Setelah beristirahat bukannya lebih baik, malah semakin membuat Ranti stres.Karena dirinya yang terus saja memikirkan Niko.Bertepatan dengan itu suara ponselnya pun berbunyi.Ranti langsung saja menjawab tanpa membaca nama yang muncul di layar ponselnya."Halo," jawab Ranti dengan malas, kini dia sedang berguling di atas ranjang karena pikirannya yang tidak baik-baik saja itu."Sebelumnya kamu menelpon ku, ada apa? Ada yang ingin kamu bicarakan?" tanya Niko dari seberang sana.Ranti pun melihat layar ponselnya karena merasa tak asing dengan suara tersebut, ternyata benar. Niko yang kini sedang berada di balik telepon."Nggak ada apa-apa, cuman mau tanya saja. Kapan kamu pulang?" tanya Ranti.Kemudian menutup mulutnya dengan tangan setelah menyadari pertanyaan yang keluar dari bibirnya."Kenapa? Apa kamu merindukan aku?" tanya Niko yang kini malah menggoda Ranti."Apaan sih? Aku cuman tanya, karena aku tidak mau gaji ku di potong karena beberapa hari ini libur!" terang Ranti.Ranti m
Sejak tadi Ranti terus saja gelisah, dia terus memikirkan apa yang dikatakan oleh Niko.Karena akan pergi ke luar negeri, padahal dia tak ingin pria itu pergi lagi.Tapi dia juga bingung bagaimana cara untuk menyampaikannya pada Niko."Kamu kenapa?" tanya Niko saat melihat Ranti yang tampak sangat gelisah.Niko yang duduk di sofa sambil sibuk dengan laptopnya menyadari bahwa Ranti sedang merasa tidak nyaman.Ranti yang duduk bersila di atas ranjang pun kini menatap Niko."Lah, memangnya aku kenapa?" tanya Ranti kembali.Mungkin saja dia tak menyadari bahwa dirinya sendiri begitu gelisah."Besok, aku ke luar negeri. Kalau kamu ingin ke rumah sakit, juga silahkan. Mungkin kamu bosan di rumah terus," kata Niko."Dok," panggil Ranti.Niko yang sudah kembali berfokus pada laptopnya pun kini kembali melihat Ranti."Ada apa?""Nggak, jadi, deh," Ranti pun segera mainkan ponselnya kembali.Selain karena bingung harus memulai pembicaraan yang hendak dia katakan, dia juga merasa tidak ingin Nik
Tapi sebenarnya ucapan maaf yang keluar dari mulut Niko itu benar, dia hanya berusaha untuk tidak membuat Ranti tegang dan suasana pun berubah menjadi tidak nyaman.Dia juga tak ingin Ranti semakin membenci dirinya, karena Niko tak mau itu terjadi. Sebab, dia ingin terus bersama dengan Ranti.Meskipun tahu belum ada perasaan di hati wanita yang berstatus istrinya.Sebab Niko sudah terlanjur nyaman untuk tetap berada di samping Ranti.Lantas bagaimana saat ini?Karena ternyata apa yang dia pikirkan sepertinya salah, karena Ranti mengharapkan ucapannya adalah nyata."Ranti, aku minta maaf," Niko pun kembali lagi berusaha untuk mendapatkan maaf dari Ranti.Karena dia benar-benar merasa bersalah atas ucapannya."Tapi bohong!" kata Ranti yang menirukan suara Niko saat mengatakan kalimat tersebut, hanya saja wajah Ranti yang tampak kesal bercampur kecewa tempak jelas."Nggak, aku serius," Niko pun meraih tangan Ranti, dia berusaha untuk meyakinkan Ranti, bahwa dia benar-benar tak ingin sepe
Niko pun kembali ke kamar setelah selesai membuat Barra kesal.Perasaan pria itu kini lebih baik, sebab hubungan dengan Ranti sudah sangat baik.Dia melihat Ranti yang sudah berbaring di atas ranjang, sepertinya wanita itu sudah terlelap dalam tidur.Itu memang benar, karena Ranti kelelahan selama beberapa hari ini tidak bisa tidur dengan baik.Niko pun ikut merebahkan dirinya di samping Ranti.Tapi matanya tak dapat terlelap dalam tidur sampai malam semakin larut.Entah apa penyebabnya dia pun tak mengerti.Dia pun mengubah posisinya kini menjadi miring, dia menatap wajah Ranti yang begitu meneduhkan.Dan anehnya dia baru kali ini memperhatikan wajah wanita yang sudah cukup lama menjadi istri tersebut dengan lekat.Hingga tangan Niko pun bergerak perlahan dan kini mulai menyentuh pipi Ranti.Ranti yang terlelap tak merasakan apa-apa, dengkuran halus masih terdengar.Artinya dia masih sangat nyenyak, tidurnya benar-benar tidak terusik sama sekali dengan sentuhan tangan Niko sekalipun.
"Ranti?" Niko pun kembali memanggil Ranti, sebab hanya diam saja.Mungkin wanita itu masih larut dalam pikirannya yang benar-benar sangat tidak nyaman karena apa yang dilakukan oleh Niko.Sebenarnya bukan mungkin, tapi memang benar sekali."Kamu baik-baik saja?" "Iya," jawab Ranti.Kali ini dia pun mengeluarkan suaranya, karena Niko tampaknya tak puas dengan jawabannya yang hanya anggukan kepala saja.Sehingga menjawab dengan suara tentunya jauh lebih baik."Baiklah, ayo kita lanjutkan lagi," Niko pun tersenyum pada Ranti.Tapi Ranti yang benar-benar shock karena ulah Niko."Lanjut-kan?" tanya Ranti dengan suara yang terbata-bata.Karena dia tak terlalu mengerti apa yang dimaksud oleh Niko saat ini.Tapi sempat terlintas di benaknya itu tentang apa yang barusan terjadi.Hanya saja dia juga ragu sehingga bertanya adalah solusi untuk mengobati rasa penasarannya."Iya, aku ini sudah perjaka tua. Dan, ingin mengakhirinya," ujar Niko yang tak ingin membuat Ranti tegang.Niko memang sediki
Ponsel Niko terus saja berdering, tapi pria itu masih terlelap di bawah selimut yang sama dengan istrinya.Waktu sudah siang tapi keduanya masih begitu lelap.Bahkan tak ada yang terusik sama sekali karena deringan yang cukup keras dari ponsel Niko.Wajar saja, karena keduanya kelelahan setelah memeras keringat dalam memadu kasih.Hingga satu jam kemudian Ranti pun terbangun, dia melihat jendela yang masih tertutup tirai sudah di tembus cahaya yang sangat terang.Ranti menyimpulkan bahwa hari sudah siang.Dengan rasa penasaran dia pun melihat jam dinding.Ternyata sudah pukul 12:30 wib.Sungguh sangat mencengangkan sekali bukan?Dia bangun di saat hari sudah siang, jadi wajar saja perutnya sudah keroncongan dan minta untuk di isi.Mungkin juga selain karena sinar matahari pagi dia juga merasa terganggu dengan perutnya yang kelaparan itu.Kemudian dia pun melihat Niko yang masih terlelap di sampingnya.Dia bisa mengingat dengan jelas saat mereka saling berbagi kehangatan, rasanya kini
"Kamu kenapa?" tanya Niko saat melihat wajah Ranti yang sangat pucat.Kini Ranti duduk di ranjang sambil memegang kepalanya yang terasa sedikit pusing itu."Lapar banget," Ranti memegangi perutnya terus-menerus dia benar-benar merasa tak baik-baik saja. Kelelahan bercampur kelaparan hingga membuatnya menjadi demikian.Seharusnya tak perlu lagi Niko bertanya setelah melihat wajah Ranti yang sepertinya cukup pucat itu.Karena penyebabnya adalah Niko sendiri."Kita makan dulu," Niko pun melihat jam dinding.Wajar saja Ranti kelaparan karena ini sudah lewat waktu siang.Sebab saat mandi pun cukup memakan waktu yang panjang.Lagi-lagi Niko yang menjadi penyebabnya, entah mengapa sejak merasakan kenikmatan itu kini dia menjadi candu dan menginginkan terus menerus.Sampai-sampai lupa jika Ranti juga butuh makan."Aku nggak kuat jalan, aku lapar sekali," kata Ranti lagi."Tunggu di sini kalau begitu."Tidak mungkin Niko membiarkan Ranti kelaparan, lagi pula wanita itu bisa jatuh sakit nantin
Kini sudah sampai dikediaman Dion, setelah memarkirkan mobilnya Niko pun melihat ke sampingnya.Ranti sudah terlelap di sana.Membuat Niko tak tega untuk membangunkan wanita itu.'Setelah hari ini kamu akan terus ikut kemanapun aku pergi, aku tidak mau punya keluarga yang hancur seperti keluarga ku,' batin Niko.Dia demikian karena ingin memiliki rumah tangga yang harmonis, tak membuat anaknya kelak merasakan yang dia rasakan.Hingga Niko pun turun dari mobil kemudian dia membuka pintu mobil kembali bermaksud untuk mengangkat Ranti yang masih terlelap, dia tak tega membangunkannya.Sehingga ini adalah keputusan tepatnya.Namun saat itu Ranti pun terjaga, membuat Niko pun mengurungkan niatnya untuk mengangkat Ranti."Kamu sudah bangun?""Iya, aku bisa jalan. Malu tau, kalau diliatin orang," jawab Ranti."Ya, sudah," Niko pun mengerti dengan apa yang dipikirkan oleh Ranti."Seharusnya aku tidak perlu ikut, untuk apa aku ke sini. Lebih baik tidur di rumah saja," gerutu Ranti.Sebab, Rant