Pagi-pagi seperti biasa, Ayesha menyiapkan segala sesuatunya sebelum Adam terbangun. Pumping ASI. Menyiapkan keperluan Adam selama di Daycare, juga menyiapkan sarapannya sendiri. Dia harus menjaga pola makannya agar Adam mendapatkan ASI yang berkualitas.Teringat tentang pria itu lagi, sebenarnya terasa enggan sekali berangkat ke kantor. Tapi tidak mungkin dia resign saat banyak kebutuhan dalam hidupnya. Apalagi belum tentu langsung dapat pekerjaan di tempat lain.Ayesha lagi-lagi harus mengenyahkan egonya demi kebaikannya dan Adam.Suara klakson mobil terdengar. Ayesha yangg sudah rapi segera mengambil Adam yang juga sudah ganteng dan wangi itu untuk digendongnya.Saat dia harus merapikan penampilannya di depan cermin, bayi lucu itu terlonjak senang dan terkekeh melihat pantulan bayangannya sendiri di cermin.“Astaga, Nak. Ketawanya renyah sekali!” Ayesha jadi tertular bahagia melihat anaknya yang sudah ceria lagi itu.“tatatatata...” ocehnya kemudian terlonjak lagi dan tertawa lepas
Kantor mereka sudah pindah ke gedung baru yang lebih bagus. Ada banyak wajah-wajah baru, sepertinya pegawai lama dari Kota Pusat yang di mutasi ke Kota Surajaya.Ayesha baru ingat, ada peraturan di kantor agar memakai masker. Lalu dia mengambil masker di tasnya dan menggenakannya. Dia jadi ingat, tadinya dia ingin menyamarkan diri dengan memakai masker agar tidak diketahui Hilbram. Ternyata pria itu sudah lebih dulu tahu tentang dirinya yang bekerja di kantor ini.Ayesha jadi berpikir lagi, bagaimana harus bersikap tentang hubungannya ini. Ada banyak hal yang mengganggu pikirannya. Mungkin ajakan Hilbram untuk berbicara harus dia terima. Mereka harus bicara agar tidak lagi ada kesalahpahaman diantara keduanya. Kalau memang berakhir, maka harus diakhiri dengan baik. Bukankah itu yang diinginkannya sejak awal?“Bagaimana anakmu? Sudah lebih baik?” tanya Nola yang tahu anak Ayesha baru keluar dari rumah sakit. Dia juga yang memintakan Ayesha izin tidak masuk kerja kemarin.“Oh, sudah,
Karena tidak sedang membawa Adam, Ayesha memutuskan pulang dengan menaiki kendaraan umum.Dia tidak menunggu Miko karena kantor mulai memberlakukan pulang lebih cepat di masa pembatasan kegiatan masyarakat ini.Miko pasti masih sibuk antar barang. Pekerjaannya memang mengantar paket, sambil menumpangi orang yang searah dan memberinya tips seikhlasnya. Pria muda itu memang pekerja keras, jadi penasaran dengan istri dan tiga anaknya.Pria semuda itu sudah punya tiga anak. Katakanlah dia seumurannya, 26 tahun. Jika menikah muda usia 20 tahunan, artinya setiap anak mereka baru berumur satu tahun istrinya sudah hamil lagi. Ayesha hanya menggelengkan kepala melihat orang dengan pemikiran senekat itu memutuskan membina rumah tangga lebih awal.Tapi, benar tidak sih tentang Miko ini? Ayesha tiba-tiba meragukan sesuatu. Apalagi ada hal janggal dari pekerjaannya itu. Antar paket tapi seketika Ayesha menelponnya dia pasti langsung datang. ‘Sudahlah Ayesha, jangan mengurusi urusan orang! Urus
Ayesha resah sejak tadi mencoba memejamkan kedua matanya tapi tidak juga bisa terlelep. Padahal biasanya dia sudah terlelap jam begini. Dia bangkit dari tidurnya dan duduk termenung di atas ranjang. Entah apa yag dipikirkannya. Hanya untuk mengusir kejemuan, dia iseng membuka ponselnya. Memeriksa barangkali ada pesan yang belum terbaca atau sekedar melihat status teman-temannya. Tiba-tiba pesan dari Hilbram masuk ke ponselnya. [Kenapa masih online jam segini?] Pesan itu terbaca di netra Ayesha yang tidak sengaja menekan layar tepat di nomor yang bahkan belum diberinya nama itu. Ayesha tadinya enggan membalas. Tapi statusnya sudah centang biru. Mulai ada rasa tidak enak jika mengabaikannya. Apalagi mereka ada janji besok siang untuk belanja keperluan Adam. “Balas tidak ya?” gumamnya sendiri berperang dalam keraguan. Sepertinya berat untuk mengubah sikapnya dengan beramah tamah membalas pesan yang tidak penting itu. Ayesha tidak mau akhirnya menjadi nyaman dengan obrolan ini.
Semua orang sepertinya bekerja dengan sangat terburu-buru. Ayesha menyapa Nola yang juga baru datang kemudian sedikit bertanya padanya.“Ada meeting penting dengan perwakilan perusahaan dari jepang dan korea di Indonesia. Tadinya ‘kan meetingnya siang, tapi karena suatu hal diubah menjadi pagi hari. Makanya bagian penyelenggara keteteran!”Ayesha melihat beberapa karyawan sampai berlari-lari demi mempercepat persiapan yang seharusnya dipakai siang tapi diajukan pagi ini.Undangan ini mungkin sekalian mengenalkan kantor baru perusahaan Al Faruq di Kota Surajaya, kepada para pimpinan perusahaan yang memiliki ikatan kerja sama dengan perusahaan Alfaruq.Ayesha jadi ingat, kemarin Hilbram mengcancel sebuah meeting hanya karena ingin mengantarnya membeli keperluan Adam. Apa mungkin meeting yang ini?Kalau benar begitu, dia berlebihan sekali. Membeli keperluan Adam bisa lain waktu, tidak perlu juga sampai harus mengubah jadwal meeting hingga membuat banyak orang keteteran seperti ini. Para
“Sha, letakan Adam di strollernya. Kita harus bicara!” ucap Hilbram melihat Ayesha masih menggendong Adam yang sudah tertidur itu.Mereka baru selesai berbelanja dan saat ini sedang memesan makanan di sebuah kafe. Hilbram yang suka privasi meminta satu ruangan untuknya disterilkan dari pengunjung. Ayesha sudah paham dengan hal itu.Beberapa saat kemudian, Ayesha melihat Hilbram mulai terihat serius. Sepertinya ingin membicarakan sesuatu yang penting. Bukankah semalam mereka memang berbalas pesan dan pria ini ingin menjelaskan semuanya?“Bagaimana?” tanya Hilbram saat Ayesha sudah menaruh Adam di strollernya.“Apa?” Ayesha tidak paham pertanyaan Hilbram.Hilbram menghela napas dan memperbaiki posisi duduknya. Melihat Ayesha sepertinya belum sepenuhnya bisa menerima kehadirannya kembali. Dia inginnya malam ini mengakhiri jarak diantara mereka. Ayesha adalah istrinya dan tidak boleh jauh darinya lagi.“Kau sudah tahu ‘kan kalau kita masih terikat pernikahan? Seharusnya kita tidak tingg
Hilbram baru bersiap ke kantor ketika pesan dari Miko dibacanya. Ayesha mengatakan tidak ke kantor pagi ini. Hilbram menanyakan apakah Ayesha atau Adam sakit? Dan Miko menyampaikan bahwa anak dan istrinya itu baik-baik saja.Ada apa?Apa dia marah padanya?Hilbram berpikir apa kira-kira yang membuatnya marah. Perkataannya yang mana yang membuatnya tersinggung sampai marah?Mungkin nanti, selepas menyelesaikan pekerjaannya, Hilbram akan menemuinya.❤️❤️❤️“Jadi di sekolah ada kebijakan menjadwal siswa yang masuk. Hari ini kebetulan kelasku libur!” Hanin menggendong Adam dan menimang-nimangnya. Kangen sekali dengan bayi gemoy itu.“Padahal kota kita termasuk salah satu kota yang belum ada kasus Covid. Tapi Pemprov sudah menerapkan kebijakan seperti itu. Berlebihan enggak sih?” Hanin seolah tidak setuju dengan kebijakan meliburkan sekolah. Padahal sejak dulu di kota ini protokoler kesehatan sudah diterapkan dengan baik. Anak-anak yang diliburkan tidak semuanya mau belajar di rumah. Kese
Selesai membersihkan dirinya Ayesha keluar kamar mandi sambil menggosok rambutnya yang basah dengan handuk. Tidak ada pengering rambut di rumahnya.Masuk ke dalam kamar yang sedikit berantakan karena mainan Adam, Ayesha akhirnya membersihkan kamarnya dulu. Mumpung Adam masih anteng dengan Hanin.Melihat mainan-mainan yang memenuhi kamarnya, Ayesha merasa pria itu berlebihan sekali dengan membelikan mainan sebanyak ini pada anak sekecil itu. Mungkin karena sambil menggerutu, kakinya menginjak mainan kerincingan Adam hingga terpeleset.“Auhhh!” teriak Ayesha sedikit keras saat terjatuh. “Kenapa, Sha?”Mendengar suara yang tidak asing itu Ayesha terkejut, bagaimana dia ada di sini?“Jangan sentuh aku!” Ayesha menolak tangan Hilbram yang hendak membantunya, apalagi Ayesha hanya menggunakan daster rumahan pendek dan rambut masih basah. Ayesha yang terbiasa berhijab merasa malu harus dilihat seorang pria dalam kondisi demikian.Baru ketika merasakan nyeri di tangannya yang hebat, Aye