Alya dan Reno sampai di hotel tempat Natasya dan juga Candra akan menikah setelah sampai di Aula pernikahan Reno langsung bertemu dengan rekan-rekan bisnisnya dan dia pun terlihat asyik berbicara dengan para undangan yang mulai hadir untuk memeriahkan pernikahan antara Natasya dan juga Candra tersebut.Alya yang tidak terlalu mengenali orang-orang yang datang ke pesta itu berpamitan kepada Reno untuk sekedar berjalan-jalan keluar Aula pernikahan tersebut, karena acaranya juga belum dimulai."Mas, aku keluar sebentar ya?" ucap Alya kepada Reno, dan Reno pun langsung menganggukkan kepalanya. Alya berjalan keluar Aula pernikahan tersebut saat ia tengah berjalan-jalan dia melihat MU yang sudah selesai merias pengantin."Pengantinnya sudah selesai di rias ya? "tanya Alya kepada mereka dan mereka pun langsung menganggukkan kepala. "Iya, Mbak Natasya nya sudah selesai kami rias! " jawab mereka kepada Alya. "Oh baiklah, terima kasih!" jawab Alya kepada mereka.Alya merasa penasaran bagaima
"Reno, Natasya menghilang! Dia tidak ada di rumah!" Suara isak tangis calon mertua Reno melalui sambungan telpon membuat Reno mengerutkan kening saking herannya."Maksud Mama apa?" Reno bertanya seakan tak mengerti maksud perkataan calon mertuanya itu."Natasya tidak ada di rumah! Dia pergi, dia hanya meninggalkan sepucuk surat. Dia menuliskan bahwa dia ingin pergi menenangkan diri. Dia juga meminta kamu untuk menunda acara pernikahan itu beberapa hari ke depan. Sekarang ini, dia tengah berada di Singapura. Apa yang terjadi Reno? Kenapa Natasya bertingkah seperti ini? Apa kalian bertengkar?" Reno mendengarkan perkataan calon mertuanya itu dengan seksama. Jantungnya langsung mendidih menahan emosi yang seakan mau meledak."Tidak, kami tidak bertengkar sedikitpun. Apa Mama yakin bahwa Natasya yang menuliskan surat itu?" Reno masih ingin memastikan kebenaran tentang kabar yang membuat kepalanya langsung terasa sakit itu."Benar, Nak! Ini memang tulisan
"Saya Alya, pegawai dari WO yang bertugas mendekor gedung pesta ini," jawab Alya sedikit heran dengan pertanyaan orang itu."Apa kamu sudah menikah?" Dahi Alya berkerut mendengar pertanyaan itu."Belum, saya masih lajang. Maaf, Mas! Saya ingin bertemu dengan penyewa jasa WO kami, tapi kenapa Mas bertanya yang tidak-tidak pada saya?" tanya Alya dengan heran. Dia tak habis pikir dengan maksud pertanyaan itu. Pemilik WO sudah dari tadi menghubunginya, untuk segera meminta pelunasan tapi sejak tadi Alya kesusahan mencari orang yang memesan jasa WO tempat dia bekerja."Ikut saya sekarang! Saya akan mengantarkan kamu pada orang yang memesan jasa WO kalian!" jawab Aryo sambil melangkahkan kakinya.Alya bergegas mengikuti langkah kaki Aryo. Dia harus cepat-cepat mendapatkan pelunasan agar dia bisa segera pergi. Ibunya tengah di rawat di rumah sakit. Alya sebenarnya tengah membutuhkan uang sebanyak 200 juta untuk operasi Ibunya. Dan pemilik WO tempat d
"Aryo, kamu dengarkan apa yang Alya ini katakan? Cepat hubungi pihak rumah sakit itu. Selesaikan biaya administrasinya agar Ibunya cepat di operasi. Dan kamu Alya, kamu tidak boleh meninggalkan gedung pernikahan ini. Semua urusan Ibumu biar Aryo yang menangani.""Terima kasih banyak,Tuan!" balas Alya dengan perasaan lega.Dia menatap Reno dengan seksama. Sedari tadi, hanya sesekali saja laki-laki itu menatap dirinya. Alya tidak tahu, bahwa Reno adalah seorang CEO yang sangat di segani."Ayo, Alya!" ajak Aryo pada Alya untuk meninggalkan kamar hotel Reno.Alya mengikuti langkah kaki Aryo memasuki sebuah kamar hotel yang lainnya."Kamu tunggu di sini! Nanti, akan datang orang-orang yang akan mendandani kamu. Sekarang, katakan dimana alamat rumah sakit Ibumu di rawat!" ucap Aryo pada Alya.Wajah Alya langsung ceria saat Aryo meminta itu. Dengan cepat dia mengatakannya."Tolong sampaikan pada Dokter, bahwa aku sudah setuju unt
Acara pernikahan mereka akan berlangsung lebih kurang setengah jam lagi. Reno berpikir untuk memberikan kalung itu pada Alya, daripada harus membuangnya. Itu yang terbesit di pikirannya.Reno harus secepatnya menuju aula pernikahan mereka. Dengan langkah pasti, Reno membuka pintu kamar dimana Alya berada.Alya yang tengah berdiri membelakangi pintu menoleh dan memutar tubuhnya. Dia pikir, yang datang adalah orang yang akan membawanya ke aula pesta. Saat melihat siapa yang datang, Alya langsung terdiam dan terpaku menatap pada Reno. Tampilan Reno membuatnya terpesona. Ketampanan pria itu bisa membius siapapun yang berada di dekatnya.Sedangkan Reno, dia menatap Alya dengan tatapan tak percaya. Wanita sederhana yang dia minta untuk mau menikah dengannya, seakan menjelma menjadi seorang putri. Alya sangat cantik dengan penampilannya. Gaun pengantin yang seharusnya di pakai Natasya terlihat sangat pas untuk Alya. Tubuh Alya yang tinggi semampai serta bodynya yang ad
Dari mana aku harus memulainya? Apakah dari sini?" Tangan Reno mulai bergerak mengitari punggung Alya, mencari celah agar bisa membuka baju pengantin yang Alya gunakan."Jangan, Tuan! Saya bisa sendiri melepaskannya!" tolak Alya. Dia berusaha bangkit dari tubuh Reno yang ada di bawahnya."Cepat! Buka gaun menyebalkan itu!" perintah Reno sambil mendorong tubuh Alya. Alya bangkit dengan cepat dari dekapan Reno. Dia berdiri terpaku dengan nafas naik turun. Dia tak mengerti harus berbuat apa."Cepat! Lepaskan gaun itu!" hardik Reno dengan mata yang terlihat begitu sayu. Alya kaget dan langsung buru-buru menyambar sebuah lingerie dari dalam lemari. Dengan perlahan Alya mencoba membuka gaun pengantin yang melekat di tubuhnya.Saat hendak melepaskannya, Alya melirik pad Reno yang berbaring di ranjang. Matanya sudah terpejam. Alya langsung menarik nafas dalam. Dia lega, setidaknya Reno sudah tertidur dan tidak akan berbuat yang macam-macam padanya.
Alya mandi dengan tergesa. Ucapan Reno tadi masih terngiang-ngiang di telinganya. Bagi Reno dia bukan sebagai istri, tapi sebagai pemuas nafsu saja. Hanya untuk menghangatkan malamnya saja. Alya sangat terluka. Keputusannya menerima tawaran Reno seperti membelenggu kehidupannya yang selama ini berjalan dengan baik.Walaupun dia hanya bekerja di sebuah WO, tapi itu cukup selama ini untuk menghidupi dia dan Ibunya. Semuanya kacau saat Ibunya mulai sakit-sakitan. Untuk biaya pengobatan Ibunya sering Alya berhutang pada bosnya. Tapi, kali ini berbeda. Dokter menyarankan untuk operasi agar penyakit ibunya bisa di sembuhkan.Alya sedikit menyesali pilihannya untuk menerima tawaran Reno, padahal bosnya sudah berjanji untuk memberikan dia pinjaman uang. Sekarang dia merasa terjebak dengan pilihannya sendiri. Kehidupan dia selanjutnya tak mampu dia bayaangkan.Alya selesai mandi, dia me
Jawaban Gunawan membuat Lastri mendengus kesal."Kamu Reno, jangan pernah mempermainkan Alya. Dia sudah sangat berjasa pada kita," ucap Gunawan pada anak satu-satunya itu."Baik, Pa!" jawab Reno."Berjasa apanya sih, Pa? Alya ini di bayar untuk mau menikah dengan Reno, tidak gratis. Lagian, dia pasti merasa sangat bahagia bisa menikah dengan orang kaya seperti Reno. Mana ada sih, orang miskin yang tidak tergiur dengan tawaran seperti itu!" Lastri menyangkal ucapan suaminya."Apapun itu, yang terpenting Alya sudah mau menolong kita!" tegas Gunawan pada Lastri dan juga Reno.Alya merasa tenang, Papa Reno bisa menerima kedatangannya di rumah itu. Setidaknya ada seorang yang bisa menerima kedatangannya di rumah ini."Pa, aku ke kamar dulu!" pamit Reno."Ya, ajak Alya sekalian.