"Data berapa mobil yang tidak bisa diselamatkan, dan tidak perlu sampaikan ke publik kerugian yang kita alami."Nic tampak pasrah, dia tak habis pikir bagaimana bisa gudang miliknya yang sudah memiliki sistem keamanan yang mumpuni bisa terbakar dengan mudah. Setelah mendapat kabar tentang musibah itu, Nic langsung memutuskan menelepon Nina untuk menjemput Kala. Ia tidak mungkin membiarkan putranya melihat dia terpuruk dan pasti akan terabaikan karena dia sibuk mengurus ini itu.Setelah melihat kondisi gudang perusahaannya, kini Nic berada di ruang kerja. Ia sengaja hanya menghidupkan lampu meja dan duduk diam tanpa melakukan apa-apa. Nic juga memilih mematikan ponsel, dia terlalu malas mendapat panggilan dari orang-orang — yang sudah pasti akan memberinya pertanyaan sama. Nic merasa terpukul. Ia sampai membenturkan kening ke meja, masih mencoba memungkiri apa yang baru saja terjadi.Di sisi lain, Cloud tak bisa tidur. Wanita itu tampak berdiri di balkon sambil melamun, dia dibuat kaget
"Ada banyak wartawan di luar, kami bingung nyah. Tuan tidak mengangkat panggilan."Cloud tahu semua pembantu pasti panik, karena belum pernah mengalami hal seperti ini. Ia mencoba menenangkan dengan mengatakan Nic pasti baik-baik saja. "Mbok tenang saja! Beri tahu yang lain, tidak usah keluar dan tidak perlu menjawab pertanyaan tentang kejadian yang menimpa Nic, kita tunggu saja dia memberi keterangan sendiri."Mbok Cicih pun merasa tenang setelah mendengar jawaban dari sang nyonya. Cloud pun memilih menutup panggilan itu dan membuat diam nada deringnya. Sekuat tenaga dia tidak ingin memikirkan bagaimana kondisi Nic sekarang. Cloud yakin pria itu pasti saat ini berada di apartemen bersama Amara.Berita tentang ludesnya gudang berisi ratusan mobil itu masih saja menjadi topik utama. Pagi buta Cloud diam-diam menyalakan televisi ruang tengah hanya untuk melihat kemajuan berita itu. Ia tidak bisa tidur nyenyak semalaman dan akhirnya turun ke bawah untuk menonton televisi sambil rebahan d
Mbok Cicih nampak prihatin melihat kondisi Nic. Menurutnya ini jauh lebih buruk dari kondisi tuannya saat pulang sehabis mabuk-mabukan. Sama seperti saat diserbu wartawan di depan perusahaan. Nic juga harus dibuat kepayahan masuk ke dalam rumahnya sendiri tadi. Pria itu memandang datar mbok Cicih yang menatapnya iba. “Tuan mau saya buatkan sarapan?” “Apa yang akan Mbok buat agar aku berselera? Aku benar-benar tidak punya nafsu makan,”jawab Nic. “Saya akan membuat sesuatu, Tuan bisa istirahat di kamar nanti saya antar.” Mbok Cicih dalam hati ragu, mungkinkah Nic akan menerima tawarannya itu. Namun, tak disangka sang tuan menganggukkan kepala, Nic bahkan mengucapkan terima kasih, dan bukannya bergegas ke dapur, mbok Cicih malah memandangi Nic yang seperti tak memiliki tenaga menaiki anak tangga. Wanita paruh baya itu ternyata ingin memastikan Nic sampai di atas lebih dulu, sebelum memutar tumit menuju dapur. “Tuan mau sarapan apa Mbok?” Atik yang mendengar perbincangan antara mbok
Nic berpura-pura tidak tahu dengan apa yang terjadi. Ia berniat mengikuti alur yang dilakukan oleh Doni. Pamannya itu mendekat, menepuk bahunya seolah prihatin dan memberikan semangat. Bahkan, meski dia tak menjawab pertanyaan apakah mengenal Aditya, Doni masih bersikap biasa saja.Nic tak banyak bicara, jika Aditya tak bercerita tentang perlakuan brutalnya ke Doni. Mungkinkah pria itu ada di pihaknya?Namun, jika Aditya sudah menceritakan semuanya, bukankah itu berarti Doni sedang melakukan drama lagi.Dengan sopan Nic meminta pamannya duduk, dan Doni pun tampak mengedarkan pandangan. Setelah sang adik meninggal, ini kali pertama pria itu menginjakkan kaki lagi di rumah Nic.“Apa kamu butuh bantuan? Aku bisa meminjamkanmu modal jika memang uang perusahaan tidak bisa menutupi kerugian,” ucap Doni bersimpati.Ingin rasanya Nic langsung memaki dan menghajar pria kejam yang sok menjelma menjadi malaikat ini. Bukankah apa yang terjadi padanya selama lima tahun didalangi oleh Doni? Nic beg
Saat jam pulang sekolah Nala dan Kala keluar bersamaan. Nala tampak melirik Kala yang dijemput Nina, sedangkan dia menunggu mamanya datang. Nala pun gemetar. Ia yang tidak pernah berbohong ke orang, rela berbohong demi mendapatkan maaf dari Kala. Entah apa yang dipikirkan bocah itu, dia mendekat ke Nina dan menarik ujung baju menager Kala itu."Kala kemarin nakal, dia memukulku dan mama papaku marah, mama papaku ingin bertemu mama papa Kala," ucap Nala."Apa?" Nina kaget dan mencoba meminta Nala mengulangi ucapannya.Namun, Kala yang sudah berada di dalam mobil ebih dulu membuka jendela dan meminta Nina tidak usah mendengarkan Nala."Onty ayo cepat! Biarkan saja dia," ucap Kala.Nala pun merasa sudah selesai dengan tugasnya, anak itu berlari ke arah lobi sekolah lagi menunggu jemputan sang mama."Kala, kamu apakan temanmu? Sampai orangtuanya ingin bertemu papa dan mamamu?" Tanya Nina keheranan.Kala pun membuang muka seolah kesal, padahal semua ini adalah rencananya."Tidak usah bila
Cloud akhirnya mengalah dan membawa Kala ke rumah Nic. Saat hampir sampai wanita itu tampak memperlambat laju mobilnya. Cloud melihat sudah tidak ada wartawan yang berkerumun di depan rumah seperti apa yang mbok Cicih katakan kemarin.Cloud malah diam seperti melamun, sampai Kala memanggil namanya dan mengingatkan untuk segera masuk, karena penjaga rumah sudah membuka gerbang dengan lebar.Cloud memulas senyum tipis. Entah kenapa dia merasa grogi saat melihat Nic sudah berdiri menunggu di teras.Kala turun dan langsung berlari dan memeluk sang papa. Anak itu seperti tahu, bahwa papanya sedang mengalami masalah pelik dan terlihat bersimpati.Sementara itu, Cloud melangkah pelan seolah malas mendekat ke rumah yang pernah dia tinggali. Ia lagi-lagi harus memulas senyuman palsu saat Kala menoleh."Malam ini, aku mau bobok sama Mama dan papa," ucap Kala. Anak itu lantas mengalihkan tatapan dari Nic ke Cloud. Nic mengangguk tanpa bertanya, dia pun mengajak sang istri masuk sambil masih men
Cloud jelas tak menyangka Nic akan bicara seperti ini. Ia bergegas menepis rasa terkejut yang menyergap, lalu membalas ketus ucapan pria itu. "Omonganmu tidak akan pernah aku percaya, meskipun benar tetap saja tidak akan mengubah apa yang sudah terjadi." Nic diam karena sadar saat ini Cloud pasti sangat membencinya. Namun, istrinya itu juga harus tahu bahwa dia juga merasa kehilangan calon anak kedua mereka. "Aku belum mengatakan ini, tapi aku sedih karena kamu keguguran," ucap Nic. "Sedih? Pria sepertimu bisa sedih juga?" Sarkas Cloud. "Aku yakin kamu bahagia melihatku terkapar tak berdaya. Seperti saat kamu dengan sengaja membuatku celaka. Kenapa tidak kamu biarkan saja aku mati tenggelam?" Nic sejenak memejamkan mata mendengar amarah Cloud. Ia tak bisa mengelak untuk yang satu itu, karena memang perbuatannya dilakukan secara sadar dan terencana. "Sama seperti kejadian itu, kamu juga bisa membunuhku saat ini. Terjunkan saja mobil ini ke laut, kamu bisa melompat keluar sebelum t
"Terserah apa yang ingin Anda katakan, tapi mungkin yang suami-suami takut istri itu adalah suami Anda sendiri."Nic membalas ibu Nala dengan ketus. Ia menegaskan kembali bahwa dirinya tidak punya waktu pagi itu, kemudian menggandeng Kala masuk. Sedangkan Ayuda sendiri merasa tidak terima dengan sikap Nic. Wanita itu tersenyum sinis lalu mengantar Nala sampai ke dalam. Tak hanya itu, dia juga menceritakan ke Miss Elly apa yang terjadi ke putrinya."Nala dengar! Tidak usah dekat-dekat dengan teman yang memiliki sifat buruk," ucap Ayuda ke Nala. Ia bahkan mengucapkan kalimat itu di depan miss Elly tanpa ragu dan sungkan.Nic sendiri bergegas pergi dari sekolah Kala menuju perusahaan untuk rapat. Ia tergesa-gesa dan berencana mengabari Cloud nanti, lagi pula dia yakin wanita itu pasti juga sibuk di pagi hari.Saat sampai di kantor, Nic merasa suasana sedikit mencekam. Ia tahu semua pemegang saham pasti takut mengalami kerugian akibat bencana yang baru saja terjadi.Namun, tentu saja dia