“Aku harus mencari tahu siapa yang dengan sengaja ingin membuat Kala celaka. Sudah jelas tidak ada orang di luar keluarga yang tahu tentang alerginya.” Nic baru saja mengantar Cloud dan Kala pulang ke rumah Skala. Setelah hasil uji susu itu keluar. Keduanya kini berbincang di teras karena Nic hendak pulang. Di PG Factory tadi mereka sempat berdiskusi sebentar. Belum ada rencana yang jelas ke depan untuk menyikapi masalah ini, karena Kala malah bangun. Demi menjaga perasaan anak itu semua orang memilih berhenti membahas. Bagaimanapun juga Kala tidak boleh sampai tahu masalah ini. “Mandi dan istirahatlah setelah sampai rumah, kita pikirkan lagi masalah ini besok.” Cloud mengulurkan tangan, dia membelai pipi Nic seolah tak rela pria itu pulang. Nic mengangguk kecil, dia memegang punggung tangan Cloud yang hendak menjauh dari pipinya. “Oh … ya nanti coba cek rekeningmu,” ucap pria itu. “Berapa miliar yang kamu kirimkan?” Tanya Cloud sambil tertawa. “Tidak banyak tapi cukuplah kalau m
"Jangan berhenti!"Nic tersenyum senang. Kalimat yang baru saja Cloud ucapkan membuatnya semakin bersemangat memberikan wanita itu kepuasan. Nic melepaskan tangan Cloud untuk memegang bokong wanita itu. Ia meremas dan memukulnya pelan sampai Cloud secara impulsif menarik rambutnya kebelakang. Nic mendongak, untuk beberapa saat menatap Cloud dan mereka saling melempar senyuman. Cloud buru-buru melepas jambakan tangannya dan Nic pun bergegas berdiri. Tangan pria itu merangkum pipi Cloud dan mencium bibir penuh gairah. Nic mendorong tubuh Cloud hingga terbentur lemari baju yang bahkan belum tertutup sempurna. Sama seperti Nic, Cloud juga membalas ciuman itu penuh gairah. Tangannya tak bisa diam menyentuh meraba punggung, pinggang dan dada Nic. "Aku mencintaimu," ucap Nic sesaat setelah tautan bibirnya dan Cloud terlepas. Ucapan Nic yang terdengar begitu tulus membuat Cloud tersenyum penuh kebahagiaan. Tak ingin hasrat yang sudah membara meredup apalagi padam, Cloud kembali menautkan b
“Apa kamu sudah melakukannya?”Aditya mengangguk. Ia berdiri di depan meja kerja Doni setelah menjalankan tugas yang diberikan oleh pria itu. Doni memintanya menunjukkan bukti bahwa dirinya bukanlah kaki tangan Nic seperti apa yang disangkakan. Pria jahat itu meminta Aditya untuk mencari cara agar Kala celaka.Aditya yang cakap dengan mudah menemukan informasi, bahwa ada pegawai yang benci ke Kala di pabrik yang sekolah anak itu kunjungi. Hingga dia menghasut dan membuat orang itu berhasil menukar susu milik Kala dengan susu yang diberikan oleh Doni.“Saya sudah melakukan perintah Anda.”“Bagus!”Doni mengangkat dagu memberi kode Aditya untuk mengambil benda di mejanya. Tanpa bicara Aditya meraih kotak ponsel yang masih tersegel, sebagai ganti ponsel miliknya yang dirampas dan hancurkan oleh pria itu.“Terima kasih!” Ucap Aditya.“Kamu tidak boleh salah memilih tuan. Nic itu bukan tandinganku. Meski sudah dewasa, tapi di depanku dia hanya anak ingusan yang bodoh.” Doni memulas seringa
Cloud pun keluar dari kamar mandi, dia mensejajari Nic lalu meraih ponsel miliknya sendiri. Wanita itu berkata memasang sebuah aplikasi di gawainya untuk mengecek sebuah nomor tak dikenal. Baik dirinya dan Nic sama-sama tak berpikir panggilan itu mungkin saja berasal dari Aditya.Saat Cloud hendak mengetik untuk mengecek, panggilan itu tiba-tiba terputus. Tak lama sebuah pesan masuk ke aplikasi chat milik Nic dengan foto profil wanita seksi. Karena hanya mengenakan kamisol ketat dada wanita itu pun terlihat menonjol.Mulut Cloud mengaga, dia pikir Nic pasti pernah memakai jasa kupu-kupu malam. Ibunda Kala itu menggeleng membaca pesan yang dikirim.[Pak, Ini saya]“Wah … Nic, kamu benar-benar luar biasa.”“Cloud, ini salah paham. Aku tidak pernah ….. “ Wajah Nic pucat mendapati Cloud marah. Istrinya itu pergi dan duduk di depan meja rias, menyibukkan diri dengan skincare-nya.“Sial!” Umpat Nic.Tanpa membalas pesan itu Nic menghubungi nomor yang sudah membuat Cloud kesal. Tak perlu men
“Cloud, Mama mau ngomong!” Cloud yang hendak turun menyusul Kala dan Nic ke bawah untuk sarapan pun memalingkan badan. Ia pikir Bianca sudah berada di ruang makan, tapi ternyata baru saja keluar dari kamar. Nic dan Kala pun menghentikan langkah, keduanya sama-sama memandang Bianca dan Cloud bergantian. Tanpa perlu diminta, Nic sadar lalu bergegas mengajak Kala menjauh. Ia menggendong anak itu dan membawanya berlari menuruni anak tangga karena takut Kala curiga. “Aku juga ingin mengatakan sesuatu ke Mama.” Cloud menjawab sambil menaiki dua anak tangga yang sudah dia lewati. “Mama mau bicara di mana?” Bianca menunjuk ruang baca yang ada di sebelah ruang kerja Skala, dia berjalan mendahului Cloud yang mengekor di belakang. Sesaat setelah masuk, Cloud mengunci pintu. Ia tidak ingin orang lain sampai mendengar perbincangannya dan Bianca terutama Kala. “Mama mau bicara apa? Bolehkah aku menebak? Pasti soal Nic,”ucap Cloud. “Apa lagi yang perlu diomongkan denganmu kalau bukan soal pria
"Kenapa mereka itu suka sekali menitipkan anaknya padamu di luar jam kerja? Apa mereka pikir kamu tidak butuh bersenang-senang juga?"Rio mengeluh ke Nina, tapi sang kekasih malah menepuk pahanya melarang berbicara seperti itu. Nina mencubit pipi Rio dan meminta pria itu sabar.Beberapa jam yang lalu Cloud dan Nic datang ke apartemen untuk menitipkan Kala, entah apa yang akan dilakukan pasangan itu sampai Nic menukar mobilnya dengan motor Rio. "Tentu saja mereka mau pacaran, berboncengan sambil peluk-pelukan," sewot Rio saat Nina bertanya. Rio tak peduli Kala mendengar ucapannya. Bahkan pria itu membuat gerakan seperti orang yang sedang memeluk.Berbeda dari sang kekasih yang berburuk sangka, Nina sendiri yakin kalau Cloud dan Nic pasti ingin mengurus hal yang penting, dia membela pasangan itu sampai Rio semakin sewot."Kamu tahu 'kan ada masalah rumit yang sedang mereka hadapi, mereka pasti ingin menyelesaikan masalah itu," ujar Nina.Rio masih tak terima, ini karena kemarin dia ab
"Komplotan? Kamu pikir kami kriminal?" Nic mengamuk. Wajahnya menunjukkan dia tidak begitu suka dengan pemilihan kata wanita teman kencan Aditya. Cloud sampai menggoyangkan pelan tangannya. Meskipun wanita itu terlihat biasa saja dan tak tersinggung mendengar ucapan Nic."Kenapa harus bicara di sini? Aku pikir di bawah sudah cukup," ujar Cloud. Bayangan orang-orang yang sedang berbuat mesum di sana terlintas dalam benaknya. Ibunda Kala itu sampai bergidik."Di sini jauh lebih aman, tidak ada yang bisa melihat apalagi mendengar pembicaraan kita."Aditya menjelaskan, tapi Nic dan Cloud malah menyisir isi kamar itu, mereka cukup kaget mendapati sofa berbentuk tak biasa yang memang dirancang khusus untuk kebutuhan bercinta."Pak!" Panggil Aditya. Ia melirik wanita penghibur yang memperkenalkan dirinya bernama Thea. Wanita itu duduk di tepi ranjang sambil mengayun-ayunkan kaki."Anda berdua bisa memakai kamar ini nanti, pria ini sepertinya impoten dia bahkan tidak bereaksi meski sudah aku
Mata Nic tertuju pada sofa tantra yang ada di sisi ranjang. Ia mendekat dan mengusap permukaan sofa berwarna merah marun yang memang dirancang khusus untuk bercinta.Bentuknya yang hampir mirip haruf S itu pasti akan membangkitkan fantasi setiap orang dewasa. Cloud sendiri malah tertawa, dia berkata orangtuanya dulu punya tapi entah dibuang ke mana setelah dia beranjak dewasa."Aku dulu sering memakai sofa seperti ini di kamar mama untuk bermain prosotan," ujar Cloud sambil mendekat ke Nic. Ia melepas tas dan meninggalkan ponsel di atas ranjang.Cloud menyandarkan punggung ke bagian tinggi kursi itu dan menepuk-nepuk permukaannya."Apa kita harus membeli satu yang seperti ini di kamar?" Cloud bertanya dengan nada genit. Dia tahu enam tahun ini aktivitas bercintanya dan Nic terlalu monoton. Nic hanya akan datang saat butuh dipuaskan tanpa memikirkan perasaannya. Pria itu akan mendobrak masuk ke kamar, mencekal tangan, menyudutkan ke tembok lantas mencumbunya dengan sangat kasar. Sete