‘I-ini pasti hanya kebetulan ‘kan? Ayah dan Ibu mertua tidak mungkin memiliki hubungan khusus hanya karena cincin ini!’ batin Anais menampik asumsi negatifnya. ‘Ya, aku pasti berlebihan. Ayah bukan orang yang—’ Wanita itu menghentikan ucapannya dalam hati saat menyadari ada potret lain yang disembunyikan di balik foto Esteban tadi. Lembaran kertas yang terkoyak itu, seketika membuat irisnya membelalak tegang. Perasaannya kembali terserang getir saat mendapati robekan foto Leah ada di antara potret masa muda Esteban. “A-apa-apaan ini?!” dengusnya serasa dihantam baja. Meski foto itu sobek, tapi Anais jelas mengenalinya karena sebagian besar wajah Leah terpampang jelas. Dada Anais meradang begitu pikirannya teringat dengan foto yang tak sengaja dia lihat saat masuk ke ruang rahasia di penthouse Jade. ‘B-benar saat itu pasti foto Ibu mertua. I-ini masuk akal karena Jade menyimpan foto itu di ruang rahasianya, dan Ibu mertua juga memakai cincin yang sama.’ Manik Anais gemetar saat kepa
Anais bangkit dari posisi tidurnya tanpa berniat menjawab pertanyaan Jade. Dia bahkan menyingkap selimut putihnya dan hendak turun dari ranjang, tapi dengan cepat sang pria langsung menahan tangannya.“Jangan pergi,” titah Jade yang seketika membuat Anais terhenti.Meski menurut, tapi Anais tak menyahut ataupun berpaling ke arah sang suami. Dan itu semakin menyiksa Jade dalam rundungan rasa penasaran.“Kau tidak bisa seperti ini, Anais. Katakan, apa maksudmu tadi?” Jade kembali menyidiknya.Dia yang tak mendapati jawaban dari Anais, menjadi gusar saat melihat eskpresi sang istri berangsur muram. Terlebih dirinya yang hafal kebiasaan Anais menggigit bibir bawahnya kala menghadapi tekanan atau masalah rumit.“Anais ….” Pria itu memanggil istrinya amat lirih.Telapak tangannya yang besar menjulur, meraih d
Leah memiringkan kepalanya, lantas mengangguk untuk memberi isyarat pada lelaki yang baru saja memberinya laporan agar pergi.“Apa kau bisa sedikit lebih tenang?” tukas Leah pada Denver.Benar, putra keduanya buru-buru datang saat mendapat laporan pekerjaan dari sekretarisnya.Dengan wajah berang, Denver lantas mendengus, “mengapa Ibu menarik kembali project yang sedang aku kerjakan? Ibu tahu bahwa aku sedang berusaha mengambil hati Kakek lagi, tapi mengapa Ibu malah menghancurkan rencanaku?”“Karena kau sangat bodoh!” sahut Leah tanpa ragu. “Ibu sudah bilang padamu untuk fokus pada proyek, tapi kau diam-diam ikut campur urusan Ibu dan malah menemui Anais.”Sang putra seketika bungkam, giginya mengerat kesal karena rupanya Leah tahu saat dia membuntutinya dan mengancam Anais.“Masalah anjing liar dan istrinya itu akan Ibu selesaikan. Kau sudah kalah beberapa langkah, jika kau hanya bermain seperti ini, Ibu tidak akan segan membuangmu!” Leah melanjutkan lebih tedas.Wanita tersebut men
***Anais dan Jade telah mendatangi rumah sakit kenamaan di San Pedro. Sepanjang tes yang dijalani untuk memeriksa DNA mereka, keduanya diliputi perasaan was-was. Rasanya Anais ingin mundur, tapi dia tak ingin menjadi pecundang dengan terus menghindari fakta.Namun, tak bisa disangkal bahwa dirinya terus kepikiran dengan hasil tes, bahkan sampai malam pun wanita itu tampak seperti orang ling-lung. Jade pun merasa sesak kala melihat istrinya termenung di balkon lantai atas, yang mengarah ke kolam renang.Dia mendekat, memeluknya dari belakang sembari berbisik, “apa yang kau lakukan di sini, istriku?”Anais seketika buyar dari lamunannya. Dia berbalik, lantas berniat melonggarkan dekapan sang suami. Akan tetapi, tangan Jade yang melingkari pinggangnya malah semakin erat, sebab tak ingin wanita itu menjauh.Dirinya menatap Anais lekat seraya berkata, “Dokter bilang hasil tesnya akan keluar dalam satu sampai dua minggu. Selama belum ada kepastian, kita tetap pasangan suami-istri, Anais. K
Mau seberapa keras Jade menolak dan protes pada dokter, tenaga medis itu tetap mengatakan bahwa hasilnya akurat.‘Tidak bisa, Anais tidak bisa menjadi adikku!’ batin Jade mendecak dalam hati.Wajahnya tampak mendidih begitu keluar dari ruang dokter. Tiap langkahnya seakan membara, murka pada dunia yang hari ini telah menghancurkan hatinya. Bahkan Carlein yang sedang mengikutinya di belakang, sungguh tak berani bertanya apapun.Dia menghentikan lajunya saat melewati koridor. Dia berpaling ke belakang, lantas berkata pada asistennya. “Bawakan Anais hasil tes yang menunjukan keterangan negative.”Carlein seketika membelalak mendengar titah tersebut. Dia bungkam, dan itu membuat Jade kembali menengaskan, “kau mengerti?”“Ba-baik, Tuan,” sahut Carlein terbata.Namun, tepat setelah itu rasa terkejutnya kian membengkak sebab Anais sudah tiba lebih dulu. Carlein tak tahu apakah wanita tersebut mendengar percakapan mereka atau tidak, tapi yang pasti situasi ini sungguh berbahaya.“Apa maksudmu
Jade segera membuka amplop putih dari Carlein. Irisnya memindai penasaran sebab asistennya bilang dia telah ditipu. Dan ya, di bagian akhir surat hasil tes yang kini dipegangnya, Jade melihat jelas bahwa keterangannya negative! Dia bahkan membaca berkali-kali, khawatir bila matanya salah menilik. Akan tetapi, keterangannya memang menunjukan bahwa hasil tes DNA yang dia lakukan bersama Anais tidak cocok. “Apa arti surat ini, Carlein?” tukasnya menuntut penjelasan. Sang asisten segera menjawab dengan tegas. “Ini adalah hasil tes yang sebenarnya, Tuan. Dokter itu telah menipu Anda dengan memalsukan hasil tes menjadi positif karena permintaan seseorang.” Detik itu juga, manik abu Jade tampak menyorot tajam dengan alis saling mendapuk. Tak bisa dipungkiri bahwa dia sungguh senang jika ternyata dirinya dan Anais bukanlah saudara, tapi di sisi lain, pria tersebut pasti akan murka karena ada orang yang ingin main-main dengannya. Namun, Jade tak bisa langsung girang sebelum memastikan semua
“A-apakah pria yang ada di foto waktu itu adalah ayahmu?” Anais bertanya ragu-ragu, dan itu sekejap membuat Jade menaikkan kedua alisnya. “Foto apa yang kau maksud?” balas sang pria bertanya. Ada jeda beberapa saat sebelum Anais menjawab. Dan ya, wanita itu baru sadar bawah dulu dia masuk ke ruang rahasia penthouse Jade tanpa persetujuan suaminya. ‘Aish, mengapa aku jadi mengungkit masalah itu? Harusnya aku tidak usah membahas tentang ayahnya lagi ‘kan? Dia menyembunyikan foto-foto itu pasti karena suatu alasan. Sekarang dia pasti curiga padaku. Apa yang harus aku katakan?’ geming Anais bingung dalam batin. “Apa kau—” “Ma-maafkan aku, Jade.” Anais segera menyahut ucapan sang pria yang belum tuntas. “Saat itu, ketika kau memergoki diriku di ruang rahasia penthouse milikmu, aku tidak sengaja melihat foto anak laki-laki kecil bersama seorang pria. A-aku pikir, itu adalah dirimu dan ayah mertua.” Mendengar penjelasan sang istri, Jade sekarang ingat. Ya, untuk pertama kalinya, dia mel
‘A-apa aku tidak salah lihat?’ Anais membatin seiring dengan maniknya yang berkedip.Dirinya tercengang mendapati Lariat Anne datang bersama seorang pria. Mungkin di mata publik itu adalah hal biasa, tapi bagi Anais ini sungguh tak terduga sebab pria yang tengah menemani Anne tak lain adalah Eldhan Hermeden.‘Apakah selama ini mereka saling kenal? Mengapa Anne bisa datang bersama Eldhan?’ sambung wanita itu dalam hati.Apa saja yang sudah Anais lewatkan? Dia cukup lama tidak melihat Eldhan sejak tahu bahwa pria tersebut memiliki perasaan padanya. Ya, meski saat itu Anais belum jatuh cinta pada Jade, tapi dirinya merasa aneh dan tak bisa menerima hati Eldhan.Dari lawan arah, Lariat Anne mendekat bersama Eldhan di sebelahnya. Dan seperti biasa, penampilan Anne yang glamor, kini diimbangi Eldhan yang tampil dengan setelan jas berkelas.“Selamat atas pelantikan Anda sebagai Presiden Direktur DV Group, Nona,” tuturnya disertai senyum anggun.Anais dengan santun pun membalas, “terima kasih,