Pertemuan yang tidak direncanakan antara dua keluarga itu, kini telah berakhir. Dengan meraih berbagai kesepakatan bersama, mereka sudah mengambil keputusan demi lancarnya pernikahan yang akan terjadi pada salah satu anggota dari dua keluarga itu sendiri.Setelah merasa tidak ada lagi yang perlu dibahas, keluarga Elang memilih undur diri termasuk Elang juga. Cukup lama mereka ada di rumah tersebut karena yang menjadi bahan pembahasan memang cukup banyak juga. Meskipun acara pernikahan yang akan berlangsung dalam waktu tiga hari ke depan, adalah sebuah pernikahan sederhana, tapi persiapan yang dilakukan tidak harus asal-asalan begitu saja. Apalagi yang akan menjalani pernikahan bukan orang sembarangan, jadi acara sakral tersebut harus tetap terlihat sempurna saat pelaksanaannya nanti.Dari pertemuan dua keluarga itu juga berhasil menumbuhkan kesan mendalam bagi masing-masing keluarga. Mereka bisa saling menilai, sikap dan kepribadian satu sama lain dari interaksi dua keluarga yang ak
Geram, itulah yang dirasakan Pemegang saham tertinggi dari Harmoni Altemose grup saat ini. Mendengar kabar dari sang asisten membuat pria berusia 40 tahun itu tidak habis pikir dengan perbuatan orang yang paling dekat dengan keluarganya.Elang memang tidak memiliki bukti kalau Om dan tantenya yang membuat para pemegang saham dan juga rekan kerja mengetahui tentang rencana pernikahannya. Namun Elang sangat meyakini kalau yang melakukan semua ini adalah sepupu dari ibunya tersebut.Jarak 10 tahun perbedaan usia antara Elang dan Om Bonar, membuat Elang tidak terlalu menaruh rasa hormat kepada pamannya tersebut. Semua itu tentu saja disebabkan oleh sikap Bonar yang memang sok berkuasa sejak dahulu dikala Elang masih remaja.Dari usia belasan tahun, Elang memang tidak menyukai Bonar. Entah kenapa, Elang merasa kalau Pamannya itu hanya memanfaatkan Mamanya untuk menjadi orang yang terpandang. Ditambah lagi dukungan dari Papanya Elang, membuat pria itu semakin besar kepala saja."Apa kamu ya
Bonar dan Ratih begitu syok, mendengar ultimatum yang dilayangkan untuk mereka. Mata sepasang suami istri itu membulat sempurna, dan keduanya tidak menyangka kalau mereka akan mendapatkan ancaman yang begitu besar dari wanita yang mereka anggap sebagai Kakak.Siapapun orangnya,tidak akan ada yang menginginkan hidupnya berada dalam keadaan yang miskin. Begitu juga dengan Bonar dan Ratih Meski mereka juga bukan terlahir dari keluarga kaya raya, keduanya sudah dipastikan tidak ingin melepaskan begitu saja kehidupan mewah yang selama ini mereka jalani sejak menjadi bagian dari keluarga Altemose."Astaga, Mbak. Serius, aku tidak pernah menyebarkan berita tentang pernikahan Elang," Ratih masih berusaha membela diri, "Aku hanya tidak sengaja menceritakan niat Elang untuk menikah ke beberapa teman Mbak. Ibarat kata, aku tuh keceplosan.""Ya itu sama saja," sahut Erlin lantang. Terlihat dengan sangat jelas kemarahan dari wanita yang memilik dua anak tersebut."Sudahlah, Tante, nggak usah menge
"Sekarang, cepat katakan, apa yang ingin Om dan Tante bicarakan sama saya?" Elang langsung melempar pertanyaan begitu dia duduk di tempat yang sudah disediakan oleh sepasang suami istri di hadapannya. Dengan sikap yang biasa dia tunjukan, membuat nyali lawan bicara pria itu menciut."Apa tidak sebaiknya kita menikmati hidangan terlebih dahulu?" Ratih mencoba memberi penawaran. Meski sikap dingin Elang mampu membuat wanita itu takut, Ratih berusaha menepisnya dengan sikap yang dibuat setenang mungkin.Elang seketika menatap tajam wanita yang usianya lebih tua tujuh tahun dari dirinya untuk beberapa detik. Tanpa banyak kata, Elang bersiap untuk angkat kaki dari tempat tersebut membuat sepasang suami istri yang ada di sana sontak gelagapan."Kamu mau ke mana, Lang? Om kan belum bicara," bonar berkata sembari memegang lengan Elang agar sang keponakan tidak pergi.Elang melirik tajam tangan Bonar sampai tangan itu terlepas dengan sendirinya. Kemudian diw menatap tak suka kepada pria itu da
Kesal, marah dan kecewa, itulah yang dirasakan seorang wanita, yang baru saja gagal menjalankan rencananya. Segala umpatan dan makian keluar dari mulut Amanda sejak dia ditolak tanpa kata satupun oleh pria yang akan dijebak olehnya.Dari awal Amanda memang telah berhasil menyelinap masuk ke kamar Elang di saat si pemilik kamar sedang bersama keluarganya. Lalu dia memasukkan obat yang sudah disiapkan ke dalam minuman yang memang biasa Elang sediakan di dalam kamar, berjalan dengan sangatvlancar. Namun, sayang, rencana selanjutnya tidak selalu sesuai dengan keinginan.Minuman yang sudah dicampuri obat perangsang memang berhasil masuk ke dalam tubuh Elang. Namun ketika Amanda akan menjalankan rencana penentu, wanita itu justru mendapat kegagalan yang sangat tidak dia duga. Tadi, saat Amanda mendatangi kamar Elang dengan sandiwara yang sudah dia siapkan, Elang justru sama sekali tidak membukaan pintu kamarnya. Setelah memakai jubah tidurnya, Elang memang melangkah ke arah pintu kamarnya,
"Bagaimana saksi? Sah?""Sahhhh!"Rangkaian kata syukur langsung dipanjatkan setelah kata sah menggema dari semua yang hadir dan menjadi saksi atas ikrar ijab qabul yang diucapkan dengan lantang dari mulut mempelai pria. Senyum pun turut menghiasi dari semua bibir yang ada di sana, menyaksikan jalannya pesta pernikahan yang berlangsung sejak beberapa menit tadi.Meskipun bukan pesta pernikahan yang terbilang mewah, tapi acara yang direncanakan dalam waktu singkat tersebut berlangsung tanpa kendala yang berarti. Semuanya lancar dari hal yang paling kecil sekalipun. Tentu saja suksesnya acara pernikahan Elang dan Ayunda, tak lepas dari pengaruh pemilik hotel yang menjadi mempelai pria itu."Apa kamu tidak bahagia?" bisik Elang kepada wanita yang sekarang telah menjadi istrinya. Elang melempar pertanyaan seperti itu karena sedari tadi setelah akad sampai keduanya duduk di pelaminan, ELang merasa senyum yang Ayunda kembangkan bukan senyum kebahagian seperti dirinya."Eh, em..." Ayunda jus
Canggung dan bingung, itulah yang dirasakan Elang saat ini. Begitu petang tiba, Elang masih berada di dalam kamarnya sejak selesai mandi tadi sore. Elang tidak tahu, apa yang harus dia lakukan selama berada di rumah keluarga istrinya. Sebagai penghilang rasa bingung, Elang memilih memeriksa pekerjaannya melalui ponselnya. Bukan hanya pekerjaan saja, Elang juga mengecek beberapa media pemberitaan. Elang berpikir mungkin saat ini berita pernikahannya yang diam-diam, menjadi sebuah berita yang hangat untuk diperbincangkan. Jika memang ada, Elang akan memerintahkan tim khusus untuk menangani berita tersebut agar tidak meluas.Bukannya tidak senang kabar pernikahannya diketahui banyak orang, Elang hanya tidak mau berurusan dengan pihak media untuk sekedar memberi penjelasan yang menurutnya tidak penting bagi dirinya. "Mas, makan dulu," sebuah suara milik wanita yang sudah menjadi istrinya, berhasil mengalihkan pandangan Elang dari layar ponsel. Elang mendongak, menatap Ayunda yang masih
"Siapa wanita itu? Apa mungkin itu kekasih Tuan Elang? Sepertinya iya? Tuan Elang mencium perut wanuta itu dengan segenap rasa. Sayang sekali wajah wanitanya tidak kelihatan," rentetan pertanyaan muncul dari benak Ayunda setelah tadi mengintip ponsel milik suaminya yang menyala.Di sana, di dalam layar ponsel, seperti yang Ayunda pertanyakan dalam hatinya, memang terpampang foto Elang yang sedang berdiri setengah lutut mencium perut rata seorang wanita. Elang terlihat sangat bahagia dalam foto yang digunakan sebagai wallpaper. Sayang sekali wajah wanita itu tidak kelihatan. Hanya nampak tubuh dari leher hingga ke bawah, dan dibalut dress selutut berwarna putih, senada dengan pakaian Elang."Mungkin ini tujuan Tuan Elang mengajakku nikah kontrak. Dia sedang menunggu kekasihnya pulang dari suatu tempat dan nanti mereka akan kembali bersama. Atau mungkin mereka sudah putus dan aku hanya dijadikan pelarian sebagai penutup rasa sakitnya. Terus nanti wanita itu kembali meminta maaf, dan El