Geng Gem kalian ke mana?? sedih aku tuh
"Apa kamu juga mau ganti baju sekarang? Itu sudah aku siapkan," ucap Cloud. Ia menunjuk setelan jas Nic yang ada di atas ranjang.Cloud sebenarnya kaget saat Nic ikut masuk ke kamar. Dia baru saja duduk di depan cermin meja rias hendak menyapukan toner ke wajah.Nic menatap datar, melepas kaos yang dikenakan di depan Cloud seolah sengaja mempertontonkan dada bidangnya. Pria itu tak menjawab, mendekat ke ranjang untuk menyambar kemeja dan mulai memakainya sambil terus menatap Cloud dari pantulan cermin."Kenapa? Apa ada yang salah?" Tanya Cloud basa-basi. Padahal dia tahu Nic kesal mengingat ucapan Skala di bawah tadi."Tidak ada, kecuali kamu sengaja berdandan berlebihan untuk membuat pria lain terkesan."Jawaban Nic yang ketus membuat Cloud merasa serba salah. Dia menghentikan gerakan tangannya yang sedang mengusap wajah lalu memutar badan. "Kamu cemburu?" "Apa kamu perlu bertanya?" Balas Nic dengan nada ketus. Ia memulas seringai sambil mengganti celana.Cloud berjalan mendekat da
“Apa mungkin Bunda itu istri …. “ Cloud menjeda lisan. Ia membungkam mulut menggunakan dua tangan karena kaget dengan pikirannya sendiri. Tenggorokan Cloud terasa tercekat, sampai Malida menggoyangkan lengan agar dia sadar dari rasa syoknya. “Aduh, kenapa kamu kaget? Aku bukan setan.” Malida malah semakin membuat Cloud heran. Bagaimana bisa istri dari seorang investor super tajir memiliki sifat apa-adanya dan sederhana seperti ini. Cloud pikir istri tuan Annam seperti sosialita pada umumnya, di mana suka memakai barang branded dari ujung rambut sampai kaki. Namun, wanita yang saat ini berdiri di depannya terlihat sangat sederhana. Bahkan saat berlibur di pulau Kilikili Malida tak tampak mengenakan barang bermerek dan pershiasan. “Anda?” “Iya, aku istri investor suamimu. Sudah bersikaplah biasa saja! Bukankah kamu ikut ke sini karena ingin menyelamatkan perusahaan suamimu? Delapan ratus miliar itu bukan uang yang sedikit, sejujurnya aku juga bersalah dalam hal ini. Aku bilang ke
Beberapa waktu yang laluDi tempat Tomi membawanya, Thea terlihat mulai membuka kelopak mata. Kepalanya terasa sangat berat saat dia mencoba mengingat apa yang terjadi. Mata Thea kembali memejam. Dia ingat Tomi datang ke Overnight club dan langsung menyeretnya masuk ke dalam mobil. Gadis itu hendak menyentuh pipinya yang ditampar oleh Tomi, tapi kaget saat sadar kedua tangannya terikat pada kepala ranjang. Thea ketakutan lantas mencoba melepaskan diri dengan menarik sekuat tenaga tali yang menjerat tangannya. Saat masih berusaha, tak disangka Tomi masuk ke kamar sambil memulas seringai licik."Sudah bangun? Aku pikir kamu mati.""Apa yang kamu lakukan? Apa kamu menculikku?" Bentak Thea yang masih terus berusaha melepaskan diri."Menculik? Untuk apa aku menculik pelacur sepertimu? Siapa yang akan menebus wanita sampah? Aku membawamu ke sini untuk menyiksamu."Ucapan Tomi cukup membuat gentar Thea. Gadis itu mengangkat kepala dan mengerutkan kening melihat pria yang pernah dia kerjai
Nic kembali ke ruang pertemuan dan tahu kalau dia sudah berbuat kurang sopan ke tuan Annam. Namun, memastikan keadaan sang istri adalah hal terpenting yang menurutnya harus dilakukan. Dua wanita yang dia temui sedang mengobrol di Lounge pun ikut dan kini berjalan di belakang. Nic masih tak menyangka kalau wanita paruh baya yang dipanggil bunda oleh teman-temannya itu adalah Malida.Pintu ruang pertemuan dibuka oleh Rio yang menunggu di luar. Pria itu kaget saat Nic kembali bersama Cloud yang tampak digandeng oleh seorang wanita dan dikawal. Tanpa diberitahu, Rio sudah bisa menebak wanita itu pasti istri tuan Annam."Apa dia marah?" Tanya Nic. Ia berhenti di dekat Rio lalu berbisik."Tidak, dia masih menunggu Anda di dalam."Nic bisa sedikit bernapas lega. Dia pun masuk saat pintu terbuka lebar. Di dalam tuan Annam terlihat sibuk dengan ponsel di tangan. Pria itu baru mengangkat kepala saat sang istri menyapa dan bertanya—"Sayang, bagaimana? Kamu tidak jadi membatalkan investasi 'kan?
"Kalau kamu tidak mengizinkan aku ikut, lebih baik aku menyusul Aditya ke rumah sakit untuk melihat kondisi Thea."Nic tak menjawab permintaan Cloud. Dia diam memandangi wajah wanita itu kemudian membelai pipi dan membuang napas."Baiklah, jaga diri baik-baik dan kabari aku!" Pinta Nic."Aku yang harusnya bilang begitu, karena kamu akan menemui orang yang seumur hidup membencimu." Cloud terlihat cemas, ada sorot ketidakrelaan yang terpancar jelas di mata.Rio masih duduk di belakang kemudi, memandang pasangan suami istri yang sedang saling mengkhawatirkan di kursi penumpang dari pantulan spion tengah. Rio akhirnya memilih meraih ponsel untuk menulis pesan, memberitahu Nina kalau dia akan mengantar Nic bertemu Doni. Tak lupa Rio juga mengabari tentang apa yang menimpa Thea.Beberapa menit yang lalu Nic meminta Rio menepikan mobil, karena terjadi sedikit perdebatan antara pria itu dan sang istri."Aku pasti akan langsung menemuimu setelah selesai bicara dengan paman Doni." Cloud menga
Meski terlihat baik secara fisik, tapi tak Cloud sangka kalau kondisi Thea ternyata cukup serius. Dokter menyampaikan bahwa operasi tidak akan bisa dilakukan sebelum gadis itu sadar dan kondisinya stabil. Aditya sendiri masih berada di sana, pria itu benar-benar merasa bersalah dengan apa yang menimpa Thea. Setelah dipikirkan lagi, rasanya cukup aneh saat Thea dengan mudah mau membantunya berbohong ke Doni di pertemuan pertama mereka. Namun, Aditya tidak tahu kalau sebenarnya Thea lelah menjadi PSK. Dia melakoni pekerjaan ini karena dirasa lebih mudah dan cepat mendapatkan uang. Belum lagi wajah dan bodinya yang aduhai sangat menunjang, keadaan dan solusi dari orang yang tidak tepat membuat Thea terjerumus ke lembah hitam.Di hari Thea bertemu Aditya, gadis itu merasa bahwa di dunia ini setiap orang pasti memiliki permasalahan hidup masing-masing, untuk itu dia mau membantu. Terlebih hati kecilnya berbisik, dengan tidak tidur bersama Aditya berarti dia mengurangi dosanya hari itu.
Nic melihat tiga mobil berada tak jauh dari bangunan gudang milik perusahaannya yang terbakar. Garis polisi masih terpasang di sana meski penyelidikan sudah selesai dilakukan. Nic hendak keluar dari mobil setelah melarang Rio ikut ke dalam. Namun bantahan sekretarisnya itu membuat Nic sejenak tertahan. “Tapi, Pak!” Rio terlihat pucat, takut sesuatu yang buruk menimpa Nic selagi dia tidak berada di dekat sang atasan. “Anak buah mertuaku sudah berada tepat di belakangmu, jika ada hal di luar kendali maka kamu bisa meminta tolong mereka.” Nic keluar dan berjalan penuh percaya diri menuju pintu masuk gudang — yang saat ini sekelilingnya ditutup oleh seng setinggi kurang lebih empat meter. Dia bahkan sempat bersitatap dengan anak buah Doni yang juga menunggu di luar. Nic memasang muka dingin untuk menunjukkan dirinya sama sekali tidak takut menghadapi sang paman. Gelap. Hanya sinar bulan dan pencahayaan dari bangunan di sekitar gudang saja yang menerangi. Nic melihat Doni berdiri mengh
Cloud menutup pintu kamar perawatan Thea dengan sangat pelan. Ia menuju ranjang di mana gadis itu terbaring masih tak sadarkan diri. Nenek dan adik Thea sejak datang terus setia menemani, terlihat jelas bagaimana mereka bertiga saling menyayangi satu sama lain. Sebelum keluar tadi, Cloud sudah memperkenalkan diri dan menjelaskan apa yang menimpa Thea ke dua wanita itu. Mereka paham dan bahkan nenek Thea sempat bertanya kenapa cucunya dirawat di kamar yang begitu besar dan mewah. “Apa benar semua biaya akan ditanggung Bu Cloud?” “Iya, Nenek tenang saja! Semua biaya perawatan Thea sampai sembuh akan saya tanggung,” jawab Cloud. Ia tersenyum tipis kemudian melihat tas sekolah adik Thea yang ada di kursi dan berkata,“Kamu bilang ada ujian ‘kan besok? Kamu bisa belajar, biarkan aku yang menjaga kakakmu.” Tina — adik Thea mengangguk. Dia berdiri dari kursi di samping ranjang sang kakak lalu pindah ke sofa dan mulai membuka buku Pelajaran yang dibawa. Cloud lantas mengambil tempat di kurs