Cloud mengemasi barang-barangnya pagi itu. Ia beberapa kali membuang napas kasar dari mulut, karena keluarganya benar-benar meninggalkannya di Kilikili. Cloud heran, bahkan Arkan pun seolah kesal sampai tidak mau membalas pesan yang dia kirim. Ia sadar ada konsekuensi dari setiap pilihan yang dibuat di dalam hidup. Salah satunya apa yang sedang dia lalui sekarang, ditinggalkan keluarganya demi memperbaiki hubungan dengan Nic.Cloud menutup koper lalu memandanginya, dia kembali mendesah. Seperti ada batu besar yang menekan kedua pundaknya bahkan tampak longsor seiring dengan embusan napasnya."Mama, sudah siap belum? Kata onty Nina yacht kita sudah siap."Suara riang Kala membuat Cloud seketika membuang semua pikiran yang membebani hati. Ia menoleh lalu menerima pelukan anak itu yang datang bersama Nic."Sudah siap?" Tanya Nic sembari mendekat dan meraih koper milik Cloud. "Hm..." Cloud mengangguk, lantas menyambar tasnya dan menggandeng Kala keluar dari kamar. "Aku senang sekali, nan
“Tidak! Ini masih siang bolong, apa kamu pikir aku maniak seks?” Cloud berusaha bertahan dari serangan Nic yang tengah merayu, meskipun di dalam hati dia ingin meraup tubuh pria itu ke dalam pelukan. Menggoda Nic ternyata membuat Cloud senang, terlebih saat pria itu kini memasang wajah kecewa. “Ayolah! Sebelum Kala mencari kita,” bujuk Nic. “Biar saja kalau dia mencari, memang ada yang salah?” Nic mendongak lalu membuang napas kasar kemudian berguling ke samping. Pria itu berbaring memandang ke langit-langit kamar, membiarkan Cloud menyadari sendiri bahwa miliknya sudah tegak menjulang. Cloud awalnya masih bersikap biasa, sampai tatapannya tertuju ke bagian bawah tubuh Nic dan tertawa. “Ini kejam!” Ucap Nic. “Tidak apa-apa, anggap saja ini hukuman untukku, tidak apa-apa! Sabar! Aku sabar.” Cloud tak bisa menahan rasa geli yang menggelitik rongga perutnya saat Nic mengusap dada sendiri. “Nic, aku tidak suka sesuatu yang terburu-buru.” “Itu bisa dilakukan saat kita tidak punya t
Tentu saja Cloud tak bisa lagi tertawa, karena Nic benar-benar membuktikan ancamannya. Apa yang dilakukan pria itu sekarang membuat bibir Cloud hanya bisa mengeluarkan suara desahan halus. Nic memperlakukan Cloud dengan sangat lembut, membuatnya terbang melayang, meskipun beberapa kali aktivitas mereka harus terganggu oleh guncangan dari yacht yang ditumpangi.Mereka seperti haus akan kenyamanan untuk terpuaskan seolah selama ini memendam kerinduan yang amat dalam. Selain karena perasaan yang keduanya miliki, Cloud dan Nic juga seperti ingin menikmati kesempatan yang ada. Mereka tahu, setelah ini hidup mereka akan penuh drama lagi.“Nic!”“Just relax! Nikmati saja!”Cloud memejamkan mata saat Nic mendaratkan kecupan di pahanya. Rasa geli yang naik sampai ke kepala membuat wanita itu beberapa kali menggeliat. Ia ingin meminta Nic berhenti melakukan itu karena sedikit malu, tapi juga menikmati dan berakhir membuka lebar kakinya mempersilahkan pria itu melakukan hal yang lebih di sana.T
Beruntung saat Kala baru saja memegang robekan kertas itu Nic membuka pintu kamar mandi dan menyapa. Cloud buru-buru meraih kertas itu dari tangan putranya, kemudian buru-buru memungut robekan kertas yang lain.Kala mendekat ke pintu di mana papanya berada. Nic sadar kalau robekan kertas perjanjiannya dan Cloud masih bisa dibaca jika disatukan kembali. Ia pun lega melihat Cloud memungutinya lalu mengepal di tangan sebelum memasukkannya ke dalam tas. Nic memandang Cloud yang tersenyum aneh, mereka salah tingkah lantas mencoba untuk bersikap biasa.“Papa mandi siang-siang?”Kala berdiri di depan pintu dan mundur dengan cara melompat saat Nic hendak keluar.“Iya, panas sekali jadi Papa mandi.”Nic menjawab sambil melirik Cloud. Tatapannya menggoda, membuat Cloud memalingkan muka dan tersenyum malu.“Mama kepanasan juga ga? Mama mau mandi juga?”Cloud gelagapan, dia malah menggaruk kening karena pertanyaan Kala tiba-tiba mengingatkannya ke aktivitas fisik— yang beberapa menit yang lalu b
“Apa Cloud masih belum pulang? Bukankah seharusnya dia sudah sampai?” Setelah dari pulau Kilikili Rain sengaja menginap di rumah orangtuanya. Selain masih ingin menghabiskan waktu bersama, dia juga berniat untuk bicara ke Cloud dan membahas masalah yang terjadi. Rain tahu dia salah karena memberitahu Riswan tentang perselingkuhan Nic dan Amara, tapi dia tidak ingin Cloud salah paham dan berpikir dia juga yang menyebarkan berita perselingkuhan itu ke publik. “Dia tidak memberi kabar, mamamu sudah cemas tapi tidak mau menghubungi lebih dulu.” Skala menjawab sambil membenarkan letak kacamata yang bertengger di hidung. Pria paruh baya itu duduk di meja kerjanya sambil menatap benda pipihnya di meja. “Apa dia pulang ke rumah Nic dan sudah tidak menganggap kita lagi? Bagaimana bisa Cloud sebodoh itu?” Rain geram, dia masih tidak rela jika Cloud kembali bersama Nic. Sampai kapanpun dia tidak bisa dengan mudah memaafkan perbuatan adik iparnya. “Biarkan saja, mungkin Kala memaksa menginap
"Kamu tetap tidak boleh membawa Cloud tinggal di rumahmu, sebelum masalah ini selesai dan kamu menunjukkan padaku layak diberi kepercayaan lagi. Mulailah dari memberitahu Kala apa yang terjadi, buat anak itu menerima bahwa mamanya masih tidak bisa tinggal bersamamu."Nic dan Cloud sama-sama termangu mendengar syarat yang diajukan oleh Skala. Mereka saling pandang sebelum pria itu kembali buka suara."Buktikan kamu benar-benar layak menjadi suami Cloud, ini adalah bentuk kelonggaran yang aku berikan, karena mempertimbangkan bahwa kejahatan yang kamu lakukan dilandasi kesalahpahaman."Cloud nyaris membantah ucapan Skala. Ia jelas tidak ingin berpisah dari Nic lagi meski hanya kurang dari dua bulan. Namun, tak dia duga Nic lebih dulu mengiyakan syarat dari papanya, Nic membuat Cloud melebarkan manik mata tak percaya. Wanita itu menggeleng pelan, tapi dua pria yang satu ruangan dengannya ini sedang terlibat adu pandang, mengabaikan ketidaksetujuannya."Aku akan melakukan itu, aku akan mem
Nic tertawa kecil mendengar tebakan Kala yang lucu. Ia menggeleng sambil mencoba mencari kalimat yang tepat untuk dikatakan ke anak itu. Nic bertekad menjelaskan ke putranya dengan sangat hati-hati. Ia tidak ingin sampai Kala berpikir buruk baik tentangnya, Cloud, maupun Skala."Kala tahu 'kan setiap orangtua pasti ingin anaknya menjadi orang baik?""Tahu, seperti mama dan Papa bilang aku ga boleh nakal, ga boleh bohong sama orang, iya ''kan?"Nic mengangguk, dia bersyukur memiliki anak yang cerdas, sehingga lebih mudah memberi pengertian."Nah ... masalahnya Papa itu nakal dan sudah berbohong ke Opa, Mabibi, Mama dan uncle Rain. Papa dihukum tidak boleh mengajak pulang Mama ke rumah sampai Papa bersikap baik lagi," ucap Nic. Ia memaksakan tersenyum, agar Kala tidak merasa dirinya sedih dan malah membenci keluarga Cloud."Kenapa hukumannya begitu? Kenapa Papa tidak dijewer aja?" Kala mengerutkan dahi. Anak itu bingung mencerna hukuman yang Nic terima, yang Kala tahu hukuman berbohong
"Foto-foto yang tersebar dan menimbulkan keributan belakangan ini memang foto kami berdua." Nic tanpa sungkan membeberkan fakta, mengakui secara terang-terangan, tanpa berniat sedikitpun mengelak."Saya dengan sepunuh hati memohon maaf, terlebih ke Kala, istri saya dan keluarganya. " Nic menundukkan kepala, dia berharap Skala bisa melihat ketulusan dan keinginannya untuk memperbaiki semua kekacauan ini.Nic baru saja selesai dengan penjelasannya, tapi para wartawan sudah mencecar dengan banyak pertanyaan. Ia sampai bingung menjawab yang mana. Para pemburu berita itu seperti tidak sabaran dan saling sahut-sahutan."Teman-teman tenang! Kalian bisa bertanya satu persatu." Rio yang sejak tadi berdiri di dekat sang atasan terpaksa buka suara untuk mengkondusifkan suasana. Ia sebenarnya sudah ketar-ketir karena Nic enggan mengajak pengawal ataupun pengacara. Rio berharap situasi kembali terkendali, dia juga kasihan ke Nina yang wajahnya berubah cemas melihat wartawan gaduh setelah mendeng