"Kiara, kamu tidur di sini?" tanya Nia yang tak sengaja melihat Kiara yang tidur di sofa.Kiara pun segera melihat Nia, dia pun perlahan berdiri dan merenggangkan otot-otot tubuh yang terasa kaku.Bagaimana tidak kaku, dia tidur semalaman di sofa.Sial memang."Aku ketiduran, Bu Nia," jawab Kiara.Diapun melihat ke arah jendela, tampak cahaya matahari yang bersinar terang."Kok bisa?" tanya Nia yang semakin bingung saja.Kemudian Kiara pun mengingat kembali kejadian malam tadi."Semalam itu Raya sama Reza ngomong berdua di kamar, eh, ternyata sampai tengah malam tidak juga selesai. Dan, aku sampai ketiduran di sofa," jelas Kiara.Dia pun menggaruk tangannya, kemudian beberapa bagian badannya.Tampak ada bintik-bintik kecil akibat gigitan nyamuk di kulitnya."Kamu di gigit nyamuk.""Iya, Bu, kenapa juga ngobrol lama begitu, sungguh keterlaluan mereka," kesal Kiara.Nia pun menahan tawa melihat wajah kesal Kiara, tapi dia juga ingat obrolan di group chat keluarga tadi malam.Reza dan Ra
"Kasihan sekali nasib ku ini," kata Kiara yang melihat kulitnya bintik-bintik merah karena gigitan nyamuk."Lho, separah itu?" Bunga pun ikut melihat Kiara dan dia juga bingung bercampur kasihan."Iya, Nyonya Oma, belum lagi lelah perasaan ini," tambah Kiara.Kiara memasang wajah melasnya karena begitu merasa kasihan pada dirinya sendiri."Besok-besok kalau kamu menunggu di luar cari temen, biar nggak bosan," kata Nia yang ikut menimpali."Nggak ah, kapok," sahut Kiara."Hehehe, kamu ini ada-ada saja," Bunga juga sampai terkekeh karena lucu melihat Kiara, kemudian Bunga pun melihat Chandra yang baru saja ikut bergabung dengan yang lainya."Kenapa kamu lama sekali?" tanya Bunga langsung, bahkan dia juga langsung bangkit dari duduknya.Mengisi piring Chandra dengan nasi dan juga lauk kesukaan putranya tersebut."Tadi ada sedikit pembicaraan dengan Dimas, Ibu tahukan anaknya keluarga Hermawan?" tanya Chandra."Oh, iya. Mama, tahu. Dia itu pengusaha sukses dan sudah kaya dari jaman dulu,"
"Ayo, Mas Chandra, jangan sampai nanti cucu bertanya, Opa, Oma mana?" kata Dion yang malah mengejek Chandra."Ma?" Chandra pun menatap wajah Bunga, dia berharap bisa mendapatkan pertolongan dari Bunga.Dia tak tahan lagi jika terus saja menjadi bahan ejekan oleh keluarga."Sabar, sebentar lagi anak, Mama yang satu ini juga akan menikah lagi," Bunga pun mengusap punggung tangan Chandra.Tapi Dion manahan tawa karena melihat wajah Chandra yang semakin kacau.Tentu saja kacau, karena Dion tahu isi kepala Chandra yang menginginkan Kiara, sedangkan Bunga begitu bersemangat menjodohkan dirinya dengan wanita yang lainya.Belum lagi usaha untuk mendapatkan Kiara belum juga membuahkan hasil.Kiara yang tidak tertarik pada Chandra sama sekali, ini sangat membuat kepala Chandra pusing.Kacau bukan?Sangat-sangat kacau sekali dan entah bagaimana caranya untuk mengatakan pada Bunga tentang itu semua."Iya, anak, Mama yang satu itu sepertinya sedang galau berat. Karena, hanya dia yang menduda di si
Beberapa hari kemudian...Huuueekkk.Ranti merasa dirinya sedang tidak baik-baik saja, rasa mual terus saja dia rasakan.Membuatnya pun mengambil ponselnya dan menghubungi Niko yang sedang berada di luar kota untuk peresmian pembukaan rumah sakit keduanya.Rumah sakit itu adalah rumah sakit terbesar di kota tersebut.Bahkan peralatan yang tersedia pun sudah terbilang cukup canggih dan juga dapat menangani pasien dengan berbagai alat yang dibutuhkan.Itu adalah mimpi Niko selama ini.Memiliki rumah sakit dengan pasilitas yang hebat, sehingga setiap pasien yang datang akan langsung mendapatkan penanganan tepat.Hanya saja saat Ranti terus menghubungi malah Niko tidak menjawabnya.Membuat wanita itu semakin kesal bukan main.Tok tok tok."Ranti," Tias pun langsung mendorong pintu kamar putrinya dan masuk.Dia melihat Ranti yang tengah mondar-mandir di sana."Bunda?" Ranti pun baru menyadari kehadiran Tias."Ini, Bunda bawa makanan. Kamu belum makan sama sekali sejak kemarin sore," Tias p
Ranti pun duduk di kursi meja makan.Malam ini dia duduk di kursi meja makan dengan sedikit kesal, dia mencium aroma makanan yang membuatnya begitu mual.Akan tetapi dia juga tak makan apa-apa sampai saat ini.Karena makanan yang sebelumnya dibawakan oleh Tias juga tak dimakan oleh Ranti, bahkan tak tersentuh sama sekali.Ranti benar-benar kehilangan selera makanya."Kapan, Niko kembali?" tanya Barra pada sang adik.Ranti pun melihat wajah Kakaknya.Sungguh dia sangat tidak bersemangat sama sekali untuk menjawab pertanyaan itu.Karena pertanyaan menyangkut Niko sungguh membuatnya sangat mudah kesal."Nggak tahu, mungkin nggak pulang, Kak," jawab Ranti dengan tidak bersemangat sama sekali."Kok, ngomongnya begitu?" tanya Tias yang cukup terkejut mendengarnya.Rasanya jawaban Ranti sangat tidak enak untuk didengar, bahkan Tias tak suka pada sikap Ranti pada Niko."Tidak baik bicara seperti itu," kata Barra yang juga tak setuju dengan ucapan Ranti.Karena Barra tahu saat ini Niko pergi k
Ranti pun merasa sekelilingnya seperti berputar, dia pun mencoba untuk bangun dan ternyata itu membuat dirinya semakin kesulitan untuk mempertahankan keseimbangan.Dia terus berusaha untuk tetap sadar, walaupun penglihatannya mulai gelap dan suara pun mulai tak lagi terdengar ditelinganya.Rasanya seperti melayang, namun dia masih merasakan sakit pada perutnya.Sakit yang semakin sulit untuk ditahan."Ranti," panggil Niko saat menyadari jika ada yang tidak beres dengan Ranti."Kepala ku pusing," kata Ranti.Saat itu juga dia benar-benar kehilangan keseimbangannya dan dengan cepat Niko pun menangkapnya agar Ranti tak terjatuh pada lantai."Ranti?" Niko pun membaringkan tubuh Ranti pada ranjang.Dia segera memeriksa keadaan Ranti dan menemukan fakta yang begitu mengejutkan.Tapi malah Niko yang mendadak menjadi bodoh karena terlalu shock.Tok tok tok."Ranti, bagaimana keadaan mu? Apa sudah baikan?" tanya Tias dari luar kamar.Karena ada Niko di dalam kamar jadi dia tidak bisa langsung
"Kamu makan dulu," Niko pun duduk di dekat ranjang Ranti.Dia ingin segera menyuapi Ranti untuk sarapan di pagi ini.Hari ini dokter sudah memperbolehkan untuk pulang, karena keadaan Ranti pun sudah cukup baik setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit.Hanya saja Ranti tidak seperti biasanya, kini dia lebih banyak diam dan melamun sendiri.Niko menyadari keadaan Ranti yang seperti ini setelah kejadian keguguran itu.Rasa bersalah di hati Ranti lah yang menjadi penyebabnya.Entah sampai kapan dia juga tak tahu.Yang jelas itu memang benar, karena sampai detik ini rasa sedihnya masih sangat menyiksanya."Niko, aku minta maaf," kata Ranti yang kini duduk di ranjang sambil menatap wajah Niko.Dia menyadari kesalahannya itu, sehingga ini terjadi.Tapi sungguh apa yang terjadi pada dirinya itu diluar kendali karena perasaannya memang sulit untuk dicegah.Bahkan untuk mengendalikan diri saja dia sangat kesulitan sekali.Hingga hanya berbuat sesuatu yang dia inginkan tanpa perduli pada omo
Jantung Ranti seakan berpacu dan hampir keluar dari dadanya saat melihat Niko kembali ke ruangannya.Perasaannya pun menjadi semakin tidak karuan, karena rasa takut yang terus menghantuinya.Perceraian.Akankah Niko menceraikan dirinya, bahkan saat ini juga?Melihat wajah Niko benar-benar membuatnya sangat ketakutan.Bayangkan perpisahan yang mungkin akan terjadi diantara mereka berdua.Dirinya akan di tinggalkan dengan status janda.Namun, sebenarnya ini bukan tentang status janda yang akan dia sandang.Melainkan juga karena tak ingin berpisah dengan Niko.Ranti mengakui bahwa dirinya sudah sangat jatuh hati pada Niko, bahkan dia takut kehilangan pria itu.Sangat takut."Apa kamu sudah siap?" tanya Niko.Ranti pun hanya diam saja, dia bingung dengan pertanyaan Niko."Sudah, semuanya sudah, Bunda juga sudah membereskan barang-barangnya. Ayo kita pulang sekarang," kata Tias yang langsung saja berbicara, sebab Ranti hanya diam saja.Sesaat kemudian Niko pun mengangguk dan membantu Ranti