Cloud yang sadar buru-buru menyambar tisu dan membersihkan bibirnya sendiri. Ia terlihat seolah enggan disentuh oleh Nic. Hal ini membuat Kala merasa gagal dengan rencananya.“Ternyata adegan di sinetron itu tak berguna,”gumam Kala di dalam hati. Ia mencoba kembali mencari ide, tapi sayangnya buntu.Akhirnya setelah beberapa menit mereka pun selesai makan. Saat hendak pulang, Cloud mempersilahkan beberapa orang yang ingin berfoto bersama Kala. Ia sesekali tersenyum sambil merapikan baju Kala, sedangkan Nic sendiri tetap memasang muka datar nan dingin. Pria itu masih saja tidak suka dengan apa yang dilakoni sang anak.Seperti apa yang diucapkan Nic sebelum pergi, dia membawa mobil Cloud kembali ke sekolah sang putra. Nic mematikan mesin dan menoleh ke bangku belakang sebelum turun setelah sampai.“Dia tidur.”“Hem … biarkan saja,” jawab Cloud. Ia membuka pintu agar bisa bergegas pindah ke belakang kemudi.Sikap Cloud yang masih sedingin es membuat Nic merasa serba salah. Ia tak menyang
[ Datang saja ke kantorku seperti biasa, jangan sampai dia curiga! ]Nic menatap bukti yang dimaksud oleh Aditya di tangannya, sambil mengingat balasan pesan yang dia kirim ke pria itu dua hari yang lalu. Ia meletakkan bukti itu ke meja lantas berdiri.“Aku akan menghubungimu lagi nanti, aku sedikit sibuk.”Pagi itu, Nic memakai setelan baru yang sangat rapi. Bahkan aroma parfum mahal nan exclusive menguar memanjakan hidung orang yang berada di dekatnya.“Apa Anda ada acara?” Tanya Aditya.“Aku harus ke sekolah putraku.”Aditya mengangguk, dia memutar badan saat Nic berjalan keluar. Di dalam hati pria itu terheran, kenapa untuk datang ke sekolah anaknya saja Nic harus memakai baju berharga ratusan juta yang hanya ada lima puluh setel di seluruh dunia.Nic berhenti di depan meja kerja Rio. Sekretarisnya itu berdiri dan memberikan sebuah amplop padanya. Nic membuka dan melihat sebuah kartu berwarna biru tua di dalamnya. Tanpa mengucapkan terima kasih, dia memasukkan amplop itu ke kanto
Cloud dan para wanita penerima penghargaan itu pun turun. Ia berjalan ke kursinya kembali sambil harap-harap cemas apa yang harus dilakukannya karena Nic ada di sana juga. Pria itu masih mematung, sedangkan Jiwa sudah menghampiri Ayuda untuk mengucapkan selamat sampai lupa mohon diri ke Nic yang datang bersamanya.Cloud disambut oleh orangtuanya yang langsung berdiri dan memeluk. Ia memulas senyum bahagia, hingga matanya kembali bersirobok dengan Nic. Cloud pun mengurai pelukan Bianca dan berucap lirih—“Papanya Kala datang.”“Apa?” Bianca kaget. Wajahnya seketika heran dan berubah masam. Ia menoleh ke belakang dan mendapati Nic berdiri menatap ke arah mereka.“Untuk apa dia ke sini? Apa dia diundang?” Gerutu Bianca.Namun, Cloud masih memiliki hati. Ia ingin menghampiri Nic agar pria itu tidak dipandang aneh oleh orang-orang yang hadir, tapi Bianca lebih dulu mencekal pergelangan tangannya.“Mau apa? Sudah! Jangan dekat-dekat sama serigala berbulu domba!”Cloud menelan ludah, dia ben
“Baiklah, karena kamu sudah bicara seperti itu di depan Nic, Papa akan mencoba percaya.”Skala berdiri dari kursinya, dia mengedikkan alis mata memandang Cloud kemudian pergi dari sana. Cloud sendiri tidak bisa mengabaikan Nic begitu saja, banyak mata yang melihat. Ia tidak ingin ada gosip di luar sana tentangnya dan Nic yang malah berimbas ke Kala.“Apa kamu mau ikut jamuan makan malam?” Tanya Cloud. “Seharusnya setelanmu itu kamu pakai nanti malam, bukan sekarang,”sindirnya.Nic hanya diam, dia pun bangkit dan berdiri tepat di depan sang istri. “Aku masih punya banyak setelan seperti ini,”jawabnya dengan jemawa.“Ya sudah, sekarang kamu bisa pulang dan malam nanti jemput aku dan Kala di rumah papa.”Cloud hanpir memutar tumit, tapi Nic lebih dulu mengucapkan selamat padanya.“Cloud, selamat!”“Apa?”“Selamat atas penghargaan yang kamu terima,” ulang Nic.“Hem … terima kasih!” Cloud membalas tanpa menunjukkan rasa senang. “Kamu bisa masuk dulu jika ingin berbincang dengan kenalanmu …
Nic pun pasrah saat Kala menarik tangannya. Namun, langkah pria itu terhenti saat melihat Cloud sudah mendekat dan berhenti di ambang pintu. Baik Nic dan Kala pun tertegun. Mereka sama-sama mengagumi keanggunan juga kecantikan Cloud yang tampak mengenakan gaun berwarna putih dengan lengan panjang.Nic menelan ludah. Meski dada dan birahinya terpacu melihat kemolekan tubuh sang istri, tapi dia bersyukur Cloud tidak mengenakan gaun belahan tinggi seperti saat pesta pernikahan mereka lima tahun yang lalu. Pasti banyak tamu pria di sana, Nic tidak ingin sampai mata mereka jelalatan melihat kecantikan istrinya.“Mama cantik banget,” puji Kala. “Iya ‘kan, Pa?” Bocah itu menoleh Nic, menuntut persetujuan dari ucapannya barusan.“Hem … mama sangat cantik,” jawab Nic.Cloud menarik sudut bibir, dia menyadari tatapan Nic yang terpukau dengan penampilannya malam itu. Ia tak peduli, di dalam hati Cloud memang sengaja ingin membuat Nic menyesal sudah mencampakannya lima tahun ini.“Kita berangkat!
Cloud memejamkan mata, dia meneyesal sudah berkata seperti itu di depan Kala. Cloud menyandarkan punggung dengan kasar lalu membuang muka. Ia benar-benar emosi. Cloud benci kenapa Nic berubah di waktu yang tidak tepat, kenapa tidak jauh sebelum kontrak pernikahan mereka akan berakhir seperti ini. “Aku akan mengantar kalian pulang ke rumah Papa,” ucap Nic. Ia menoleh Kala dan menasihati. “Kala, tidak baik bicara begitu. Malam ini pulang ke rumah Mabibi dan Opa, izin dulu jika boleh baru menginap.” “Apa Mama dan Papa memang sudah bercerai? Apa kalian memang berpisah?” Pertanyaan Kala membuat Cloud memijat pelipis. Hatinya benar-benar hancur, kenapa harus malam ini. Cloud masih benar-benar belum siap. Kala menangis terisak dan Cloud memilih untuk membiarkannya. “Kala, ada hal yang belum bisa Papa dan mama jelaskan untuk saat ini.” Nic mencoba tetap tenang di tengah Cloud yang sudah frustasi. “Lalu jelaskan ke aku, kenapa mama dan papa tidak tinggal satu rumah? Bukannya keluarga harus
“Kala mau sosis?”Skala dan Bianca saling lirik. Semalam Bianca bercerita ke Skala tentang cucunya yang marah. Namun, pagi itu Kala sepertinya sudah baik-baik saja. Anak itu mengangguk saat Cloud menawari sosis untuk sarapan.Cloud meletakkan sepotong sosis ke piring Kala, dia mengusap belakang kepala anak itu sebelum meminta Kala menghabiskan makanan di piringnya.Cloud sendiri bersikap biasa, dia hampir memasukkan makanan ke dalam mulut, saat menyadari tatapan dua orang yang ada di seberang kursinya. Skala dan Bianca pun merasa canggung lalu membuang pandangan.“Salim dulu sama Mabibi dan Opa!” Pinta Cloud seperti biasa sebelum Kala berangkat sekolah.Anak itu menurut dan mendekat, bahkan mengucapkan kalimat pamit seperti biasa. Bianca malah merasa bersalah, dia menahan Cloud sebentar saat putrinya itu akan keluar rumah.“Kenapa Ma?”“Apa Kala baik-baik saja?”Cloud memandang Kala yang berdiri di teras, dia membuka kunci jarak jauh dan Kala pun mendekat masuk setelah melihat lampu m
Cloud akhirnya menghubungi Nina, meminta bantuan gadis itu untuk menjemput Kala saat pulang sekolah nanti, sedangkan dia ingin melihat kondisi Nic. Cloud sendiri tidak bisa langsung pergi ke rumah pria itu karena masih memiliki jadwal rapat bersama bagian pemasaran.Meskipun berniat datang, tapi Cloud berharap setelah rapat Nic sudah baikan, sehingga dia tidak perlu datang menjenguk. Namun, harapannya pupus saat dia menghubungi mbok Cicih. Pembantunya itu berkata bahwa Nic tetap tidak mau keluar dari kamar Kala, bahkan menolak bertemu dengan Rio yang datang.“Lalu apa Rio sudah pergi? Apa tidak bisa dia memanggilkan dokter untuk atasannya?”Cloud sedikit menggerutu, dia membuang napas kasar dari mulut sambil masuk ke dalam lift untuk turun menuju lobi mengambil mobil.“Tuan meminta mas Rio untuk kembali ke kantor memeriksa pekerjaan. Tuan bilang jika kondisinya sudah membaik dia akan bekerja nanti malam.”“Bagaimana dia bekerja kalau dia tidak mau makan dan minum obat?” Nada bicara Cl