"Enaknya ngapain ya?" Ayunda bergumam dengan tatapan menewarang, memperhatikan apapun yang ada di sekitarnya. Wanita itu nampak bingung, karena tidak ada kegiatan yang bisa dia kerjakan untuk saat ini."Rumah sebesar ini, masa hanya ditempati oleh empat orang saja? Apa nggak sayang, banyak kamar yang kosong?" ucapnya sembari menatap lekat bangunan yang kini menjadi tempat tinggalnya. Sejak Elang berangkat kerja, Ayunda memang tidak langsung masuk ke dalam rumah. Wanita itu memilih duduk di taman yang sama, saat semalam dia tertidur. Sengaja Ayunda duduk di sana karena bingung, apa yang harus dia kerjakan agar tidak jenuh."Mending aku masuk aja deh, ngobrol sama Bibi. Kalau pagi-pagi begini, apa yang dilakukan Bibi di rumah sebesar ini?" Ayunda menemukan ide, dan dia segera beranjak untuk menemui seseorang yang kemungkinan besar saat ini berada di area dapur.Benar saja, wanita yang sedang dicari Ayunda saat ini, malah terlihat sedang duduk di kursi, yang letaknya berada di teras dek
"Siapa lagi wanita ini? Apa dia pengejar Mas Elang juga?" Ayunda bergumam kala matanya menangkap sosok wanita yang baru saja keluar dari sebuah mobil. Wanita itu berjalan layaknya seorang model, mendekat ke tempat, dimana Ayunda berdiri saat ini."Apa Tuan kamu ada?" tanya wanita berbaju seksi itu begitu tubuhnya tepat berdiri di hadapan Ayunda. Wanita dengan rambut sebahu itu, mengenakan pakaian dengan area leher yang terbuka, hingga belahan di dadanya terlihat dengan jelas."Tuan?" Ayunda malah bertanya dengan kening yang berkerut sekaligus juga terkejut kala mendengar pertanyaan dari wanita yang pakaiannya seperti kekuarangan bahan. Bagaimana mungkin Ayunda tidak berpikiran seperti itu. Wanita yang sedang menunjukan sisi elegannya, bahkan tidak malu memamerkan pahanya yang super mulus.Pakaian yang dikenakan wanita muda itu, seperti sengaja dirancang hanya untuk menutupi area dada hingga ke paha saja. Itu saja, bagian paha tidak terutup semua. Mungkin kain yang menutupi paha, panj
Jam yang tertera pada layar ponsel baru menunjukan pukul sepuluh pagi, tapi di sana, di sebuah ruang kerja yang juga dilengkapi dengan fasiltas kamar, nampak dua orang berbeda jenis, sedang berbaring bersama, dengan tubuh yang saling menempel.Tubuh dua orang itu juga tidak ditutupi dengan kain sehelaipun. Bahkan selimut yang ada di bawah kaki mereka, tidak digunakan sama sekali untuk menutupi tubuh keduanya. Mereka sengaja seperti itu, karena lebih nyaman dan lebih cepat mengeringkan keringat, yang tadi sempat membasahi tubuh keduanya."Kamu kenapa sih? Tiap kita bercinta, masih suka menyebut nama Elang?" tanya si pria sambil mengusap rambut wanita yang kepalanya menempel pada dada pria itu. Wanita yang tangan kanannya sedang membelai lembut bagian tubuh pria di bawah perut beserta bulu-bulunya, nampak menyunggingkan senyum tanpa ingin membalas ucapan pria tersebut."Apa saat kamu bercinta dengan pria lain, kamu juga sering melakukannya, Bel? Meracau, memanggil nama Elang dan membay
Seperti yang sudah direncanakan, Ayunda baru saja selesai menyiapkan beberapa menu untuk dibawa ke kantor suaminya. Dengan bantuan Bi Sari, Ayunda nampak semangat menyiapkan segala hal yang berhubungan dengan menu makan siang untuk suaminya yang akan datang beberapa puluh menit lagi.Diwarnai dengan obrolan ringan dan juga candaan, Ayunda berhasil menyiapkan tiga menu yang cukup menggugah selera, bagi siapapun yang sudah lapar dan menyaksikan hidangan yang diciptakan oleh tangan wanita itu."Nyonya ternyata pinter masak ya? Masakannya juga sangat enak," puji Bi Sari yang kala itu sedang memasukan sisa hidangan berupa ayam bumbu kuning ke tempat lain, setelah Ayunda mengambilnya untuk sang suami. Ayam itu nantinya akan dimakan Bi Sari dan pekerja lainnnya di rumah itu."Nyonya belajar masak dari siapa sih? Dari Ibu nyonya ya?" terka Bi Sari. Setelah ayam berpindah tempat, wanita itu segera membereskan barang yang kotor untuk dibersihkan."Iya, Bi. Aku memang suka memasak. Sejak aku sek
"Romantis sekali pelukannya, kayak adegan di drama korea," celetukan Ayunda yang baru saja datang sontak membuat dua orang yang berada di dalam ruang kerja, nampak tersentak dan keduanya seketika menoleh bersamaan.Ayunda bahkan dengan santainya melangkah menuju sofa dan duduk di sana. Sedangkan Marco ternganga, menatap tak percaya pada istri baru sahabatnya itu."Ayunda!" pekik pria yang pinggangnya sedang dipeluk oleh wanita dari belakang. Dengan wajah mendadak panik pria yang menjadi suaminya Ayunda itu segera menghempaskan tangan wanita yang memeluknya dan mendekat kepada istrinya yang telah duduk di sofa."Ini tidak seperti yang kamu bayangkan, Sayang.""Emang Mas Elang tahu, apa yang sedang aku bayang kan?" Ayunda masih menanggapinya dengan santai.Wanita itu sebenarnya cukup kesal tapi dia menahannya agar wanita lain yang ada di sana tidak merasa menang. Wanita lain yang akrab dipanggil Bella, diam-diam tersenyum senang karena menurutnya, dirinya berhasil membuat Ayunda dan El
Setelah berbincang cukup lama, Marco akhirnya pamit karena dia juga ada pekerjaan lain. Begitu Marco pergi, Elang segera bersiap diri untuk kembali melanjutkan pekerjaannya. Sebelum memulai pekerjaannya, benak Elang terusik untuk menengok istrinya yang berada di dalam kamar. Sedari tadi wanita itu masuk ke dalam, Elang sama sekali tidak mendengar suara sang istri. Elang berpikir, mungkin istrinya terlalu fokus menyaksikan drama kesukaannya jadi wanita itu tidak bersuara sama sekali."Hmmm, kirain lagi asyik nonton," gumam Elang begitu membuka mata dan menyaksikan sosok istrinya yang ternyata sedang terlelap. Elang melangkah masuk, memperhatikan sang istri untuk beberapa saat, lalu meraih remote dan mematikan televeisi yang masih menyala. Setelah itu bukannya keluar, Elang malah duduk di tepi ranjang dan kembali menatap wajah lelap istrinya. Dibalik tatapan yang Elang Layangkan, nampak banyak tanya dan juga sesuatu yang ingin dia ungkapan. Rasa senang, kagum, dan juga sedih berbaur
"Papa!" teriak dua bocah berbeda usia yang kala itu sedang bermain bersama sang asisten ruman tangga di teras rumahnya. Dua bocah itu menyambut kedatangan sosok pria yang sangat mereka idolakan, saat sosok pria itu baru saja keluar dari mobil."Hai, kesayangan Papa, jangan lari-lari, Sayang, Nanti jatuh," pria yang baru saja pulang kerja itu langsung memberi peringatan kepada dua anaknya sembari melangkah cepat agar dua anaknya bisa lekas meraih dirinya dan terhindar dari sesuatu yang dia khawatirkan.Dua bocah kakak beradik itu malah tertawa dan tidak menghiraukan peringatan Ayahnya. Mereka bahkan langsung memeluk pria tersebut begitu mereka sudah saling berhadapan dan sang pria berjongkok menyambut kedua anaknya."Sudah dibilangin jangan lari, kalian ini bandel ya kalau dibilangin," dengan gemas pria itu langsung menyerang dua anaknya dengan memberi ciuman lembut pada pipi keduanya. Anak-anak itu bukannya takut, tapi malah terkekeh dan terlihat sangat bahagia."Udah pulang, Mas?" su
Petang ini Elang terlihat cukup bahagia. Setidaknya pergi bersama istri dan memenuhi segala yang dibutuhkan istrinya membuaat Elang merasa kali ini keputusannya untuk bekerja keras, ada gunanya juga. Karena hasil dari kerja kerasnya bisa dia nikmati bersama sang istri.Setelah cukup lelah berkeliling dan memasuki hampir semua tempat yang ada di Mall, dengan hasil belanjaan yang cukup banyak juga, Elang dan Ayunda memutuskan singgah di pusat kuliner yang ada di Mall tersebut.Selain untuk istirahat, keduanya juga sengaja mampir ke tempat itu untuk sekalian mengisi perut, agar nanti begitu sampai rumah, mereka tidak perlu makan lagi.Dengan antusias Ayunda melahap beberapa makanan yang sama sekali belum pernah dia santap. Hal itu tentu saja membuat Elang cukup senang mengajak istrinya makan di tempat itu.Namun kesenangan Elang agak terusik, saat tanpa sengaja mata pria itu menatap sosok yang dia kenal, berada tepat di bangku kosong yang ada di belakang tubuh istrinya. Sosok itu menghad