati sama orang itu ya?” titah Aini.

“Iya, Mbak. Tapi dia tadi tidak apa-apain aku kok, Mbak,” kata Aira. “Tapi dia bilang kalau Ayah dan Ibu adalah temannya. Dia lihat wajahku katanya mirip Ayah dan Ibu, makanya sangat kasihan sama aku.”

Aira masih terlalu kecil dan bisa saja dikelabui. Tidak ada kebetulan yang sangat kebetulan seperti itu. Orang tua Aira rumahnya jauh dengan ayah Cika. Dari pondok pesantren itu saja, sudah berlawanan arah. Rumah Aira ke arah barat dan rumah Cika ke arah timur.

Itu yang dipikirkan Aini.

Aini tidak bisa menjelaskan kekhawatirannya sama Aira. Tidak mungkin akan mengatakan itu pada anak kecil seusia Aira. Meski dirinya tumbuh dalam lingkungan pes
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status