Li Mei dan Bai Changyi berdiri di tepi sungai. Airnya sangat jernih dan tidak begitu dalam. Selain itu, Li Mei dapat melihat ikan yang gemuk yang sesekali berenang tidak jauh dari lokasi mereka berdiri. Ada banyak batu-batu dengan berbagai ukuran tersebar di sana.
"Baiklah! Mari kita menangkap ikan!" kata Li Mei seraya menggulung lengan bajunya dan menunjukkan tangannya yang putih mulus. Setelah itu dia mengikat baju bagian luarnya dan menggulung celana bagian dalam hanfunya.Bai Changyi membeku di tempat saat melihat lengan dan betis Li Mei yang mulus. Ada desiran aneh yang tiba-tiba menjalar di seluruh tubuhnya. Meskipun Li Mei sudah setengah tahun menjadi istrinya, namun ini baru kedua kalinya dia melihat kulit mulus istrinya. Dulu dia melihatnya tanpa sengaja, itupun ada bercak-bercak darah yang berasal dari lukanya. Namun sekarang situasinya berbeda. Dengan cepat dia memalingkan wajahnya karena malu.Gerakan Bai Changyi tidak luput dari pandangan Li Mei. Dia melihat ke arah Bai Changyi yang memunggunginya dengan telinga yang memerah.Ah, ternyata suaminya merasa malu karena melihat penampilan Li Mei!Dengan sengaja Li Mei berjalan mendekati Bai Changyi dan berdiri di hadapannya."Suamiku, apa kamu sudah siap?" tanya Li Mei dengan polosnya."Ah, ya, ya! Suーsudah siap!" jawab Bai Changyi terbata-bata. Dia kembali membuang wajahnya dan menghindari menatap Li Mei secara langsung."Kamu kenapa? Kenapa wajahmu dan telingamu memerah?" tanya Li Mei lagi. "Tidak mungkin kepanasan di musim dingin kan?""Aku tidak apa-apa," jawab Bai Changyi cepat. Saat ini, jantungnya sudah berdebar dengan sangat cepat."Apa jangan-jangan suamiku merasa malu karena melihat lengan dan betisku ini?" tanya Li Mei seraya mengangkat betisnya agar terlihat oleh Bai Changyi."Apa yang kamu lakukan?" tanya Bai Changyi panik seraya memunggungi Li Mei dengan cepat. Jantungnya hampir saja melompat keluar barusan. Terdengar tawa puas yang renyah dari belakangnya. Sepertinya Li Mei memang sengaja menggodanya."Kalau begitu, ayo kita cari ikan sekarang," ajak Li Mei.Tiba-tiba dia merasa tangannya digenggam erat, dia menoleh dan melihat Bai Changyi sedang menatapnya dengan tatapan serius kali ini."Jangan pernah menggoda ataupun menunjukkannya kepada orang lain selain aku. Bagaimanapun aku adalah orang yang pencemburu," ujar Bai Changyi.Mereka berdua bertatapan dalam diam untuk beberapa saat, lalu senyuman manis merekah di bibir Li Mei."Tidak akan!" janji Li Mei seraya berjinjit dan menarik lengan Bai Changyi agar dia lebih menunduk.Detik berikutnya, Bai Changyi dapat merasakan bibir lembut Li Mei mendarat di pipinya. Saat dia masih membeku di tempatnya, Li Mei sudah melarikan diri menuju ke sungai. Dia melompati batu-batu dan berjongkok menunggu ikan yang lewat, seolah-olah tidak ada yang terjadi.Bai Changyi menyentuh pipinya, dia masih bisa merasakan hangatnya ciuman Li Mei di pipinya. Jantungnya berdetak lebih cepat, perasaan cinta semakin memenuhi hatinya. Dia hanya bisa terdiam menatap punggung istrinyaMulai sekarang, bolehkan dia benar-benar berharap dan meminta lebih dari istrinya?Tidak lama kemudian, dia menyusul Li Mei untuk bersama-sama menombak ikan. Saat hari hampir gelap, Bai Changyi mengikat enam ekor ikan gemuk dengan menggunakan tali yang dibuatnya dari tanaman merambat. Mereka pulang dengan senang seraya menenteng ikan hasil menombak mereka.Li Mei berjalan pulang ke rumah seraya menggandeng lengan Bai Changyi sepanjang perjalanan. Apalagi yang bisa dia inginkan saat ini? "Istriku, apa aku benar-benar boleh berharap?" tanya Bai Changyi pelan."Tentu saja boleh," jawab Li Mei. Dia sama sekali belum pernah berpacaran di kehidupannya yang sebelumnya. Tapi dia merasakan perhatian dan kekhawatiran Bai Changyi yang sudah merawatnya saat sakit selama berhari-hari, suaminya ini benar-benar sangat tulus mencintainya. Dia benar-benar akan rugi kalau kehilangan laki-laki sebaik ini.Masalah harta? Ah, dulu dia adalah seorang pebisnis yang sangat sukses. Dia bisa mengajari dan mengajak suaminya untuk sukses bersama. Dan besok mereka akan melakukan langkah pertama dalam perbaikan kehidupan mereka. Semoga saja para Dewa berpihak kepada mereka besok!"Tapi kalau untuk masalah itu ... bisakah kita pelan-pelan dulu?" bisik Li Mei."Masalah itu?" Bai Changyi menatap Li Mei dengan raut wajah bingung.Dia tidak mengerti dengan apa yang dimaksud oleh Li Mei. Namun, saat melihat Li Mei yang malu-malu dan salah tingkah, Bai Changyi akhirnya menyadari apa yang dimaksud oleh istrinya itu."Ah! Ehm! Ehm!" Bai Changyi berdehem untuk mengurangi rasa canggungannya."Aku tidak akan memaksamu … mari kita lakukan saat kamu siap," kata Bai Changyi."Terima kasih! Aku tahu kamu adalah suami terbaik!" kata Li Mei terlihat senang. Dia tidak ingin terburu-buru dalam hubungan mereka. Dia ingin lebih menikmati saat-saat kedekatan antara mereka berdua dengan normal.Bai Changyi menatap Li Mei dan tersenyum lembut. Merasa semua hal yang diinginkannya di dunia, sudah terkabul saat ini.Ah, hanya kurang satu. Memanjakan Li Mei seumur hidupnya.Saat hari sudah mulai gelap, mereka akhirnya tiba di rumah mereka. Bai Changyi membantu Li Mei membersihkan keenam ekor ikan hasil tangkapan mereka. Setelah Bai Changyi menyalakan api, Li Mei lalu mengambil sisa lemak babi dan menggoreng empat ekor ikan gemuk hasil tangkapan mereka satu persatu lalu meminta Bai Changyi menggantung dua ekor ikan lainnya. Bagaimanapun cuaca sangat dingin saat ini, ikan tidak akan mudah busuk meskipun hanya digantung begitu saja di dapur. Hasilnya akan sama segarnya seperti dimasukkan ke dalam lemari es.Dia lalu meminta Bai Changyi mengambil tiga buah lobak dari kebun mereka.Setelah memotong lobak kecil-kecil dan memanjang seukuran korek api, dia lalu menatanya di atas ikan yang sudah di goreng. Li Mei segera menaburkan sedikit garam, bumbu-bumbu lainnya, dan mengukus keempat ekor ikan itu.Untungnya di Dinasti Xing ini, peredaran garam tidak dikuasai oleh kerajaan. Jadi garam dijual dengan bebas meskipun harganya cukup tinggi, apalagi untuk orang-orang ekonomi bawah seperti mereka.Namun, ketika melihat nafsu makan Li Mei yang buruk karena memakan makanan yang agak hambar, Bai Changyi berusaha dengan sangat keras untuk membelikan bumbu-bumbu dapur meskipun harganya sangatlah mahal. Dia harus lebih rajin berburu dari biasanya agar bisa membelikan Li Mei bumbu-bumbu itu, namun dia bahkan tidak pernah mendapatkan ucapan terima kasih dari istrinya saat itu.Tidak lama kemudian, masakannya matang. Li Mei memasukkan tiga ekor ikan yang dibagi ke dalam dua wadah kayu."Tolong kamu antarkan dua wadah ini kepada Nenek Yu dan Paman Bai," kata Li Mei. Bai Changyi sedikit terkejut ketika mendengarnya."Yang isi satu ekor ini untuk Nenek Yu, dan yang isi dua ekor berukuran agak besar untuk keluarga Paman Bai," jelas Li Mei, dia mengabaikan raut wajah terkejut Bai Changyi."Cepatlah kembali, nasi dan lauk akan siap ketika kamu pulang," kata Li Mei lagi. "Maaf merepotkanmu.""Tidak apa-apa, kamu tunggu sebentar." Bai Changyi melemparkan tatapan lembut kepada Li Mei sebelum berjalan keluar rumah.Saat hidangan sudah siap di atas meja makan mereka yang reyot, Bai Changyi sudah kembali. Wajahnya terlihat berbinar-binar."Mereka sangat terkejut!" Hanya itu kata-kata yang keluar dari bibirnya. Namun Li Mei mengerti apa maksudnya. Siapa yang tidak terkejut ketika orang yang terkenal menyebalkan, tiba-tiba bersikap baik?"Sudahlah, ayo kita makan, kamu pasti lapar," ajak Li Mei seraya menyerahkan semangkuk nasi yang diterima Bai Changyi dengan senang hati. Bai Changyi duduk dengan gembira di sebelah Li Mei, dia lalu menyumpit ikan dan memasukkannya ke dalam mulutnya.Dia menoleh dengan cepat ke arah Li Mei dan menatapnya dengan terkejut. "Enak! Enak sekali!" pujinya tulus. Matanya bahkan terlihat berbinar-binar. "Cobalah juga," Bai Changyi kembali menyumpit ikan dan meletakkannya ke dalam mangkuk Li Mei."Ayo kita habiskan," kata Li Mei seraya tersenyum. Dia juga mencoba ikan yang diberikan oleh Bai Changyi. Memang enak. Hanya saja, sayang sekali tidak ada cabai. Dia sudah mencari bubuk cabai dan menanyakannya kepada Bai Changyi, namun Bai Changyi tidak mengetahuinya sama sekali. Sepertinya, belum ada cabai di zaman ini.Ah, dia akan memeriksanya di kota saat memiliki kesempatan besok."Apa kamu lelah?" tanya Bai Changyi merasa khawatir ketika mendengar nafas istrinya yang semakin terengah-engah."Aku baik-baik saja," jawab Li Mei. "Apa tubuhmu benar-benar tidak masalah?" tanya Bai Changyi terlihat meragukan istrinya.Li Mei baru saja sadar dan bangun dari tempat tidurnya kemarin, tubuhnya masih lemah, tapi dia sudah bersikeras ingin pergi ke gunung hari ini. Hal ini tentu saja membuat Bai Changyi merasa khawatir."Tenanglah, kalau hanya segini, aku masih bisa," kata Li Mei. "Nah, aku akan mencoba mencari di sekitar sini, kamu pergilah berburu dulu." "Tapi …." Bai Changyi terlihat ragu, dia tidak ingin pergi meninggalkan Li Mei seorang diri."Kita tidak masuk terlalu dalam ke gunung. Aku pikir, kemungkinan hewan buas datang ke sini sangatlah kecil," kata Li Mei mencoba menenangkan suaminya. "Sudahlah, kamu cepat pergi berburu. Aku tidak ingin berada di sini sampai malam."Setelah beberapa saat berpikir, Bai Changyi akhirnya setuju. "Jangan pergi terlalu jauh. Car
"Aku akan membawamu ke Toko Obat Lou. Kita akan ke sana setelah menjual hasil buruanku," jawab Bai Changyi. "Nah, sekarang berikan keranjangmu itu."Bai Changyi mengambil dan segera menggendong keranjang yang dibawa oleh Li Mei. Setelah itu, dia kembali menenteng hasil buruan dengan tangannya."Ah! Aku bisa melakukannya sendiri," kata Li Mei terkejut ketika menyadari keranjangnya sudah berpindah tangan."Ini tidak berat sama sekali," kata Bai Changyi. "Lihatlah, tubuhku besar."Li Mei melihat penampilan suaminya. Meskipun pakaiannya kusam, namun aura ketampanannya sama sekali tidak terganggu. Tubuhnya sangat tinggi dan kekar, bahkan tinggi badan Li Mei tidak sampai ke pundaknya. Padahal dirinya termasuk memiliki tinggi rata-rata wanita di zaman itu. Entah mengapa, sosok Bai Changyi membuatnya teringat dengan sosok jenderal gagah yang pernah ditontonnya di drama-drama kolosal.Keduanya berjalan menyusuri Kota Shengcan yang sangat ramai hari itu. Banyak orang yang terlihat berlalu lalan
"Ha! Ha! Ha! Aku yakin kamu baru saja memakan madu!" celetuk Bai Changyi seraya tertawa senang.Li Mei tersenyum lebar ketika melihat tawa suaminya. Bai Changyi cenderung bersikap kaku dan pendiam. Dia suka tersenyum kepadanya, tapi selama beberapa hari ini Li Mei belum pernah melihatnya tertawa. Ternyata dia lebih tampan saat tertawa!"Apa tokonya masih jauh?" tanya Li Mei setelah berjalan sekitar sepuluh menit. Saat ini mereka berada di jalan utama Kota Shengcan. Terlihat banyak deretan toko di sisi kanan dan kiri jalan utama. Ada kedai teh, toko pakaian, restoran, dan lain-lain. Melihat sekitarnya, Li Mei berpikir kalau daerah itu pasti adalah wilayah yang sering dikunjungi oleh kaum bangsawan."Tidak," jawab Bai Changyi. "Kita hanya perlu berbelok di belokan kedua di sebelah sana."Li Mei melihat arah yang ditunjuk oleh Bai Changyi dan berpikir itu memang tidak jauh lagi."Apa kamu lelah? Mau beristirahat sebentar di kedai teh?" tanya Bai Changyi."Tidak perlu," jawab Li Mei. Dia
Tidak menunggu lama, seorang pria tua berambut dan berjenggot panjang putih datang dengan tergesa-gesa ke arah mereka. Pakaiannya terbuat dari bahan yang berkualitas bagus. Melihatnya sekali saja, mereka langsung tahu kalau itu adalah Tabib Lou. Apalagi Su Hanming berjalan mengikuti di belakangnya."Apa kalian yang menjual tanaman obat?" tanya Lou Jierui . Penampilan kedua orang di hadapannya ini memang tampan dan cantik, namun dari pakaiannya, dia dapat menebak kalau mereka berasal dari pedesaan. Bagaimana mereka bisa mengetahui tanaman obat, bahkan tanaman obat langka? Orang biasa tidak akan mengetahui tanaman obat, apalagi obat-obatan yang mereka bawa tadi berkualitas sangat baik. Biasanya mereka hanya membayar dua tael perak untuk jenis obat-obatan yang dibawa kedua orang ini, namun karena kualitasnya bagus, dia membayar tiga tael perak. Sebenarnya, siapa kedua orang ini?"Benar," jawab Li Mei seraya berdiri dan menangkupkan tangannya untuk memberikan hormat. "Perkenalkan, namaku
"Untuk apa kalian ke sini? Apa kalian tahu kalau pengemis dilarang masuk ke dalam bank?" tanya seorang penjaga bank dengan sinis ketika melihat Li Mei dan Bai Changyi masuk ke dalam bank.Bai Changyi menatap penjaga bank itu dengan dingin, membuat penjaga bank tersebut sedikit bergidik karena merasakan hawa dingin yang datang tiba-tiba."Kami ingin menyimpan uang," jawab Li Mei santai. Dia meletakkan dua kantong uang berisi dua ratus tael emas di depan penjaga bank itu. Penjaga Bank menatap kantong uang itu lalu kembali menatap Li Mei dan Bai Changyi dengan tatapan curiga. Penampilan keduanya begitu lusuh, bagaimana mereka bisa mendapatkan uang sebanyak ini? Kecurigaannya semakin menjadi-jadi ketika Li Mei menyerahkan lima puluh tael emas lagi kepadanya."Tolong tukar tael emas ini menjadi tael perak," celetuk Li Mei terlihat acuh tak acuh."Darimana kalian bisa mendapatkan uang sebanyak ini? Apa k
"Minggir! Beri jalan!"Setelah ketegangan yang berlangsung selama beberapa saat, Pengawal yang diperintahkan oleh Fu Xingshen kembali dengan seseorang di belakangnya. Su Hanming berjalan masuk dengan tergesa-gesa."Salam hormat kepada Jenderal Besar Fu," Su Hanming segera menangkupkan kedua tangannya kepada Fu Xingshen. "Saya Su Hanming, Penjaga Toko dari Toko Obat Lou."Wajah Liu An semakin memucat ketika melihat sosok Su Hanming yang datang . Dia tahu siapa Su Hanming. Dia adalah orang kepercayaan Lou Jierui, Tabib terbaik di kota Shengcan, bahkan terbaik di Kabupaten Jinxi. Jika Lou Jierui sampai mengirim Su Hanming ke sini, bukankah itu artinya .... "Nyonya Li, Tuan Bai, apakah kalian baik-baik saja?" tanya Su Hanmin cemas."Kami baik-baik saja. Terima kasih karena Penjaga Toko Han sudah berbaik hati untuk datang kemari," jawab Li Mei seraya menangkupkan kedua tangannya kepada Su Hanming, diikuti oleh Bai Changyi."Tidak masalah. Sebenarnya, apa yang sedang terjadi?" tanya Su Hanm
"Dimana rumah kalian?" tanya Fu Xingshen seraya menatap Li Mei dan Bai Changyi."Kami tinggal di Desa Fanrong," jawab Li Mei."Baik, saya akan mengunjungi kalian dalam waktu dekat," kata Fu Xingshen terlihat acuh tak acuh. "Sekarang saya harus pergi untuk melihat perkembangan kasus ini dulu."Keduanya terperangah. Untuk apa seorang legenda sepertinya mendatangi rumah mereka di desa terpencil? Namun mereka berdua tidak berani mengatakan apapun.Dia lalu melirik ke salah seorang petugas bank yang sedari tadi menunduk diam, "kamu! Layani mereka dengan baik."Semua orang membungkuk memberikan hormat saat Fu Xingshen berjalan keluar. Setelah sosoknya tidak terlihat lagi, orang-orang mulai berbisik-bisik untuk membicarakan apa yang baru saja terjadi. Li Mei dan Bai Changyi dilayani oleh petugas bank yang ditunjuk Fu Xingshen dengan sangat baik. Siapa juga yang berani menentang?Manajer mereka pasti akan kalang kabut kalau sampai mengetahui perilaku Liu An saat dia kembali dari Kabupaten J
"Aku lupa, meskipun kita ingin membangun rumah di musim semi mendatang, namun musim dingin masih satu setengah bulan. Bagaimana kalau kita membeli alas tidur yang empuk dan selimut yang hangat dulu?" tanya Li Mei dengan tatapan mata yang berbinar-binar.Bai Changyi tidak bisa tidak setuju.Gerobak sapi memasuki pintu gerbang desa Fanrong. Semua orang berhenti sejenak begitu melihat pemandangan yang menarik perhatian mereka. Li Mei dan Bai Changyi terlihat duduk di atas gerobak sapi yang dipenuhi dengan berbagai macam barang. Sejak kapan keluarga Bai Changyi menjadi begitu kaya?Desas-desus langsung tersebar luas, bahkan sebelum keduanya sampai di depan rumah mereka. Zhao Niu dan Xiao Mimi tanpa sengaja ikut mendengar berita ini."Luar biasa! Bai Changyi bisa membeli begitu banyak barang, sepertinya dia sudah menjadi kaya!" celetuk salah seorang wanita kagum."Satu gerobak penuh! Semua barang milik mereka!"