Terima kasih teman-teman pembaca sudah mebgikuti cerita Elang dan Ayunda. Kira-kira, Ayunda akan diterima atau diabaikan sesuai rencana Bonar. ya? Ikuti terus kisah keduanya, ya
Masih di hari yang sama, di salah satu warung sayur, di komplek perumahan, yang penduduknya lumayan padat. Suasana di sana masih terasa cukup menegangkan.Sejak beberapa menit yang lalu, perdebatan yang terjadi antara dua wanita yang berkerumun di sekitar warung masih berlangsung cukup sengit. Wanita si biang gosip dengan wanita yang menjadi bahan gosip masih bersitegang diantara sekumpulan para ibu."Kamu ngancam?" Irma berusaha tidak gentar setelah mendapat ancaman yang baru saja dilayangkan oleh lawan bicaranya. Ibu satu anak itu masih bersikap angkuh untuk melindungi harga dirinya, dari tatapan para ibu yang ada di sana. Dia terlalu gengsi untuk mengakui kalau dia sebenarnya takut diancam seperti itu."Bukannya aku ngancam, ya, Mbak," orang yang menjadi bahan gosip membalas ucapan Irma dengan sangat santai. "Aku cuma bilang, jika Tuan Elang tahu tentang gosip murah meriah seperti ini, apa Mbak Irma mau mempertanggung jawabkannya? Seandainya Tuan Elang tidak terima dan membawanya
"Untuk apa?" tatapan mengintimidasi langsung Elang layangkan begitu mendengar permintaan Laras. Meski Elang sudah menduga, entah kenapa ada sedikit rasa khawatir pada pria yang sedari tadi bersikap tenang selama pembicaraan antar keluarga berlangsung."Untuk apa?" bukannya menjawab, Laras malah mengembalikan pertanyaan kepada Elang dengan alis mata kanan yang terangkat sedikit. Wanita yang masih kelihatan sangat sehat diusianya yang sudah menginjak kepala enam itu, menatap tak percaya kepada putranya."Astaga! Masa gitu aja pakai ditanyakan sih, Mas," Erna menyahuti dengan rasa geram yang kembali hadir. Menurut ibu anak satu itu, sikap kakak laki-lakinya kali ini sungguh ajaib dan diluar nalar. Tidak seperti Elang yang selama ini selalu terlihat lebih cerdas."Apa Mas Elang sudah terserang bucin akut? Sampai orang tua ingin ketemu sama calon menantu saja sampai dicurigai gitu? Kayak baru pacaran aja," gerutunya.Ekspresi berbeda langsung ditunjukan setiap wajah yang duduk dalam satu
Suasana riuh nampak terdengar dari salah satu ruang pribadi yang ada di sebuah bangunan bertingkat. Suara riuh itu berasal dari suara beberapa anak yang sedang bermain dalam ruangan tersebut, serta beberapa orang tua yang ikut menambah ramainya ruangan tersebut.Ruang yang memang disediakan khusus untuk pemilik gedung hotel itu, hanya diisi sebagian kecil dari anggota keluarga pemilik hotel. Namun, suasana ramai cukup membuat ruangan tersebut terasa lebih hangat. Namun suasana riuh itu perlahan memudar kala dari arah pintu masuk, datang seseorang yang sedang mereka tunggu. Awalnya mereka bersikap biasa saja saat melihat wajah seorang pria yang muncul dari balik pintu, tapi beberapa detik kemudian reaksi wajah para orang dewasa berubah saat itu juga ketika mata mereka menangkap sosok wanita yang datang bersama pria yang mereka tunggu."Ayana!" Laras, wanita yang paling tua di sana tercekat begitu melihat wajah wanita yang baru saja datang. Bukan hanya dia, kedua anak dan menantunya j
"Kamu sudah pulang?" suara bariton seorang pria terdengar cukup menggelegar sampai seorang wanita yang mendengarnya, langsung menghentikan langkah kakinya. Wanita itu tentu saja terkejut dengan suara berat itu. Bahkan kepalanya langsung menoleh untuk memastikan pemilik suara tersebut adalah orang yang sangat dia kenal."Eh, Bapak, kirain siapa, ngagetin banget," wanita muda yang tadinya akan langsung masuk ke kamar, merubah haluannya menjadi berbelok menuju ke tempat pria yang sedang menikmati kopi, di salah satu sudut ruang tengah."Babak pulang dari tadi apa gimana?" Wanita itu kembali bertanya hanya untuk sekedar basa-basi, setelah menempelkan pantatnya pada salah satu kursi yang tidak jauh dari tempat duduk Bapaknya."Ya, seperti biasa jam pulangnya Bapak, kamu kan tahu," jawab pria berusia 50 tahun itu sembari mengecilkan suara televisi yang sedang dia tonton. "Kok kamu pulang sendirian? Kata Ibu kamu habis pergi sama Elang?"Wanita muda itu langsung tersenyum dan tangannya ter
Setelah mendapat kabar tentang kedatangan seseorang yang sangat dikenalinya, untuk beberapa saat, Elang menghentikan pekerjaannya. Pikirannya menerawang dengan sesekali dahi pria itu berkerut. Dilihat dari sikap Elang yang mendadak gelisah, sepertinya tamu wanitanya saat ini, bukan tamu wanita yang biasa saja."Kenapa dia kemari? Apa hanya kebetulan saja? Tapi, yang aku tahu dia tidak memiliki kenalan di kota ini?" berbagai pertanyaan serta dugaan seketika bermunculan dalam pikiran Elang.Wajar saja dugaan itu datang karena Elang merasa heran dengan kedatangan wanita yang sudah lama tidak bertegur sapa dengan dirinya. Elang bahkan lupa, entah kapan dia bertemu dan ngobrol yang terakhir kalinya dengan wanita bernama Rebeca itu.Daripada semakin banyak dugaan bermunculan dan hanya akan menimbulkan perasaan tidak nyaman, Elang memilih segera bangkit dari kursi kerjanya lalu melangkah keluar untuk menemui wanita yang menunggunya di ruang sebelah.Sebagai informasi, Elang memang hampir tid
Petang ini, suasana hangat nampak jelas terlihat di kediaman Ayunda. Di rumah itu bahkan beberapa kali terdengar suara tawa yang menggema disela-sela perbincangan semua orang yang berada di sana. Orang-orang tersebut, terlihat mengenakan pakaian rapi demi menyambut tamu yang sebentar lagi akan hadir.Bukan hanya keluarga Ayunda saja yang berada di rumah itu. Beberapa tetangga terdekat mereka juga turut serta hadir atas permintaan pemilik rumah. Malik beserta keluarga, juga membutuhkan saksi dari tetangga karena peristiwa yang akan terjadi di rumah itu, merupakan peristiwa yang cukup penting.Tanpa orang-orang itu sadari, tak jauh dari rumah tersebut, ada dua pasang mata yang sedang mengawasi kehangatan di rumah itu, dari tempat yang agak gelap. Dua orang pemilik mata itu menatap penuh tanda tanya ke rumah Ayunda sejak beberapa saat yang lalu. Entah ada maksud apa dua orang itu melakukan hal aneh tersebut. Yang pasti dari gelagatnya, selain rasa heran, mereka juga menunjukan beberapa
Malam ini, acara lamaran berjalan dengan lancar. Dari acara tersebut, terjalin beberapa kesepakatan yang disetujui kedua belah pihak diantaranya, kesepakatan tentang hari pernikahan yang akan berlangsung tiga hari dari sekarang.Awalnya pihak keluarga Ayunda nampak keberatan dengan keputusan itu, karena waktu tiga hari terlalu singkat dan mereka belum memiliki persiapan sama sekali.Namun dari pihak laki-laki malah tiidak mempermasalahkan akan hal itu, sebab semua biaya yang dibutuhkan dan segala keperlauan pernikahan, disiapkan oleh pihak laki-laki. Kedua belah pihak awalnya terus melakukan negoiasi, sampai pada akhirnya pihak Ayunda menyerah dan menyetujui kesepakatan tersebut.Sepanjang pembahasan kesepakatan yang terjadi antara dua keluarga, pihak dari keluarga laki-laki dibuat takjub dengan sikap yang Elang tunjukkan. Terutama Laras, wanita itu seperti melihat sisi lain dalam diri Elang yang kembali muncul setelah sisi itu hilang sekitar 14 tahun yang lalu.Elang nampak bersemang
"Sepertinya ada tamu, Pak," gumam Rumana begitu telinganya mendengar suara ketukan pintu. Bukan hanya dia, suami dan anak gadisnya juga mendengar suara ketukan tersebut sampai kepala ketiganya menoleh ke arah ruang tamu."Siapa yang bertamu jam segini?" Rumana kembali bersuara, saat matanya melihat petunjuk waktu yang terpajang di dinding, tepat di atas meja televisi. Di sana sudah menunjukan pukul sebelas malam."Mana nggak ada suaranya lagi," gerutunya."Mending jangan dibukain deh, Bu, biarkan aja. Takutnya malah orang jahat. Salah sendiri, bertamu cuma ketuk pintu doang," demel Ayunda sedikit kesal. Bagaimana mungkin tidak kesal, tamu itu sama sekali tidak bersuara, tapi malah mengetuk pintu sampai beberapa kali."Ya udah, mending Ibu masuk kamar aja," Rumana bangkit dan beranjak terlebih dahulu. Tak lama setelahnya Ayunda juga beranjak, dan terakhir, Malik yang tidak ada niat untuk menemui orang yang mengetuk pintu.Sementara itu di depan rumah Ayunda, orang yang sedari tadi men