"Kamu mau apalagi?!"
"Apa belum cukup semua caci maki yang keluar dari mulutmu?!" suara Amel mendominasi percakapannya dengan Candra, di siang ini."Bukannya selama ini, apa yang aku katakan itu benar?" kilah Candra, membenarkan dirinya sendiri."Stop berdebat denganku!""Sekarang katakan, apa maumu?" titah Amel menahan emosinya."Aku mau, kamu pulang dan bawa anak-anak kembali ke tempat dimana semestinya mereka hidup!" dengan tanpa beban, Candra mengutarakan keinginannya."Pulang??""Apa kamu sudah tidak waras lagi, tuan Candra?" sarkas Amel."Tolong, mengertilah untuk kondisiku saat ini. Aku hanya minta kamu menerima keadaanku," ucap Candra menurunkan suaranya.Spontan Amel tertawa kecil."Keadaan kamu yang berselingkuh?""Hey, wake up!""Seandainya kamu yang ada di posisiku, bagaimana?""Apa kamu bisa terima dengan kalimat ''tolong mengerti keadaanku....""Gila!" pekik Amel tertawa garing."By the way, aku sudah sangatAkan apa?!" bentak Amel menahan geram."Aku akan menjemput paksa anak-anak dan melaporkan kamu atas tindak pelarian!" Candra mengancam Amel."Pelarian?!" Amel membolakan matanya."Sudah separah itukah ketidak warasanmu, Candra?!""Aku ini ibu mereka! aku yang mengandung dan melahirkan mereka dengan taruhan nyawa! bisa-bisanya kamu mengatakan hal sebodoh itu!" umpat Amel tak habis pikir dengan kekonyolan Candra."Memang kamu ibunya, tapi kamu membawa mereka tanpa seijinku!" kilah Candra."Sudahlah, lama-lama aku bisa tertular dengan kegilaanmu," potong Amel yang tidak merasa gentar dengan ancaman Candra.Tut-tut-tut sambungan di putus sepihak oleh Amel.Braak!!Candra membanting meja di depannya, emosinya kian memuncak karena sikap Amel yang datar dan tidak terpancing sedikit pun."Aku masih sayang sama kamu, Mel! aku tau tindakanku sudah melukaimu tapi aku bisa apa lagi! semua sudah terjadi. Aku tidak mungkin memperbaiki kesalahanku dengan membuat kesalahan lainnya. Aku hanya ingin kam
Di hadapan Amel saat ini, tampak Galang sedang duduk dengan seorang pria bertopi. Galang duduk di pangkuan pria yang tak lain adalah ayah kandungnya, yaitu Candra.Ingin rasanya Amel berlari ke arah mereka dan menarik Galang, namun pikiran waras Amel melarangnya. Sebab, ini bukan waktu dan tempat yang tepat untuk melakukan hal itu."Bagaimana laki-laki ini bisa sampai disini!""Pantas saja, sejak pagi tadi hatiku tidak enak!""Ternyata, aku harus melihat dia lagi setelah 6 bulan kami terpisah jarak dan waktu!" bisik batin Amel."Bu Amel?" sapa bu Widya kepala sekolah yang baru saja tiba."I-ya bu...." sahut Amel gelagapan."Apa benar, laki-laki yang bersama dengan Galang sekarang itu, ayahnya Galang?""Dari satu jam yang lalu, bu Eny sudah mencoba menghubungi ponsel ibu tapi tidak mendapat respon," tutur bu Widya sebelum Amel menjawab pertanyaan mengenai Candra."Tadi, beliau mengatakan kalau dirinya adalah bapak kandungnya Galang. Tapi, kami piha
Galang dan Ruby tampak sangat bahagia, berlari kesana kemari mengitari taman bermain di sore ini. Sementara Candra dan Amel hanya menatap kedua anak mereka tanpa saling bicara."Aku sampai lupa, kapan terakhir kalinya melihat kedua anakku sebahagia ini," bisik dewi batin Amel."Bund," sapa Candra dengan lembut."Ehm," sahut Amel singkat tanpa menoleh ke arah lawan bicaranya."Mau sampai kapan kamu bertahan seperti ini?""Kamu lihat kan, anak-anak sangat bahagia karena kedua orang tuanya mendampingi mereka?""Aku juga mau tanya, mau sampai kapan kamu memaksaku untuk menerima permintaanmu berpoligami?" jawab Amel membalas dengan pertanyaan."Apa aku salah, kalau aku berniat untuk membantu orang keluar dari kemaksiatan?" Candra menatap Amel meski Amel tidak menghiraukannya.Amel tertawa kecil, seraya menggelengkan kepalanya pelan."Mulia sekali niatmu?" "Tapi sayang, niatmu tidak sesuai dengan tindakanmu...." sarkas Amel ambigu."Maksudmu?" tanya Candra."Kamu mengatakan, kalau niatmu h
Candra menatap senyuman Amel yang terukir, ia sedang menunggu respon Amel setelah Pukki menyampaikan kata-katanya."Kamu sudah selesai bicara?" pertanyaan itu Amel ucapkan dengan datar.Tanpa menunggu jawaban dari Pukki, Amel menarik napas panjang lalu melepasnya perlahan."Kamu bilang, kamu wanita dan mengerti perasaanku, bukan?""Wanita baik-baik, tidak akan pernah mau merusak kebahagiaan wanita lainnya!""Wanita baik-baik, tidak akan pernah tergoda sekeras apa pun godaan dari pria yang sudah memiliki anak dan istri!""Kamu hanya pintar bicara! kamu hanya pintar bersandiwara!""Dari awal, kamu sudah tau kalau laki-laki yang mendekatimu itu bukan pria tanpa istri!""Dan dengan kejinya, di belakangku kamu justru mengatakan, kalau kamu tidak serius ingin berpisah dengan suamiku setelah kamu menyetujui permintaanku untuk meninggalkan laki-laki ini!" hati Amel mulai terbakar melontarkan kata-kata yang selama ini ingin ia sampaikan.Di seberang, Pukki bergeming tak mampu menjawab ucapan Am
"Aku sumpahkan, hidupmu akan selamanya seperti itu, MENUMPANG!" umpat seorang pria bernama Candra pada mantan istrinya lewat pesan singkat."Kita lihat, sumpahmu atau sumpahku yang akan terkabulkan!" imbuh Candra tanpa hentinya mencaci maki seseorang yang telah ia khianati."Apa aku ada menyumpahimu?""Dari awal kita menikah bahkan sampai detik ini, justru kamu yang kerap mencaci maki dan menyumpahiku," jawab Amel."Dan asal kamu tau, sebanyak apa pun harta yang dimiliki seseorang akan musnah dalam sekejab mata jika dia berprilaku sombong dan suka merendahkan orang lain!" timpal Amel menambahkan.Lebih dari 60 menit, Candra dan Amel saling berbalas pesan. Tak sedikit hinaan yang di lontarkan Candra pada Amel.Rasa sesak di dada Amel ia tahan sekuat tenaga, tak setetes pun air mata tumpah dari pelupuk matanya. Sebab ia sudah terbiasa mendapat hinaan yang bahkan lebih menyakitkan dari itu selama 8 tahun mereka membina rumah tangga.Kata-kata kotor bahkan Candra lontarkan pada Amel. "S
Malam ini kedua anak Amel sudah terbuai dalam mimpi indahnya. Saatnya Amel memulai kegiatannya yaitu menulis. Amel memang kerap mengambil waktu disaat kedua malaikat kecilnya itu tertidur pulas. Sebab saat itulah Amel bisa mencurahkan segala yang ia rasakan lewat goresan penanya.Tampak ia sedang duduk sendiri di balkon kamarnya, disanalah sehari-harinya Amel bisa menuangkan semua ide yang ada di kepalanya.Namun tak jarang ia menangis tersedu-sedu, kala harus mengembalikan ingatannya ke masa beberapa bulan yang lalu. Beberapa karya yang sudah ia terbitkan tidak lain adalah kisah nyata kehidupannya sendiri.-eight months ago-"Ceraikan aku!" teriak Amel pada Candra di hari ke empat lebaran idul fitri itu."Aku nggak mau, tolong jangan seperti ini bunda!" jawab Candra yang baru saja di bangunkan Amel dari tidurnya. Bukan tanpa sebab Amel membangunkan laki-laki yang sudah mendampinginya selama 8 tahun itu. Ia yang baru saja mengetahui bahwa Candra ternyata sudah berselingkuh, dengan seo
"Kapan kita akan jadi orang kaya, kalau kamu tidak mengijinkanku untuk menikah lagi?" tukas Candra tanpa rasa malu."Astagfirullah...." gumam Amel, menatap lekat pada kedua netra Candra."Kamu tau kan, di agama kita laki-laki di perbolehkan menikah lebih dari satu kali, selama dia mampu?" imbuh Candra mencari pembenaran atas perbuatan dzolim-nya."Apa kamu sudah merasa mampu?" tanya Amel ketus."Ya, aku memang yakin mampu," jawab Candra dengan entengnya."Candra! Lihat aku!" titah Amel."Kamu lihat saat ini aku dan anak-anakmu tidur dimana?" tukas Amel penuh penekanan.Candra tidak menjawab."Kenapa diam!""Apa kamu malu dengan ucapan kamu yang tadi, yang mengaku sudah mampu?""Aku dan kedua anakku saja, masih tidur di rumah ibumu!""Dimana aku harus banyak bersabar dengan sifat ibumu yang juga kerap membuat masalah! karena aku dan anak-anakku masih menumpang di rumahnya!" tutur Amel tanpa jeda."Tapi kamu juga harus tau satu hal lagi Amel, di agama yang kita anut, juga memperbolehkan
Sejak kepergian Amel dan kedua anaknya yang secara diam-diam, tentu membuat riuh suasana di kediaman orang tua Candra, tempat dimana selama 3 tahun terakhir ini Amel dan anak-anaknya tinggal."Udah, biarin aja Amel pergi. Itu sudah keputusannya dia. Nggak perlu kamu cari lagi," tukas ibunya Candra."Tapi Amel bawa anak-anakku mak! biar gimana pun, aku tetap akan mencari mereka!" sahut Candra pada ibunya.Ibunya mendengus kesal atas jawaban Candra.Tahun ke tiga pernikahan Amel dan Candra, sang ibu pernah meminta Candra untuk meninggalkan Amel. Dengan alasan Amel tidak bisa menempatkan diri sebagai menantu di keluarga besar Candra. Namun itu hanyalah alasan sang ibu semata. Fakta yang terjadi tidak lain adalah masalah keuangan yang seluruhnya di kendalikan oleh Amel sebagai istri."Kalau aja kamu belum punya anak, emak sudah minta kamu ninggalin Amel!" ketus bu Yati pada Candra sang putra.Candra tidak sedikit pun melakukan pembelaan terhadap Amel, ia hanya diam bag kerbau yang di tusu