"Apa aku bicarakan dengan Tuan Zack sekarang!"
Celine sesekali melirik pada Zack yang tengah fokus di depan laptop di sofa kamarnya.Rasanya dia ingin membicarakan tentang obrolannya dengan dokter tadi siang, tetapi apakah Zack akan mau mendengarkan ucapannya, sungguh Celine sangat ragu."Lebih baik aku buatkan kopi panas untuk dia terlebih dahulu." Celine bergegas turun dari lantai atas."Nyonya muda mau apa di sini? Biar saya saja yang melakukan," ucap Delisa salah satu asisten rumah tangganya."Ah, tidak, aku cuma mau membuatkan Tuan Zack kopi. Dia pasti sangat lelah."Delisa mengangguk sambil tersenyum melihat ketulusan hati nyonya mudanya ini.Secangkir kopi panas dengan aroma khas telah siap dengan, Celine membawanya masuk ke dalam."Tuan saya buatkan kopi hangat untukmu." Di letakkan kopi itu di atas meja kerjanya."Hem," jawab Zack singkat."Tuan, ada yang mau saya bicarakan dengan an"Mah, aku mau menanyakan sesuatu pada Mama." Sudah Veronica duga kalau putranya ini bakal menanyakan hal itu."Apa yang mau kau tanyakan, Zack?" ucap Veronica pura-pura."Apa Mama memblokir kartu kreditku?" tanya Zack sambil melirik tajam pada Veronica."Kalau memang iya kenapa?""Mah, come one! Bagaimana aku bisa hidup tanpa kartu kredit?"Veronica tau kalau segala aktifitas Zack tak bisa jauh dengan yang namanya uang, apalagi putranya itu bukan tipe orang yang suka menyimpan lembaran kertas bernama uang.Dia lebih senang menyimpan di bank berbentuk kartu kredit.Bukan hanya satu atau dua kartu saja yang Veronica blokir, bahkan semua kartu kredit milik Zack Veronica blokir.Dan itu sukses membuat Zack kelimpungan."Selama kamu tidak menurut apa kata Mama, Mama tidak akan membuka blokiran kartu kreditmu. Zack jangan mentang-mentang kamu seorang laki-laki dan kamu bisa berbuat semau-mu! Mama tidak suka i
"Kamu pikir dengan cara seperti ini aku akan menyentuhmu? Apa kau lupa dengan surat perjanjian yang kau tanda tangani?" Betapa malunya Celine di depan suaminya, bela-belain dia memakai barang pemberian dari mertuanya tapi tanggapan Zack justru membuat dia merasa mati kutu.Wajahnya terlihat memerah sendu dengan dada berdegup kencang, tangan dan kakinya terasa dingin dengan kegugupan yang sempat ada."Lebih baik kau lupakan saja kesempatan itu, karena aku tidak akan memberikannya untukmu!"Degh!Tanpa merasa berdosa sedikit pun, Zack membalikan badan menjauh dari Celine dan naik ke atas tempat tidur.Sedang Celine masih terpaku berdiri bingung dengan langkahnya. Kenapa Laki-Laki ini tidak punya perasaan sedikit pun terhadap dirinya, walau perasaan itu mungkin perasaan yang lain, bukan sebagai pasangannya.Perlahan Celine melangkah maju dan membaringkan tubuhnya di atas sofa seperti malam-malam biasanya, menutup tubuh yang nyaris terbuka dengan selimut tebal dan meremas keras sebagai be
"Jonas, syukurlah kamu sudah baikan? Aku minta maaf karena terpaksa aku harus pulang dengan Tu ...""Celine aku mau bicara denganmu. Ada hal yang harus kita bicarakan." Celine mengurungkan niatnya untuk masuk dan menemani Jonas duduk."Apa yang mau kamu bicarakan, Jo?""Celine apa kamu mencurigai seseorang saat komplotan penjahat kemaren menyebut nama temanku? Siapa temanku itu. Berarti dia suruhan orang." Celine berfikir sesaat mencerna apa yang Jonas katakan.''Tidak, Jonas. Aku tidak mencurigai siapapun. Memangnya kamu mencurigai seseorang?" "Tidak juga, Celine. Aku mengira kalau kau tau siapa orang yang mereka maksud itu!" Celine menggeleng."Tidak Jonas, aku tidak tau. Awalnya aku mengira kalau meraka itu teman-temanmu. Tapi ternyata..."Membayangkan wajah babak belur Jonas memang sungguh kasihan, dia terpaksa membongkar celengannya yang semula berniat untuk membeli motor baru. Terpaksa dia mengambil sedikit uangnya untuk membeli kaca mata baru.Jonas menuntun motor sendirian di
"Mau apa kau ke mari? Bukan kah sudah ku ingatkan kalau aku hanya akan membayar jika tugasmu selesai dengan benar!"Diego hanya berdiri, tersenyum sambil memainkan lidi korek api di mulutnya."Mungkin lebih menyenangkan jika istrimu tau kalau yang menyuruh kita melakukan itu adalah kamu!""Brengsek!" Zack spontan meraih kerah baju Diego dengan tatapan bengisnya, tapi preman itu hanya tersenyum tidak ada takut-takutnya sama sekali. "Jangan berani-berani kau buka mulut di depan Celine, atau aku akan...""Oh, jadi namanya Celine? Nama yang bagus! Dan pasti cantik orangnya. Akan sangat menyenangkan jika aku bisa...""Tutup mulutmu, sialan!" Saat kepalan tangan Zack tepat di depan wajah Diego, tiba-tiba Veronica keluar yang membuat Zack menahan pukulan terhadap preman itu."Zack, sedang apa kalian di sini? Siapa dia?""Ma-Mama.""Eh, Tante, perkenalkan saya Diego, teman Zack, putra Tante!"Keduanya
"Leo, sedang apa kau di sini?" Wajah Celine sedikit memucat karena khawatir Leo mendengar apa yang baru saja dia katakan.''Kau sendiri sedang apa di sini? Aku kebetulan mampir dan melihat kamu masih ada di sini, jadi aku putuskan untuk menunggumu pulang!""Kamu kenapa?" tanya Leo curiga dengan wajah Celine yang pucat pasi bak habis di kejar hewan buas."A-aku ti-tidak apa-apa Le! Aku baik-baik saja." Celine sengaja berbohong."Kamu yakin?" Leo sedikit ragu."Iya, aku baik-baik saja.""Syukurlah, kalau begitu, kita pulang sekarang!"Terang saja Celine mau saat Leo mengajaknya pulang, dia berfikir bagaimana bisa pulang di waktu sore seperti ini.Menaiki motor trail-nya Celine membonceng di belakang dan menjadikan pundak Leo sebagai pegangannya."Kenapa jam segini kau masih ada di sini?""Hah?" Kedap-nya suara yang tertutup helm full face membuat Celine tak mendengar apa yang Leo katakan.
"Bagaimana kalau Tuan Zack mengejar Leo sekarang! Semoga saja Leo baik-baik saja."Dan benar saja, apa yang di khawatirkan Celine kini menjadi kenyataan. dengan mobil sportnya, Zack mengejar Leo dari belakang.Leo yang melihat sebuah mobil mengejarnya dari spion motor segera menarik gas sekencang mungkin, tidak mau kalah darinya, Zack pun demikian hingga mereka terlihat seperti sedang manufer di jalan raya."Sialan! Siapa yang mengejar aku ini, ck!" Leo terlihat tenang sambil menyetir."Tidak akan aku biarkan kau lari begitu saja! Aku pasti akan mendapatkan-mu!"Keduanya memacu kendaraan dengan kecepatan penuh sampai daun kering di jalan berterbangan terkena hembusan angin kecepatan mereka.Melintas terowongan yang begitu gelap dan sepi, menyusuri di sepanjang jalan yang lenggang tanpa lalu lalang warga yang lewat."Aku harus bisa lari darinya!"Suara lonceng kereta terdengar semakin mendekatinya, Leo menoleh ke
Sebagai Laki-Laki normal Zack tentu mengagumi kecantikan istrinya yang sedang berdiri sambil menyiapkan baju untuknya.Perlahan dia berjalan mendekat, namun ketakutan di mata Celine masih ada."Ibu menyuruhku untuk menyiapkan baju untukmu, Tuan." Usai mengatakan itu secepat mungkin Celine pergi dari hadapan Zack takut di interogasi perihal siapa yang mengantarnya pulang.Zack hanya memandang datar sampai sosok itu keluar dari kamar."Bagaimana, apa suamimu sedang bersiap?" tanya Veronica penasaran."Iya, Bu. Tuan sedang bersiap di kamarnya.""Bagus kalau begitu."Sambil menunggu pria tampan itu datang, ke tiga wanita itu mengobrol begitu hangat sambil sesekali terkekeh.Tanpa mereka sadari Zack kini tidak jauh dari mereka dan mendengar apa yang sedang mereka bicarakan. Dia sadar kalau selama ini gadis yang pergi meninggalkannya tak pernah sehangat ini dengan keluarganya."Ehem!" Suara itu spontan menghe
Zack berdiri di belakang Celine dan menyodorkan kedua tangannya ke depan. Posisinya saat ini seperti sedang memeluk yang membuat Celine sulit untuk bergerak.Dia mengambil pisau kecil lalu memberi contoh bagaimana cara mengiris steak tersebut.Jangan di tanya bagaimana perasaan Celine saat itu. Jantungnya berdegup kencang bisa sedekat itu dengannya."Begitu saja kau tak bisa," pekiknya ketus."Nak Celine, bagaimana kau bisa makan steak kalau yang kamu ambil ini sendok dan garpu. Seharusnya kau mengambil pisau dan garpu untuk memakan." Ucapan Veronica membuat dia merasa sangat bodoh."I-iya, Ibu. Aku memang belum pernah makan makanan seperti ini sebelumnya. Mungkin aku harus banyak belajar dari kalian."Sedikit demi sedikit Celine mencoba mengiris sendiri seperti yang sudah di ajarkan oleh Zack. Melihat Celine yang masih saja kesusahan membuat Granella dan Veronica tersenyum sambil mengunyah makanan di mulutnya.