"Tapi Baby, apa kau yakin akan kesana?"
"Kenapa tidak. Apa kau mau ikut dengan kami?" Celine tersenyum manis.Melihat senyum dari istrinya membuat Zack semakin merasa bersalah.Tanpa menjawab ajakan dari Celine, Zack berjalan lebih dulu masuk ke dalam mobil dan membuka semua pintunya.Mempersilahkan semuanya untuk masuk dan bergegas ke tempat tujuan."Terima kasih, Honey. Kau mau mengantar kita ke sana." Zack membalasnya dengan senyuman kecut.Mobil berjalan begitu kencang, sengaja Zack melakukan itu agar urusan mereka cepat selesai. Rasanya Zack tak ingin berlama-lama berurusan dengan yang namanya Greta jika itu memang benar dirinya.Sesampainya di sana, kepala rumah sakit jiwa menyambut baik kedatangan wanita yang pernah menitipkan pasien di dalam."Selamat siang, Nyonya. Sepertinya ada hal serius, Nyonya membawa banyak orang kemari?" Zack memicingkan matanya heran, kenapa kepala rumah sakit jiwa ini begitu bBetapa terkejutnya mereka saat mendapati tanda lahir itu benar-benar ada di lengan kiri Greta.Mata nyonya Gutawa spontan berkaca-kaca, hatinya terasa sesak kala mengingat putrinya yang lama hilang dan sekarang ..."Pah, putri kita. Greta putri kita, Pah," ucapnya dengan nada bergetar.Tuan Charles mengangguk cepat sambil menggigit bibirnya, menahan bulir beling yang hendak terjatuh."Jadi ..., jadi dia benar-benar putri kalian?" Kedua orang tua itu mengangguk serentak. Celine bisa merasakan bagaimana perasaan mereka berdua saat ini.Batinnya merasa teriris, terutama dengan nyonya Gutawa yang merasakan mengandung dia selama 9 bulan dan melahirkannya. Belum puas membesarkan, anak itu hilang entah kemana.Kini sosok itu ada di hadapan mereka, sosok yang di rindukannya selama ini."Benar, Nyonya, dia putri kami. Dia Greta yang selama ini kami cari-cari!"Greta hanya terdiam bingung sambil menggaruk rambut
"Aku minta kalian diam! Jangan sampai bocorkan tentang masa lalu kepada mereka."Celine dan Veronica saling pandang heran, entah kenapa raut wajah Zack terlihat kesal.Jika memang dia tidak mengizinkan nyonya Gutawa dan tuan Charles tinggal di sini, seharunya dia mengatakan sejak awal.Saat itu juga Granella datang. Gadis yang baru saja pulang kerja dibuat bertanya-tanya mendengar ucapan Zack yang tidak dia sengaja terdengar sampai ke depan."Aku pulang."Namun suasana tampak sepi tanpa ada yang menjawab kepulangan Granella."Adda apa ini? Kenapa kalian terlihat tegang?" tanya Granella penasaran. Masih saja tidak ada jawaban dari mereka, Zack justru bangun dari duduknya dan menjauh pergi dari hadapan mereka."Granella kau sudah pulang?" Celine berusaha mencairkan suasana."Apa yang terjadi pada Kak Zack, Kak? Mereka? Siapa yang dia maksud?""Oh, tidak. Mungkin Kakakmu mungkin hanya sedang lela
Tok! Tok! Tok!"Marcel buka pintunya!"Di dalam apartemennya Marcel terperanjat kaget saat seseorang mengetuk pintu dari luar begitu keras.Dia bertanya dalam hati, siapa yang datang. Pasalnya selama ini tidak pernah ada orang datang ke tempatnya kecuali menghubunginya lebih dulu lewat sambungan telepon.Tok! Tok!"Marcel buka!"Beberapa ketukan itu membuat dia penasaran, secepat mungkin dia menghampiri untuk melihat siapa yang datang."Angel, sedang apa kau di sini?""Aduh! Itu tidak penting. Kau harus ikut denganku sekarang," gumamnya sambil menarik tangan Marcel seketika."Eits, tunggu! Ada apa ini?""Udah! Nanti aku ceritakan di dalam mobil!"Gadis itu segera menggandeng tangan Marcel dan berlari kecil bergegas membawa pemuda tampan itu pergi."Sebenarnya ini kita mau kemana? Kenapa kau begitu buru-buru." Tetapi Angel tidak menjawab, dia justru memberikan sesuatu pada Marc
"Ayok silahkan dimakan, Angel. Kau pasti suka masakan ini.""Oh, iya Aunty, suka, aku suka sekali." Sambil menjawab sesekali Angel melirik pada Marcel yang duduk berseberangan dengan kedua orang tua dia.Sedang Angel sendiri duduk sejajar dengan tuan Mickey dan nyonya Amelie.Betapa tidak membuat dia penasaran, Marcel terlihat begitu santai membaur dengan keluarga kaya raya seperti mereka."Sebenarnya siapa kau? Dan dari golongan mana kau berasal," gumamnya dalam hati."Em, Nak Marcel." Marcel seketika mendongakkan wajahnya memandang tuan Mickey yang memanggilnya."Kau bekerja dimana sekarang?" Marcel bingung apa yang harus dia jawab, berkata jujur, atau menyembunyikan identitasnya di hadapan mereka.Kebetulan sekali Angel spontan menjawabnya, namun jawaban itu membuat Marcel dan semuanya tercengang."Oh, calon suami sebagai staf di perusahaan Smart Global Corporation, Uncle. Iya, disana." Marcel spont
"Ehem, siapa yang menelepon-mu, Nak? Sepertinya penting sekali?""Oh, dia Granella, Adik'ku."Nyonya Amelie spontan membetulkan duduknya menjadi tegak. Terlihat dia begitu antusias setelah Marcel menjawab pertanyaan suaminya yang menanyakan siapa yang meneleponnya.Mengatakan bahwa yang meneleponnya adalah adiknya seolah menjadi angin segar untuk nyonya Amelie. Sekilas dia memikirkan yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya."Adikmu? Oiya? Dia pria? Atau ..., sudah berumah tangga, atau ...?"Uhuk! Tapi justru Angel yang tersedak. Banyak sekali pertanyaan yang terlontar dari mulut nyonya Amelie, terlihat dari gelagatnya, sepertinya nyonya Amelie tertarik dengan adiknya Marcel ini.Marcel pun tersenyum karena dia merasakan hal yang sama dengan Angel. Bisa-bisanya nyonya Amelie punya pikiran seperti itu sedangkan Angel saja menolak putranya mentah-mentah."Ya, ya gadis. Adik'ku gadis, masih singgel tapi ya dia s
Entah mengapa semenjak kejadian itu Angel tak bisa menghilangkan sosok Marcel. Bayangan kekecewaan dia masih menari-nari di pelupuk mata yang membuatnya merasa bersalah.Rasanya ingin sekali mendatangi pemuda itu untuk meminta maaf tetapi rasa malu dan gengsi itu ada."Kenapa aku harus datang ke sana! Memangnya dia siapa aku, pacar bukan, teman juga bukan," gumam Angel kesal.Dia sengaja mengurung diri di dalam kamar agar tidak ada yang mengganggunya.Tetapi ternyata keinginannya tidak seperti peda kenyataannya, nyonya Amelie mengetuk pintu dan menyuruhnya untuk ikut bersamanya.Lama tak pergi dengan putrinya membuat nyonya Amelie rindu dan sekarang dia berniat untuk mengajak Angel pergi.Tok! Tok!"Angel, kau sedang apa di dalam? Keluar, ikut Mommy ke butik sekarang!""Ke butik?"Memang sudah lama dia tidak mendatangi butik baju milik orang tuanya itu, dari semenjak dia kabur dari rumah.Padah
"Delisa, apa kau sudah layani tamu saya di paviliun? Jangan sampai mereka kesusahan dalam membutuhkan sesuatu.""Sudah, Nyonya muda."Pagi hari Celine dan Zack duduk di meja makan untuk sarapan, satu bulan semenjak nyonya Gutawa dan tuan Charles tinggal bersamanya, tugas kedua asisten rumah tangganya selain bertambah, yaitu melayani kebutuhan finansial mereka.Baru saja Celine selesai bicara, tiba-tiba ponselnya berdering. Susah payah dia mengambil ponselnya yang berada di saku celana pendek yang dia kenakan."Siapa yang menelepon-mu?" Zack penasaran."Kepala rumah sakit jiwa, sebentar aku angkat dulu telepon ini."Celine menggeser tombol layar berwarna hijau hingga panggilan mereka tersambung."Selamat pagi, Nyonya. Saya punya kabar baik untuk Nyonya sekeluarga.""Kabar baik? Kabar baik apa, Sir?"Kenapa rumah sakit jiwa lalu menceritakan apa tujuan dia meneleponnya. Zack terus saja memandangi istrinya
"Ibu, jadi kau Ibuku?" Nyonya Gutawa mengangguk."Dan kau Papaku?" Tuan Charles merentangkan tangannya.Greta spontan berlari kedalam pelukan papa tersayang dengan air mata yang mulai membanjiri pipi mulusnya.Celine pun ikut menangis tak kuasa menahan rasa haru dalam pertemuan keluarga yang sudah lama terpisah."Syukurlah, ya Tuhan, mereka kini bisa berkumpul kembali."Namun tiba-tiba dia mengingat sesuatu."Mana mungkin aku membawa Greta pulang ke rumah, yang ada Honey pasti marah atau itu akan berdampak buruk juga nantinya."Dia berfikir sesaat kemana akan membawa mereka untuk tinggal. Tak lama setelah itu Celine mengambil ponselnya dan terlihat menghubungi seseorang.Nyonya Gutawa terlihat menunjuk pada Celine di saat dia sedang menelepon, Celine hanya bisa mengacungkan jempolnya sambil bicara.Belum selesai dengan orang tersebut, Greta terlihat berjalan menghampirinya yang membuat terpaksa dia meng