Tim gemes sama Nic angkat jempol hehehe
Nic tak terpengaruh dengan ucapan Skala padanya. Ia menarik sudut bibir dengan tatapan yang masih tertuju pada Cloud. Nic sedikit tak percaya kalau wanita itu ternyata juga bisa mengacuhkannya seperti ini."Kala sepertinya sudah nyaman di sini, aku percaya banyak orang yang bisa menjaga," ucap Nic. "Aku permisi pergi," imbuhnya.Cloud baru menegakkan kepala lagi setelah mendengar bunyi pintu tertutup. Ia menarik napas berat dan isak tangisnya terdengar jelas di telinga semua orang. Cloud menghapus air mata lalu mencium kening Kala. Mengabaikan perasaan cinta yang dimiliki ternyata cukup menyakitkan bagi dirinya.Di luar kamar tanpa Cloud dan semua orang tahu, Nic ternyata berpapasan dengan Rain. Mereka sama-sama menghentikan langkah dan Rain tersenyum mencibir pria yang masih berstatus adik iparnya ini. "Masih berani menampakkan diri rupanya. Apa kamu perlu aku buat sampai gegar otak agar jera?" sinis Rain."Aku mengantar Kala, dia ingin bertemu dengan mamanya."Rain tersenyum miring
Nic merasa hidupnya baik-baik saja meski sudah beberapa hari tak melihat Cloud. Ini karena dia disibukkan dengan pekerjaannya di perusahaan. Setiap pulang dia sudah lelah dan memilih tidur. Paginya dia sudah harus bekerja lagi, dan rutinitas ini berulang sampai lebih dari satu minggu. “Terima kasih Pak Nic, saya harap sepuluh tahun ke depan kita bisa menjalin kerjasama dengan baik.” Nic menerima uluran tangan pria paruh baya yang memiliki jabatan yang sama dengannya. Ia memulas senyum, karena kesepakatan bernilai puluhan miliar berhasil dia dapatkan lagi. Namun, tercapainya kesepakatan ini membuatnya kembali memikirkan tentang Cloud dan Kala. Nic yang baru saja meninggalkan sebuah hotel bintang lima, tampak berjalan diikuti Rio di belakang. “Aku sudah tidak ada pertemuan lagi ‘kan?” Tanya Nic tanpa memalingkan badan. “Tidak Pak, satu minggu ini Anda sudah sangat bekerja keras,” jawab Rio. “Kamu juga.” Nic menatap ke depan dan merasa sudah saatnya mengabari Skala, bahwa dirinya su
“Cloud, sadar! Kamu itu mencintai pria yang salah.” Bianca yang biasanya meledak-ledak seketika sangat sabar menghadapi putrinya yang masih saja melindungi Nic. “Cloud, seorang anak akan bahagia jika ibunya juga bahagia. Jika kamu memang mencemaskan Kala, berhenti memikirkan Nic.” Cloud diam tak menjawab. Ia membuang napas kasar merasa memang tidak perlu lagi memikirkan Nic. Lagipula pria itu masih memiliki Amara. Meskipun, pada kenyataannya Nic tak sudi lagi bertemu dengan wanita itu, setelah membantu menghilangkan barang bukti yang membuat Cloud terluka. Rain dan Skala pun pergi ke firma hukum Hita untuk bertemu dengan Nic. Mereka langsung meminta Hita membacakan tuntutan atas hak asuh Kala, juga surat pernyataan yang sudah Nic tandatangani saat pria itu baru saja mendaratkan pantat ke kursi. Nic mendengarkan apa yang Hita bacakan, sampai dua menit kemudian dia menyela. “Sebelum lebih jauh membaca dan hanya membuat Anda lelah, saya punya sesuatu untuk Anda lihat,”ucap Nic ke Hi
“Mama, apa papa masih sibuk sampai tidak pernah datang menjemputku?” Kala yang sore itu pulang bersama Cloud mengungkapkan apa yang dirasakannya seminggu ini. Anak itu menunggu jawaban sang mama dengan wajah polos tanpa dosa, hingga Cloud tak kuasa dan mencubit kecil pipi Kala. Cloud sebenarnya sudah membaca pesan yang dikirimkan Nic kepadanya, tapi dia sengaja mengabaikan karena rasa kesal yang bersarang di hati. “Sepertinya masih, coba nanti Mama tanya ya.” Cloud memulas senyum seolah tak terjadi apa-apa. Ia pun mengajak Kala masuk ke mobil. Mereka duduk di kursi penumpang, sedangkan Pak Hayu —sopir pribadi Bianca, kini menjadi sopirnya karena Skala belum menemukan sopir yang cocok. Pria paruh baya itu dipercaya, karena sudah lebih dari lima belas tahun bekerja untuknya. “Mama, itu mobil Om Arkan.” Belum juga pagar rumah dibuka lebar oleh satpam saat pak Hayu sampai, tapi Kala sudah menunjuk ke halaman tepat di depan teras. Cloud pun melihat ke arah yang putranya maksud, lalu me
"Ibu Cloudia bilang meski tidak pernah bertemu, tapi dia sangat menyayangi mertuanya."Nic tertegun mengingat jawaban dari pengurus panti yang baru saja dia temui. Nic merasa segala hal tentang Cloud selalu saja positif dan penuh kebaikan. Berbeda dengannya yang dipenuhi nafsu balas dendam dan kebencian."Benarkah dia melakukan itu karena rasa sayang ke mama?" Nic menarik sudut bibir. "Dia bahkan belum pernah bertemu dengan mama, tapi bisa berkata sayang, Pembohong sekali," imbuhnya.Namun, lain di mulut lain di hati. Ada rasa bersalah yang Nic rasakan saat memikirkan kebaikan hati Cloud. Ia merasa selama ini telah keliru, karena malah mabuk-mabukan di hari ulangtahun sang mama.Nic memutuskan kembali ke kantor. Ia lebih memilih menghabiskan waktu duduk di kursi empuknya dari pada harus pulang ke rumah — yang hanya membuatnya memikirkan Cloud dan Kala. Nic sebenarnya juga sedang menunggu keputusan dari Cloud, di curiga apa mungkin Skala dan Rain belum mengatakan hasil pertemuan mereka
“Kala, Kala sedang apa?” Cloud membuka pintu kamar sang putra yang ada di rumah orangtuanya. Anak itu tampak sedang tengkurap di atas ranjang dengan sebuah kertas gambar dan pensil warna di tangan. “Aku sedang menggambar,” jawab Kala. Ia tak menoleh karena terlalu asyik menggoreskan pensil berwarna-warni itu ke kertas. Cloud pun masuk dan duduk di samping putranya. Setelah melalui satu sesi konsultasi dengan psikolog dua hari yang lalu, sekarang Cloud tahu apa yang harus dilakukan untuk menjaga kesehatan mental Kala. Ia diminta fokus untuk menjauhkan Kala dari hal-hal yang membuat anak itu merasa sedih. Selama ini Cloud salah, dia pikir dengan terus bersama Nic akan membuat Kala bahagia. Nyatanya, anak itu tahu apa yang sebenarnya terjadi diantara mereka, lalu memendamnya di dalam hati dan membuat trauma. “Kala, boleh tidak Mama bicara?” Cloud mengusap rambut Kala penuh kasih sayang. Sesuai dengan saran psikolog yang dia temui, dia ingin memberitahu kebenaran tentang apa yang terj
Hati Cloud rasanya sudah mati untuk seorang pria bernama Niklas Danuarta. Cinta yang bertepuk sebelah tangan, perselingkuhan yang menyebabkan wanitanya hamil meski itu hanya sebuah kebohongan, membuatnya memutuskan untuk menghindar dari Nic, meskipun mereka masih berstatus suami istri. Cloud memilih untuk menyelesaikan kontrak pernikahan yang dia buat bersama Nic dari pada mengacaukan perusahaan yang dibangun dan dipertahankan dengan keringat dan darah papa juga kakaknya. Lagi pula dia tak bisa berkutik saat Skala menyodorkan copy-an surat perjanjian yang dibuatnya dengan sadar. Cloud hanya bisa meminta maaf ke papanya dan berjanji tidak akan mengulangi kebodohan seperti itu di masa depan. "Mengulangi kebodohan? Papa juga tidak akan tinggal diam saat kamu mencari suami lagi nanti, Papa tidak mau kecolongan mendapat mantu. Pria yang ingin mendekatimu harus lolos dari ujian yang Papa berikan!”Ucapan tegas Skala itu cukup membuat Cloud takut, meski begitu sepertinya dia juga akan be
“Nina, apa kamu sudah di sana?” Tanya Cloud ke manager putranya. Ia memilih pergi ke sebuah kafe. Cloud bingung karena tidak ingin lagi menunggu dengan menginjakkan kaki di rumah Nic. “Sudah, Kak. Kakak tenang saja! Apa kakak ingin aku mengirim foto Kala, dia sedang syuting dan terlihat ceria.” Cloud menelan ludah, dia tatap ice latte miliknya yang tinggal setengah. “Tidak perlu, aku percaya padamu, tapi apa wanita itu terlihat di studio?” Nina memandang ke sekitar lalu sedikit menjauh. Ia tahu wanita yang dimaksud Cloud pasti Amara. Gadis itu mencari-cari sampai tak sadar Nic sedang melirik ke arahnya. “Tidak, Kak. Tenang saja aku akan terus memantau, aku akan mengabari kakak kalau papanya Kala bertemu dengan wanita ular itu,”ucap Nina. Cloud tersentak kaget, padahal bukan itu maksud dari pertanyaannya. Ia hanya takut jika sampai Kala bertemu dengan Amara yang malah akan membuat anak itu trauma. “Tidak perlu, itu sudah tidak penting lagi buatku, tolong tetap pastikan bagaimana K