Brak!
Luois menggebrak meja, hingga barang-barang di atasnya berantakan. Dengan lembut, Navier menatanya kembali seperti semula.
"Kau selalu saja menuduh istriku yang bukan-bukan! Apa di otakmu itu tidak ada hal yang lain?"
Navier bisa mengerti jika mata hati Luois terlalu buta untuk melihat semua fakta yang ada. Namun, bukan itu hal pentingnya. Dia yang selalu dipojokkan tanpa didengar penjelasannya.
"Apa terlalu buta sampai tidak mau melihat pihak lain yang menderita? Apa Anda pikir hanya Nyonya Cassandra saja yang menjadi korban!? Apa Anda setidak peduli itu pada yang lain? Seharusnya Anda mencari tahu dengan baik tanpa menghakimi satu sisi!?"
"Tahu apa kau tentang istriku?"
"Yang saya tahu, istri Anda telah beberapa kali merencanakan pemb*n*han untuk saya. Istri Anda yang membuat Henry terlahir prematur, dan istri Anda pula yang berniat menghancurkan rumah tangga anaknya!"
Emosi yang ditahan Navier sejak tadi meluap sudah. Dia tid
Henry berusaha untuk memendam emosi dan tidak berteriak memaki, saat melihat apa yang tidak dia inginkan ada di hadapannya. Di kursi samping ranjang Edgar, telah duduk wanita yang paling tidak Henry inginkan. Sang nenek telah tidak ada, itu berarti sebelumnya telah direncanakan oleh wanita itu. "Untuk apa kau kemari, wanita yang tidak diinginkan ayahku!" Henry sengaja tidak menyebut namanya. Karena bagi Henry, terlalu buruk untuk mulutnya mengcap nama wanita itu. "Aku tunangannya, jadi itu hal yang wajah, bukan? Dan kau, anak macam apa yang meninggalkan ruang ayahnya untuk pergi menjemput kekasihnya!" "Kau!" Henry ingin menghampiri dan menjambak rambut wanita itu, tetapi Navier menghalangi dengan mengusap lembut punggungnya. "Aku tidak keluar untuk menjemput pacarku!" balas Henry.Lissa mendecih sinis. "Lalu itu kalau bukan pacar, siapa lagi?""Lalu kau, mengaku tunangan selama bertahun-tah
Navier dan Lissa saling beradu tatapan sengit. Keduanya bahkan tidak mau repot-repot menjaga Edgar yang suha siuman. Padahal, sebelumnya meka yang paling menantikan Edgar membuka mata. Sepertinya hanya Henry satu-satunya orang yang masih waras."Ayah, kau tidak berniat untuk mencari pasangan lagi?" tanya Henry.Edgar tersenyum kecil. Dia tahu jika anaknya tidak serius dalam bertanya. Dia hanya lelah dengan pertengkaran keduanya yang sama sekali tidak berhenti sejak tadi.Ditambah Lissa yang selalu menuduh Navier macam-macam. Jadilah pertengkaran itu menjadi lebih seru."Beruntung sekali Ayah direbutkan dua wanita, ya. Kalau nenek ada di sini, pasti ayah direbutkan tiga wanita. Waw! Aku sungguh beruntung memiliki ayah yang menjadi idola seperti ini," sindir Henry.Meski remaja itu memiliki paras yng cukup rupawan, dia sama sekali tidak pernah merasa diperebutkan secara langsung. Mereka yang menyukainya hanya bisa berani di belakang saja, tanpa mengu
"Kau!!! Kenapa masih berani menampakkan wajah di depan anak dan cucuku!?"Cassandra menunjuk Navier dan melotot garang, seperti singa yang akan menerkam mangsanya. Kedatangannya memecah keadaan, di mana Lissa dan Navier masih betah untuk berdebat. Sedangkan pasangan ayah dan anak sedang berbincang ringan."Kalau Anda tidak lupa, Nyonya. Saya masih istri sah dari Edgar dan ibu kandung Henry.""Tapi kalian sudah bercerai bertahun-tahun yang lalu! Aku sendiri yang melihat kau menandatangani surat itu dan memberikannya pada Edgar.""Ya, hanya sebatas itu, kan? Anda sama sekali tidak tahu apakah surat itu benar-benar diproses, atau tidak, kan?""Kau! Aku sudah bertanya pada Edgar tentang hasilnya. Dan kalian sudah bercerai!""Bagaimana Anda bisa yakin jika tidak melihat buktinya? Apa ada surat resmi yang menerangkan hal itu?"Cassandra geram. Lalu, dia bertanya pada Edgar, "Apa kau tidak mengajukannya ke hukum,
"Sampai kapanpun, Edd. Menantu yang kuakui hanyalah Lissa seorang!" putus Cassandra. Henry tertegun. Tidak menyangka jika hati neneknya begitu keras, melebihi baja. Sedangkan Navier dan Edgar, sudah terlampau kebal dengan perkataan seperti itu. Bagi mereka, tak masalah jika itu hanya ucapan, asal jangan sampai dengan tindakan. Bahkan tindakan dari Cassandra pun sudah pernah Navier rasakan. "Kalau memang Mom menginginkan Lissa menjadi bagian dari keluarga kita, kenapa tidak biarkan dia menikah dengan Dad? Bukankah akan lebih baik jika aku punya dua mama? Satu yang melahirkanku, dan satu yang memberiku kasih sayang," ucap Edgar ngawur! Navier hanya bisa menggelengkan kepala mendengar ide jahil sang suami. Sejak dulu, selera humor suaminya memang tidak tahu tempat jika bersama keluarga seperti itu. "Kau pikir ibumu ini mau dimadu?" "Mom pikir aku mau pindah ke lain sandaran? Sudah cukup Navier yang sekarang masih terlihat muda
Sejak awal, Edgar sudah curiga jika dirinya mendapatkan hal yang asing di tubuhnya. KEsehatan yang melemah, tetapi tidak berani untuk dia ungkap kepada publik, dan gerakan yang tidak lagi seagresif dulu. Karena itu, dia sama sekali belm pernah mengenalkan Henry pada dunianya. Edgar selalu menunggu Navier datang kembali padanya. Dia tahu jika Navier bukanlah wanita yang lemah. Jadi, dia yakin jika istrinya datang, itu berarti persiapannya sudah matang. Selama ini, Edgar sama sekali tidak pernah ragu akan firasatnya. Terbukti, Navier benar-benar datang dengan kekuatan. Hanyasekali lihat saja dia sudah bisa menebaknya. Dengan datangnya Navier, itu berarti Henry siap untuk dilepas. "Kau tidak lelah menunguiku?" tanya Edgar. Malam sudah larut, tetapi Navier masih tetap terjaga. Henry sudah memejamkan mata di sofa ruang itu. Sedangkan Edgar, kembali terbangun setelah beristirahat sebentar. Ulu hatinya terasa ngilu melihat posisi tidur anak
Nyatanya, Henry sama sekali tidak tidur. Dia dengan jelas mendengar percakapan orang tuanya saat ini. Di mana Edgra yang meminta Navier untuk memberikan Henry pengajaran sepertinya dulu.'Sebenarnya apa yang akan kuhadapi?' batin Henry.Selama ini yang dia tahu adalah bersenang-senang menikmati masa mudanya, tanpa disibukkan hal apa pun. Hanya sesekali saat dia libur saja, ayahnya akan memintanya mengerjakan sesuatu yang berhubungan dengan perusahaan.Henry mengira, itu adalah awal untuknya menjadi penerus ayahnya."Kenapa tidak kau lakukan sendiri saja, Edd?"Itu suara ibunya. Dengan keheningan malam, membuatnya mendengar jelas meski mereka berusaha untuk merendahkan suaranya."Kau tahu aku dalam pengawasan ibu dan wanita itu. Kalau saja mereka tidak menempatkan beberapa orang di belakangku, tentu aku bisa melakukan banyak hal. Termasuk melatih dan memperkenalkan dunia kita padanya.""Tapi ... apa kita tidak t
"Kau siap?" tanya Navier pada Henry. Mereka bersiap pagi buta untuk mencari celah lengahnya Cassandra. Kalau tidak, mereka akan mendapat halangan yang tidak terduga. Sebelumnya, Edgar telah menceritakan garis besar keluarganya pada Henry. Pemuda itu terkejut, tentu saja. Tidak menyangka jika latar belakang sang ayah yang terlihat seperti pengusaha biasa, ternyata memiliki sisi kelam. Terutama sang ibu yang terlihat baik-baik saja. Ibunya sama sekali tidak terlihat memiliki hal yang seperti itu. Siapa yang menduga jika wanita yang selama ini menjadi porosnya, ternyata malah pewaris utama sebuah organisasi gelap terbesar? Meski pada kenyataannya searang tampuk kekuasaan itu bukanlah dipegangnya secara langsung. "Ma, aku siap atau tidak, itu tidak akan mengubah apa pun, kan?" "Tentu saja. Itulah kenapa aku tidak menyarankan kau membawa apa pun selain dompet dan ponselmu!" "Aku tahu." Mereka berencana untuk pergi tanp
Tiada yang lebih panik selain Navier saat ini. Edgar yang kembali drop karena mendengar kabar itu, tidak bisa berbuat apa-apa. Kesadarannya terenggut setelah dokter terpaksa memberinya penenang dalam dosis yang rendah. Cukup lama untuk Edgar bisa memejamkan matanya."Bagaimana bisa kalian kehilangan jejak Henry!"Navier berkata dengan nada rendah pada anak buahnya lewat ponsel. Dia sama sekali tidak menyangka mereka akan kehilangan putranya secepat itu. Padahal, mereka telah meningkatkan kewaspadaan."Tiba-tiba ada yg menghalangi mobil kami, Nyonya. Begitu kami bisa lolos, yang ada hanya kendaraan, ponsel, dan dompet tuan muda yang ditinggalkan.""Tidak ada jejak yang bisa kalian dapatkan?""Tidak, Nyonya.""Kamera pengawas?""Lokasi kejadian bebas dari lingkungan pengawas, Nyonya. Tidak ada yang bisa kami dapatkan sedikitpun.""Sial!"Navier geram. Dia tidak menyangka jika ada yang akan menyabotase ren