"Tidak, aku tidak boleh melakukan ini. Masih banyak hal yang bisa aku lakukan dari sekedar bunuh diri!"
Klenting!Celine membuang pisau itu dengan penuh ketakutan di atas lantai. Saat itu juga pikirannya tersadar kalau mengakhiri hidupnya bukanlah penyelesaian masalah, bukankah tujuan semula iyalah untuk membawa Zack ke jalan yang benar, itu artinya dia harus menyadarkan suaminya itu dari pengaruh wanita jalang itu.Dengan telat yang kuat, Celine kembali keluar kamar dan menghampiri Zack dan Greta yang masih duduk d luar rumah.Melihat menantunya yang berjalan begitu tegas membuat Veronica penasaran, dia pun mengikuti di belakang Celine berjalan."Baby, apa kau baik-baik saja?" Zack seketika bangun dari duduknya."Aku menyetujui kau untuk menikah dengannya."Degh!Semua sontak tertegun dengan ucapannya, kecuali Greta yang tampak girang setelah melihat Celine menyerah."Celine, apa yang kau katakan? KenDekorasi pernikahan bernuansa putih dengan bunga warna warni menghiasi sebuah gedung yang sengaja Zack sewa untuk janji suci pernikahannya dengan Greta.Bersama dengan kedua aduk gadisnya dan Veronica, Celine menguatkan diri untuk datang ke acara pernikahan suaminya akan di laksanakan.Dia berusaha tetap tegar, walau sesungguhnya dia sangat rapuh.Di dalam mobil dia termenung sambil memandang ke luar lewat jendela pintu."Kau tidak perlu khawatir, Celine. Semuanya akan baik-baik saja." Celine hanya tersenyum.Sampai di lokasi tersebut dimana Zack duduk berdampingan dengan Greta yang kini mengenakan gaun berwarna putih panjang dengan belahan dada rendah.Pria itu seketika bangun dari duduknya saat melihat rombongan keluarganya datang."Akhirnya, istrimu datang juga, Zack!" Namun Zack tidak menghiraukan ucapan calon istrinya. Pandanganya tetap fokus pada mereka yang kini mulai turun satu persatu."Ayok, kita kesan
"Marcel." Semua membelalakkan matanya saat pria tampan itu sampai di hadapan mereka, begitu juga dengan Greta yang tidak asing dengan pemuda itu.Veronica tersenyum lega sambil memeluk tubuh Celine sangat erat seolah mengatakan kalau dialah yang selama ini di tunggu."Pak pendeta tolong hentikan acara pernikahan ini. Pernikahan ini tidak sah." Dengan santainya Marcel naik ke atas altar dan menghampiri mereka.Melihat ulah adiknya yang datang tiba-tiba tentu membuat Zack tak terima. Dia spontan merai kerah baju Marcel seraya berkata. "Hei, apa maksudmu! Kenapa kau tiba-tiba datang dan mengacaukan semuanya!" Tapi Marcel justru tersenyum.Dia memandang pada Greta yang terlihat salah tingkah."Wanita yang akan kau nikahi ini adalah, ular!""Sial! Apa maksudmu?" Semuanya tampak panik."Kau tanyakan saja kepadanya. Kita pernah melakukan itu di Italia dulu."Wajah bengis Zack seketika mengarah pada Greta.
"Maafkan Mommy, Sayang. Mommy baru bisa menemui-mu sekarang. Kau pasti bahagia di sana, dengan Tuhan. Tuhan pasti sangat baik padamu, dia pasti begitu menyayangimu, anak'ku."Di atas pusara anaknya, Celine kembali meneteskan air mata. Bahkan bulir bening itu tampak membasahi batu nisan yang tertuliskan nama Alvaro. Sengaja Zack memberi nama itu di atas batu nisan agar si jabang bayi yang baru berusia 7 bulan mudah untuk di ingat.Di temani oleh Marcel yang duduk di sampingnya, Celine begitu terlihat terpukul, sekaligus lega bahwa suaminya telah gagal menikah.Namun bukan berarti dirinya sudah memaafkan Zack, rasanya berat sekali untuk percaya padanya kembali, walau pria itu minta maaf sekalipun."Doakan Mommy, agar Mommy kuat menjalani semua ini, Sayang. Mommy tau, kau pasti melihat dari atas sana. Bersenang-senanglah dengan Tuhanmu, Sayang."Usai melepas semua kegundahan hatinya, Celine dan Marcel pulang ke rumah dimana semua keluarga se
"Zack, keluar kau! Keluar kau, Sayang. Aku menunggumu di sini!" Teriakan Greta membuat semua penghuni istana keluar rumah tanpa terkecuali.Zack yang kini hanya mengenakan kaos berwarna putih ketat lengan pendek, memperlihatkan otot lengannya yang begitu menonjol dengan celana pendek di atas lutut berbahan katun."Greta, apa yang kau lakukan pagi-pagi di sini? Kau mengganggu waktu sarapan kita!" ucap Veronica ketus."Diam! Ibu mertua. Aku tidak ada urusan denganmu!" Greta lalu berjalan dengan manjanya dan bergelayut di lengan kekar Zack.Sementara Zack sendiri mencoba menepis karena merasa risih dengan Celine dan juga Marcel yang turut serta ada di tempat itu."Kau kenapa tega meninggalkan aku, aku tidak bisa hidup tanpamu, Sayang!""Greta lepaskan aku! Aku sudah memutuskan untuk mengakhiri hubungan denganmu!""Apa? Jadi kita putus?" Greta menangis."Kau tega, Sayang. Padahal aku begitu mencintaimu! Iy
"Sedang apa kau di sini?""Ma-Marcel, kau sendiri sedang apa di sini?"Rupanya adik dari Zack ini mengikuti di belakang taksi yang membawa Celine pergi, sepulang dari rumah sakit jiwa, dia menyempatkan diri untuk berhenti di sebuah taman kota hanya untuk sekedar membuang penatnya.Celine duduk di tengah-tengah taman di kelilingi dengan bunga warna warni, serta tampak jembatan kecil dengan sungai kecil yang mengalir jernih."Aku ...""Jangan bilang kau mengikuti-ku?" Marcel terdiam.Celine menghembuskan nafas kasar karena tau diamnya adik ipar itu berarti benar, kalau pria tampan ini mengikutinya."Aku hanya mengkhawatirkan-mu. Di situasi yang seperti ini, mana mungkin aku membiarkanmu pergi sendirian." Dia lalu duduk di samping Celine."Sebenarnya apa yang kau pikirkan? Apa kau masih ragu dengan Zack?" Marcel bicara sambil menghisap rokok."Aku sendiri juga tidak tau, Cel. Apakah aku masih bisa menerima
"Morning Mah!""Morning Zack, Celine." Veronica tersenyum."Syukurlah kalian sudah baikkan, aku senang melihatnya. Satu persatu permasalahan terselesaikan dengan baik, sekarang tinggal fokus untuk pernikahan Granella.""Zack, alangkah baiknya jika gantian kita yang menyambangi kediaman Alexander, kapan kau punya waktu?""Aku bisa saja nanti malam, Mah. Apa Mama sudah konfirmasi dulu dengan Granella?" Veronica menggeleng."Jangan seperti pada saat Alex dan keluarganya datang, Mah. Kali ini Granella harus tau supaya dia bisa bersiap untuk nanti malam.""Mama coba panggil Granella kemari." Tapi Celine mencegahnya."Ah, Bu. Biar aku saja yang memanggil Granella."Ketika Celine sampai di depan kamarnya, terdengar kalau Greta sedang bicara dengan seseorang di dalam kamarnya.Ketukan pintu Celine spontan membuat dia mematikan panggilan itu."Granella." Pintu pun di buka."Kak Celine, iya ada
"Astaga, kalau sampai Granella tau, dia pasti akan sangat kecewa. Tapi bagaimana untuk nanti malam?" Semuanya terlihat berfikir."Kita tidak akan kesana kalau Granella belum menyelesaikan masalahnya sendiri dengan Alex. Aku yakin kalau Granella bisa menanyakan soal ini. Aku suruh dia pulang sekarang!"Zack menjauh sedikit untuk menghubungi adiknya itu, Celine berusaha menenangkan Veronica yang terlihat cemas."Ibu tenang, apa yang dikatakan oleh Honey itu benar! Dari pada nantinya Granella salah pilih. Lebih baik sekarang mereka selesaikan.""Aku hanya khawatir Granella kecewa, Celine. Kau tau kalau putriku baru pertama kali dekat dengan seorang pria?""Iya, aku tau, Ibu. Bisa saja wanita itu bukan orang lain, mungkin saja adiknya, atau sepupu, atau ...!"Tak berapa lama kemudian gadis itu datang, langkah yang semula lincahnya mendadak pelan saat melihat ekspresi Zack yang begitu menakutkan."Aku datang! A-ada apa? Kalia
"Granella."Semua memandang gadis yang berjalan lunglai sambil menangis itu. Tangan Zack sudah mengepal sempurna menebak apa yang terjadi dengan adik kandungnya itu."Mama." Gadis langsung memeluk tubuh Veronica sambil menangis sejadinya. Veronica tak kuasa melihat putrinya hancur seperti sekarang ini."Kamu harus kuat, Nak. Kalau memang dia bukan jodohmu, masih banyak pria yang lebih baik darinya.""Dia menghianati aku, Mah! Apa salahku! Padahal selama ini aku selalu setia kepadanya.""Fuck shit! Sudah kuduga kalau dia ...!" Zack begitu geram dengan pemuda bernama Alex, CEO Alexander Duta Corpotation itu. Dia melangkahkan kakinya untuk pergi namun Celine mencegahnya."Eh, Honey. Kau mau kemana?" "Aku mau memberi pelajaran kepadanya, berani-beraninya dia mempermainkan perasaan Adik'ku!"Namun apa yang Granella lakukan benar-benar di luar dugaan mereka, gadis itu begitu kesal bahkan menyalahkan kakaknya sendiri.