Nia hanya bisa diam di tempatnya, tanpa kata tanpa bicara menyaksikan ini semua.Ini bukan kebahagiaan melainkan sebuah kesakitan yang begitu mendalam.Hingga akhirnya Nia pun menatap Bunga yang juga melihat ke arah depan sana.Seakan Bunga pun masih dalam sebuah keterkejutan yang begitu luar biasa."Bukanya Ibu bilang Mas Dion duda?" Tanya Nia secara langsung.Bunga pun terdiam, sejenak mengingat apa yang pernah dikatakannya pada Nia.Bunga mengingat itu semuanya bahkan tanpa terlupakan sedikitpun."Nia, Ibu tidak menyangka dia kembali lagi. Sebab, dia sudah pergi saat beberapa tahun yang lalu demi karirnya. Bahkan, mengatakan tidak akan pernah kembali lagi pada Dion. Meskipun saat itu Dion memohon."Kilas balik itupun kembali berputar di benaknya, dimana peristiwa masa lalu yang pernah di saksikan nya itu tidak pernah bisa terlintas dibenaknya.Saat itu Karina yang mengatakan sendiri untuk pergi ke luar negeri demi karirnya, karena dirinya mendapatkan tawaran kontrak."Karina, bagai
Tidak berpikir semuanya akan sesakit ini, karena semuanya sudah selesai tanpa ada rasa kasihan.Yang diharapkan oleh Nia saat ini adalah sebuah kejelasan, karena kini dirinya hanya orang lain diantara hubungan Dion dan Karina.Apalagi Dila yang tampak begitu bahagia dengan kehadiran Karina, siapakah kini Nia? Nia pun tidak tahu.Tidak bisa dikatakan istri, sebab dirinya benar-benar terlupakan dan tidak dianggap sama sekali.Untuk sekedar berbicara dengan Dion saja Nia tampak sulit, seakan dirinya hanya orang luar yang ingin menemui pemilik rumah itu.Bahkan saat ini dirinya hanya menatap dari kejauhan saat melihat Dila yang sedang bersama dengan Karina dan juga Dion yang duduk di ruang keluarga.Biasanya Nia yang ada di sana, tetapi kini sudah tidak lagi. Dirinya sudah tidak berguna sama sekali."Mami, ini jawabnya berapa?" Tanya Dila pada Karina saat dirinya yang sedang menyiapkan tugas sekolahnya.Sedangkan Dion duduk di samping Karina sambil memperhatikan Dila yang sedang sibuk den
Tubuh Nia benar-benar terasa berat, dengan perlahan dirinya duduk di sisi ranjang menatap benda kecil di tangannya yang menunjukkan dua garis merah berarti positif.Tidak menyangka ternyata ada janin di rahimnya dan itu adalah anak dari Dion, apa yang bisa dilakukan oleh Nia saat ini?Tidak tahu, bahkan Nia pun masih cukup terkejut melihatnya.Hingga tiba-tiba pintu pun terbuka, benda kecil di tangannya pun terjatuh."Kamu kenapa?" Tanya Bunga.Bunga langsung menuju kamar yang kini ditempati oleh Nia. Sebab, tidak melihat wajah yang biasanya mengurus Dila itu berada di meja makan untuk sarapan pagi seperti pagi-pagi sebelumnya.Membuatnya bertanya-tanya tentunya, namun sampai di sana pun melihat wajah Nia yang cukup pucat."Kamu sakit?" Tanya Bunga lagi, padahal pertanyaan awalnya saja belum dijawab.Namun, Nia hanya menjawabnya dengan gelengan kepala saja.Hingga mata Bunga pun tertuju pada benda kecil yang terjatuh di lantai.Nia hanya diam dan membiarkan saja saat Bunga mengambil b
Nia pun mencoba untuk menguatkan hati, bagaimana pun Dion harus tahu akan kehamilannya saat ini.Terserah saja kedepannya nanti akan seperti apa, yang jelas jujur sejak awal adalah sesuatu yang lebih baik.Nia pun segera keluar dari kamar, namun tidak disangka Reza berada di depan pintu kamarnya.Membuat Nia pun menjadi kesal seketika, menutupi luka hati dan menatap dengan tajam agar tidak terlihat bersedih di mata seorang Reza adalah sebuah keputusan terbaik."Dimana anak kita?" Apa?Anak kita?Nia sampai ingin muntah mendengarnya, sejak kapan pria gila itu dengan lancangnya berucap demikian.Bukannya membuat hati Nia lebih baik malah semakin jijik saja."Anakmu sudah mati, hanya ada anakku saja!""Nia, kenapa kamu bicara begitu. Zaki itu anakku! Kamu tidak pantas berbicara seperti itu!""Kau siapa?" Tanya Nia seakan mengejek Reza.Reza tidak masalah sekalipun Nia bersikap ketus, sebab apa? Tentu saja karena dirinya ingin Nia kembali mencintainya seperti dulu, bahkan memilih kembal
"Mas!" Nia berlari dengan secepat mungkin, tetapi percuma saja. Karena mobil yang dikendarai oleh Dion sudah melesat jauh.Membuat Nia mendesus dan hanya melihat dari kejauhan dengan tatapan nanar.Kecewa dan kesal begitu terasa, sebab sejak beberapa hari ini bahkan untuk bertemu dengan Dion saja begitu sulitnya."Kamu ngapain ngejar suami saya?" Tanya Karina yang berdiri tidak jauh dari Nia.Nia baru menyadarinya, mungkin terlalu fokus pada tujuannya untuk bertemu dengan Dion membuatnya tidak menyadari sekiranya sekalipun Karina."Dion, juga suaminya Nia!" Kata Bunga yang menimpali dengan cepat.Membuat Nia dan Karina pun meliriknya tetapi Bunda terlihat biasa saja."Ma, Dion itu suaminya Karina!" Tegas Karina tidak ingin mengalah sama sekali, bahkan sengaja mengucapkannya agar Nia mendengarnya."Ahahahhaha," Bunga pun tertawa mengejek sebelum akhirnya berlalu pergi.Kini Karina yang beralih menatap Nia, menatap penampilan wanita itu dari atas sampai bawah dengan remeh.Setelah itu K
Perasaan yang tak menentu membuat Nia ingin mencari sedikit ketenangan jiwa, membuat langka kakinya membawanya menuju kamar Dila.Sudah berhari-hari tidak bersama seperti sebelumnya, membuat Nia merasakan rindu yang begitu mendalam.Mungkin hanya sekedar melihat senyuman manis putri sambungnya itu bisa membuatnya sedikit lebih baik.Itulah yang kini diharapkan oleh Nia, lebih baik lagi jika bisa memeluk dengan penuh kehangatan hingga bisa membuat rindunya sedikit terobati.Satu atap namun tak pernah bisa seperti dulu, semuanya karena kembalinya Karina di hidup Dila dan juga Dion."Ada apa?" Tanya Karina.Nia terpaksa menghentikan langkah kakinya saat dirinya bertemu dengan Karina yang baru saja keluar dari kamar Dila tanpa sengaja.Nia hanya diam tanpa kata, melihat daun pintu yang kian tertutup rapat seiring dengan tarikan yang dilakukan oleh Karina.Hingga akhirnya Nia tidak dapat melihat ke dalam sana sama sekali."Anak saya sudah tidur, jangan ganggu dia!" Kata Karina lagi."Tapi-
Kebahagian kini sudah hilang semenjak Karina kembali, Nia seakan tidak lagi berarti. Mengapa semuanya menjadi serumit ini, benar-benar menyayat hati.Posisi Nia benar-benar tersingkir tanpa ada kesempatan apa lagi sebuah kepastian.Jika mungkin dirinya hanya orang lain bagi Dion lantas bagaimana dengan janin di rahimnya, apakah Dion tidak yakin jika itu adalah anaknya.Bahkan Nia tidak menyangka bisa terjebak dalam luka ini lagi.Manisnya kenangan bersama seakan hanya menjadi duri yang siap menusuk setiap langkah kaki yang di pijak.Berhari-hari sudah berlalu, Nia merasa semakin tersiksa.Apakah mungkin dirinya benar-benar tidak berarti sama sekali, jika memang demikian maka mungkin lebih baik Nia pergi saja.Biarkan saja Dion bahagia bersama dengan istri yang dicintainya itu, sedangkan Dila pun sudah tidak membutuhkan dirinya lagi.Nia hanya ibu sambung, kini sudah tidak diinginkan lagi kehadiran lantas untuk apa Nia masih bertahan di rumah itu.Akhirnya siang ini memutuskan untuk me
Nia menahan sesak di dada, di nikahi dengan terpaksa dan harus pergi pula dengan terpaksa. Setelah hari ini Nia berjanji akan menutup hatinya untuk siapapun termasuk Dion.Meskipun Nia sadar tidak mungkin Dion akan mencarinya lagi, semuanya sudah cukup jelas.Perpisahan ini pun akan segera terjadi, berakhir tanpa sisa.Tanpa rasa selain rasa sakit dengan luka yang luar biasa.Datang dengan air mata, pulang juga demikian pula. Semuanya hanya semu, kebahagiaan sesaat yang tidak pernah ada.Seharusnya Nia sadar sejak awal akan dirinya yang hanya orang asing di kehidupan Dion, begitu dengan selanjutnya dan selamanya.Namun apa? Nyatanya Nia malah mudahnya percaya pada apa yang dikatakan oleh Dion, seakan meyakinkan akan kehidupan yang penuh dengan kebahagiaan kedepannya.Seharusnya Nia bertanya pula apakah ada cinta untuknya terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk hidup bersama.Sebelum menghancurkan dinding pembatas di antara keduanya.Namun tidak, Nia malah memutuskan dengan mudahnya,