Kini hari pun sudah sore, jam pulang kerja ini membuat Ranti merasa begitu bahagia. Apa lagi dia begitu lelah dan membutuhkan waktu untuk beristirahat.Istirahat hati, pikiran dan tubuhnya yang lelah menghadapi Niko.Suaminya itu yang membuatnya kesal bukan main."Dokter Niko, aku pulang duluan, ya, aku sudah lelah dan ingin segera istirahat!" kata Ranti."Siapa juga yang mau menginap di sini, aku juga mau pulang," kata Niko yang sedang membereskan laptopnya untuk dia bawa pulang."Aku bilang, aku mau pulang. Bukannya, menanyakan kamu menginap di sini atau tidak! Dasar aneh!" jawab Ranti dengan sangat kesal, "ah, sudahlah, aku pulang duluan. Percuma juga berdebat dengan mu! Aku sudah lelah, aku tidak mau semakin lelah!"Tanpa menunggu jawaban dari Niko dengan segera Ranti pun berlari menuju pintu, karena dia benar-benar ingin cepat sampai di rumah.Sedangkan Niko hanya diam saja, karena ingin melihat dengan siapa Ranti pulang.Jika dengan Beni, artinya pria itu benar-benar cari masala
"Indahnya hidup ini."Ranti pun duduk bersantai di taman belakang rumahnya, dia menikmati udara pagi yang begitu menyegarkan ini.Pagi ini dia hanya bersantai saja di rumah karena Niko sedang ada urusan di luar kota sehingga tidak masuk bekerja.Ini hari yang paling membahagiakan bagi seorang Ranti setelah menjadi istri Niko.Pagi ini memang tampak mendung dengan hujan yang turun rintik-rintik membasahi bumi.Akan tetapi menurut Ranti hari ini begitu cerah secerah hatinya tanpa Niko.Sesekali dia menyeruput teh hangat untuk membuat dirinya semakin segar."Pagi ini mendung, tapi kamu sangat bahagia sekali sepertinya," tanya Tias.Sejak tadi Tias terus saja memperhatikan putrinya.Wajah putrinya Itu tampak berbinar-binar dari semalam hingga pagi ini tak ada pudar."Iya, dong, Bunda. Ranti, sedang menikmati libur bekerja, rasanya sangat indah luar biasa," jawab berhenti sambil kembali menyeruput teh hangat miliknya."O, begitu. Lalu, Niko bagaimana kabarnya? Apa kau sudah menanyakan dia
Dua hari kemudian.Dua hari sudah berlalu, Niko belum jug kembali dari luar kota.Ranti pun masih menikmati kebebasannya, bebas bekerja dan bebas gangguan dari seorang lelaki yang sangat dibencinya setelah ucapan Niko yang pernah membuatnya merasa tersakiti."Nggak kerja?" tanya Asih saat melihat adik iparnya yang baru saja datang ke kamarnya untuk melihat dua bayi mungil yang sangat menggemaskan."Enggak, Kak. Dokter Niko, masih di luar kota," jawab Ranti.Ranti pun menggendong bayi lucu tersebut, namanya Alif, sedangkan Alfa masih terlelap di dalam box bayinya."Kamu kenapa tidak ikut?" tanya Asih lagi, mengingat keduanya adalah suami istri.Sehingga tak ada masalah jika pun Ranti pergi kemana pun Niko pergi.Bahkan keduanya bebas untuk pergi kemana pun berdua saja."Ngapain? Lagian apa, iya ngikutin dia," kata Ranti yang sama sekali tidak tertarik dengan apa yang dikatakan oleh Asih.Asih pun tersenyum mendengar jawaban adik iparnya tersebut.Membuat Ranti pun bertanya-tanya mengap
Rembulan malam tampak begitu bersinar di malam ini, Ranti pun kini berdiri di balkon kamar.Entah mengapa tiba-tiba matanya sulit untuk terpejam.Bahkan Ranti pun sudah berusaha untuk terlelap sejak tadi, tapi kenyataannya memang begitu sulit.Mendadak ada perasaan yang tidak bisa dia jelaskan.Lagi-lagi wajah Niko membayangi, entah apa sebabnya. Namun, kenyataannya Ranti begitu sulit untuk menepikan bayangan itu.Seketika dia mengingat ucapan yang keluar dari mulut Kakak iparnya Asih."Jangan terlalu membenci, karena dulu, aku juga begitu benci pada, Kakak mu. Biasa saja, jalani semuanya."Ranti pun menepis semuanya, rasanya tak mungkin dia mulai terbiasa dengan kehadiran Niko.Bukankah dia sangat benci, bahkan sangat menantikan perceraian mereka berdua?Lalu bagaimana mungkin kini dirinya terus memikirkan akan Niko?Kemudian dia pun segera menyalakan kembali ponsel yang sempat dia matikan, dia melihat begitu banyak panggilan dari Niko.Ternyata ada pesan pula yang dikirimkan untuk d
Tias bingung dengan putrinya yang belum juga muncul di meja makan di pagi ini, bahkan setelah selesai dengan sarapan pagi bersama yang lainya hanya Ranti yang belum juga muncul.Hingga dua jam berlalu Ranti pun belum juga keluar dari kamarnya, membuat Tias pun bertanya-tanya mengapa bisa putrinya belum keluar dari kamar.Sebab, tidak biasanya Ranti seperti ini. Jika pun dia kembali ke dalam kamar maka setelah sarapan pagi terlebih dahulu.Namun, Tias malah terkejut melihat kamar Ranti yang begitu berantakan. Sedangkan Ranti juga sedang tidur dengan posisi asal di atas ranjang."Ada apa ini? Kenapa berantakan sekali? Seperti kapar yang tidak berpenghuni. Apa dia sakit?"Tias benar-benar bertanya-tanya, kemudian dia pun mendekati Ranti, memegang dahi putrinya tersebut."Suhu badannya baik-baik saja," kata Tias setelah merasa tak ada yang harus dikhawatirkan dari keadaan putrinya tersebut.Akan tetapi Tias tak tahu, karena yang dikhawatirkan saat ini bukan suhu tubuh Ranti. Melainkan per
Setelah beristirahat bukannya lebih baik, malah semakin membuat Ranti stres.Karena dirinya yang terus saja memikirkan Niko.Bertepatan dengan itu suara ponselnya pun berbunyi.Ranti langsung saja menjawab tanpa membaca nama yang muncul di layar ponselnya."Halo," jawab Ranti dengan malas, kini dia sedang berguling di atas ranjang karena pikirannya yang tidak baik-baik saja itu."Sebelumnya kamu menelpon ku, ada apa? Ada yang ingin kamu bicarakan?" tanya Niko dari seberang sana.Ranti pun melihat layar ponselnya karena merasa tak asing dengan suara tersebut, ternyata benar. Niko yang kini sedang berada di balik telepon."Nggak ada apa-apa, cuman mau tanya saja. Kapan kamu pulang?" tanya Ranti.Kemudian menutup mulutnya dengan tangan setelah menyadari pertanyaan yang keluar dari bibirnya."Kenapa? Apa kamu merindukan aku?" tanya Niko yang kini malah menggoda Ranti."Apaan sih? Aku cuman tanya, karena aku tidak mau gaji ku di potong karena beberapa hari ini libur!" terang Ranti.Ranti m
Sejak tadi Ranti terus saja gelisah, dia terus memikirkan apa yang dikatakan oleh Niko.Karena akan pergi ke luar negeri, padahal dia tak ingin pria itu pergi lagi.Tapi dia juga bingung bagaimana cara untuk menyampaikannya pada Niko."Kamu kenapa?" tanya Niko saat melihat Ranti yang tampak sangat gelisah.Niko yang duduk di sofa sambil sibuk dengan laptopnya menyadari bahwa Ranti sedang merasa tidak nyaman.Ranti yang duduk bersila di atas ranjang pun kini menatap Niko."Lah, memangnya aku kenapa?" tanya Ranti kembali.Mungkin saja dia tak menyadari bahwa dirinya sendiri begitu gelisah."Besok, aku ke luar negeri. Kalau kamu ingin ke rumah sakit, juga silahkan. Mungkin kamu bosan di rumah terus," kata Niko."Dok," panggil Ranti.Niko yang sudah kembali berfokus pada laptopnya pun kini kembali melihat Ranti."Ada apa?""Nggak, jadi, deh," Ranti pun segera mainkan ponselnya kembali.Selain karena bingung harus memulai pembicaraan yang hendak dia katakan, dia juga merasa tidak ingin Nik
Tapi sebenarnya ucapan maaf yang keluar dari mulut Niko itu benar, dia hanya berusaha untuk tidak membuat Ranti tegang dan suasana pun berubah menjadi tidak nyaman.Dia juga tak ingin Ranti semakin membenci dirinya, karena Niko tak mau itu terjadi. Sebab, dia ingin terus bersama dengan Ranti.Meskipun tahu belum ada perasaan di hati wanita yang berstatus istrinya.Sebab Niko sudah terlanjur nyaman untuk tetap berada di samping Ranti.Lantas bagaimana saat ini?Karena ternyata apa yang dia pikirkan sepertinya salah, karena Ranti mengharapkan ucapannya adalah nyata."Ranti, aku minta maaf," Niko pun kembali lagi berusaha untuk mendapatkan maaf dari Ranti.Karena dia benar-benar merasa bersalah atas ucapannya."Tapi bohong!" kata Ranti yang menirukan suara Niko saat mengatakan kalimat tersebut, hanya saja wajah Ranti yang tampak kesal bercampur kecewa tempak jelas."Nggak, aku serius," Niko pun meraih tangan Ranti, dia berusaha untuk meyakinkan Ranti, bahwa dia benar-benar tak ingin sepe