Share

Jilat Botol Kecap?

"Baiklah. Kamu minta berapa?" tanya Tirta membuat mata Sandra berbinar kembali. 

"Dua puluh juta,"

"Ok," Tirta mengeluarkan ponsel dari saku celananya kemudian Sandra mulai mengeja nomor rekening Surti yang pasti akan sangat senang mendapatkan transferan sebanyak itu.

Setelah uang ditransfer Tirta, pria tua itu segera menunjukkan bukti pengiriman uang dan Sandra segera naik ke dalam mobil seperti yang sudah dia janjikan tadi.

Selama mobil melaju, kepala Sandra terasa begitu ringan. Persetan apa yang akan diminta CEO tua ini nantinya, yang penting sepulang dari melayani pria yang baru ditemui ini putranya bisa segera dioperasi seperti permintaan dokter yang dia temui kemarin.

Laju mobil mulai melambat dan supir mobil mewah ini perlahan menuju lantai dasar sebuah rumah mewah di pinggiran kota.

Mata Sandra menatap kagum ke arah taman luas di kiri kanan jalan menuju sebuah kolam renang luas dengan delapan pelayan menunduk dalam saat dia dan CEO tua ini melintas.

"Aku mau dia pijat aku di kamar. Seperti biasa tidak boleh ada yang bersuara. Kalian semua pergi jauh."

"Baik," jawab para pelayan itu kemudian membiarkan Tirta menuju tangga menuju lantai dua tempat kamarnya berada.

Di sana Sandra baru sadar kalau sebenarnya uang 20 juta yang dia terima bukan sekedar untuk membayar waktunya, tapi juga harga dirinya. 

"Kenapa aku ini?" lirih Sandra yang mulai menyesali kebodohannya.

Mereka lalu tiba di kamar luar berukuran 20x20 meter dan tanpa basa-basi Tirta cepat-cepat melepas satu persatu kancing bajunya seakan sudah tidak sabar mendapatkan apa yang dia minta pada Sandra sebelumnya.

Krek!

Resleting celana segera diturunkan lalu duduk di pinggiran tempat tidur dengan dua tangan menopang tubuh rentanya. "Aku mau kamu jilatin botol kecapnya sekarang,"

Deg!

Jantung Sandra mulai tidak karuan dan tenggorokannya jadi kering.

"Boleh minum dulu," pinta Sandra lalu mencari gelas untuk membasari tenggorokannya.

"Ya, di sana. Sudah itu urus ini," tunjuk Tirta dengan genitnya.

Ih!

Sandra menahan wajah jijiknya agar tidak tampak terlalu jelas lalu melangkah cepat ke arah tempat air berbahan kristal yang pasti sangat mahal harganya.

Tangannya seger menuang air dan meneguknya. Untung rasa airnya ada manis-manisnya, kalau tidak dia pasti sudah muntah membayangkan harus melayani pria tua yang begitu genit ini.

Baru satu tegukan, tiba-tiba dari belakang Tirta menarik kuat tubuh Sandra yang belum beranjak mendekat.

Tentu Sandra kaget, tapi tangan Tirta yang mendekapnya begitu erat membuat tidak ada kesempatan untuk wanita muda ini meronta.

Sial!

Tubuh Sandra dibanting kuat ke atas tempat tidur dan tanpa aba-aba Tirta segera menindih tubuh mungil yang tidak siap ini.

Belum sempat Sandra menarik nafas, tiba-tiba benda tumpul menghujam ke dalam Sandra.

Memang ini tidak sakit, tapi Sandra tidak menyangka pria tua ini begitu mahir membuatnya terengah-engah.

"Wah! Wah!" Mata Tirta jadi putih semua saat genjotannya entah yang keberapa pelayan membakar mereka berdua di atas tempat tidur yang empuk ini.

"Oh!" Sandra mencakar punggung Tirta yang masih kuat menekannya tanpa iramah dan seketika seluruh tubuhnya jadi panas. 

Hahahahaha!

Tirta menarik tubuhnya dari atas Sandra lalu meremas-remas setiap jengkal tubuh yang membuatnya begitu puas. "Aku tidak menyangka kamu bisa buat melayang setinggi ini. Siapa namu tadi?" 

Sandra juga lupa apa dia sudah mengucapkan namanya atau belum, yang pasti dia tau kalau pria ini akan sangat senang kalau dia jujur. "Sandra,"

"Nama yang indah," kekeh Tirta lalu meremas-remas gundukan indah milik Sandra. "Kamu bilang kamu butuh uang, kan?"

Sandra mengangguk cepat. 

"Kalau begitu, aku akan melipat gandakan uang DP tadi karena kamu sudah buat aku 'uh-ah uh-ah', tapi ada syaratnya,"

"Apa?" tanya Sandra berharap permintaan Tirta tidak bertambah aneh.

"Aku mau kamu jadi istri keduaku," bisik Tirta begitu menjijikkan.

"Apa?" Mata Sandra menyipit. 

Dia tentu butuh waktu untuk memutuskan masalah sepenting ini. Tapi kenapa tiba-tiba pria tua ini mengajaknya menikah padahal mereka baru pertama kali ini bertemu. "Tapi, Tuan..."

"Aku tidak pernah bertemu dengan wanita secantik kamu, Sandra. Kamu cantik dan enak untuk," Tirta menatap genit pada wanitanya yang ingin cepat memberikan jawaban. "Tidak mungkin kita 'uh-ah uh-ah' terus tanpa ikatan pernikahan, kan?"

Pernyataan itu bisa diterima Sandra, mungkin terdengar naif, tapi paling tidak jika ternyata pria ini membuatnya hamil, dia tidak usah susah payah mencari tanggung jawab dari pria yang mengajaknya naik ke atas ranjang.

Sandra terdiam sambil memutar otak akan menerima atau menolak Tirta, tapi saat dia masih berpikir tiba-tia sekali lagi Tirta menindihnya dan melakukannya lagi.

Tentu Sandra kaget, tapi seperti yang sudah dilakukan Tirta diawal, dengan kasar pria ini kembali pembuat Sandra kehilangan kendali. 

Mereka bergulat bebas di atas tempat tidur, mulai gaya yang biasa hingga gaya yang belum pernah dilakukan Sandra sebelumnya.

"Wah!" Sandra berteriak kuat-kuat saat akhirnya tiba di puncak dan Tirta tampak begitu puas setelah berhasil membuat wanita yang baru pertama kali ditemui merasakan keperkasaannya.

"Kamu suka, Sayang?" tanya Tirta yang berdiri dibelakang wanita mungil itu sedang Sandra berdiri meraba dinding kamar dengan lutut yang berdenyut kuat. 

"Astaga! Suamiku saja tidak pernah sekuat ini menghajarku," lirih Sandra lalu meraba bagian bawah perutnya.

"Kamu mau tolak aku? Hehehehe! Meski tua bangka, aku ini masih kuat buat kamu 'uh-ah uh-ah'. Sandra. Kalau urusan uang, tenang saja. Satu kali 'gosok' aku akan kasih kamu 20 juta. Tadi yang DP, ini yang 20 juta lagi. Enak, kan, kalau main sama aku?"

Mata Sandra tiba-tiba jadi hijau mendengar tawaran pria tua ini. Kerja dimana bisa dapat gaji cash seperti ini?

"Eh, jangan pikir aku mau bikin kamu jadi gundikku, Sandra. Aku akan nikahi kamu, aku janji kita akan punya ikatan yang sah dan kamu tidak perlu khawatirkan urusan nafkah. Aku ini pria kaya, jadi kamu jangan takut," 

Mendengar perkataan Tirta yang begitu manis, Sandra cepat-cepat mengangguk. Dulu saat menikah yang pertama, dia selalu ada dalam kondisi keuangan yang buruk. Tentu menikah dengan pria seperti Tirta adalah anugerah yang tidak boleh dilewatkan begitu saja meski dia tidak tau apakah Surti, ibunya akan memberikannya restu atau tidak.

"Jadi kamu mau nikah sama aku?" tanya Tirta mencoba meyakinkan dirinya sendiri yang masih ragu apakah Sandra mau jadi istri keduanya atau tidak.

"Aku mau, Tuan," jawab Sandra cepat.

"Bagus," Tangan Tirta meraba rambut Sandra dengan lembut lalu mengecup kening wanita yang masih belum berbusana itu. "Kita akan menikah secepatnya, tapi kamu sedang nggak punya suami, kan?"

"Nggak ada," jawab Sandra begitu yakin.

"Kalau anak? Kamu nggak punya, kan?"

Sandra terdiam, dia ingin menjawab tidak punya, tapi itu berarti dia berbohong. Tapi kalau jawab punya, dia takut Tirta akan menolaknya.

“Jawab aku,” pinta Tirta dengan tatapan curiga.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status