"Apa menurutmu aku begitu mudah tertipu?""Aiden," potong Rebecca."Diam!" bentak Aiden.Ekspresi Rebecca terluka dan sedih, Eva mencibir saingannya. Eva menegakkan punggungnya lalu menatap wajah Aiden tanpa rasa takut."Apa yang dikatakan Rebecca benar," katanya, "Tapi aku juga merencanakan masa depan.""Oh begitukah?" tanya Aiden."Hotel itu adalah hadiah darimu yang diberikan dengan murah hati, tetapi kita berdua tahu kalau aku tidak tahu cara mengelolanya," kata Eva, "Aku ingin hotel ini diberikan kepada seseorang yang lebih berpengalaman mengelolanya daripada aku, seseorang yang dapat menjadikan hotel ini jaya."Eva dengan terampil menyikat kelopak sakura dari bahu Aiden, dan membiarkan suaranya menjadi menggoda, "Selain itu, aku tidak akan punya waktu untuk mengelola hotel ketika diriku hamil."Aiden tampaknya mengabaikan rujukan Eva pada kehamilan, Aiden cemberut padanya. "Kenapa tidak?"Eva mengutuk secara mental."Ada alasan lain, Aiden," katanya dengan tatapan putus asa pada
"Melamarmu?" Aiden tanpa sadar menepuk saku dengan kotak beludru, "Sepertinya itu ide yang bagus."Ekspresi Eva menjadi sulit dibaca. Lelucon yang tidak lucu, pikirnya, Aiden tahu aku ingin bercerai.Seorang pelayan menyela pikirannya, menawarkan handuk hangat di atas nampan. Eva mengambil handuk, dengan perlahan menyeka tangannya saat Alfred muncul kembali di restoran. Alfred melirik Aiden dan Eva, dia ingin mengatakan sesuatu kepada Aiden tetapi Aiden tidak ingin mengganggu momen mereka dan membuat bosnya marah. Aiden meletakkan jarinya di atas meja dan berbicara kepada Alfred, "Mulai sekarang, aku ingin biaya pengobatan pengasuh Eva diambil langsung dari rekening keluarga."Eva tanpa sadar memetik bunga sakura dari taplak meja, tapi dia membeku saat mendengar instruksi Aiden. Ketika Maria jatuh dari jendela tahun lalu, keluarga Malik menolak menanggung biaya pengobatannya karena wanita itu seharusnya lebih berhati-hati. Eva tertarik. Bahkan sebelum Aiden membekukan akunnya, dia kesu
Eva mengabaikan Aiden lalu menyesap sup di atas meja untuk menghilangkan rasa pahitnya.Kemudian Eva menyeka mulutnya dengan serbet, memotong steak lalu menyuapkan potongan itu ke Aiden. Aiden memakannya tanpa ragu, dia merasa senang karena Eva menyuapinya lagi. Eva segera menjatuhkan garpunya, lalu mengangkat ponsel untuk mengambil foto Aiden.Aiden dengan cepat mencoba merebut ponsel itu, tetapi Eva dengan cepat berdiri lalu menyembunyikan ponsel itu di belakang punggungnya.Daging steak itu dibumbui dengan lada hitam dan Eva dengan sengaja menggosokkan potongan daging itu ke bibir Aiden saat dia menyuapinya. Sedikit lada menodai bibir Aiden yang berhasil diabadikan Eva dengan kamera ponsel. Eva berjanji akan mengambil 75 foto Aiden. Jadi Eva memutuskan akan membuat setiap foto Aiden yang ia jepret menjadi sangat memalukan.Eva tahu Aiden ingin foto-foto candid yang ia ambil diposting online, jadi Eva berharap foto-foto itu akan merusak reputasi Aiden yang tanpa cela. Paling tidak,
Bayangan gelap muncul di atas sofa, dan Eva berbalik kaget melihat Aiden menjulang tinggi di atasnya.Ya Tuhan, seperti hantu saja. Jantungku hampir saja berhenti, pikir Eva.Aiden terlihat sangat marah. Dia baru tahu tentang pil itu, dan sekarang dia masuk saat Eva mengirim pesan kepada seseorang. Aiden langsung curiga kalau orang yang dikirimi pesan oleh Eva itu adalah Sebastian.Apa Eva tahu kalau Sebastian membiusnya? Aiden bertanya-tanya.Dia merasakan amarahnya menumpuk di dada, dan dia membayangkan semua cara berbeda yang bisa dia lakukan untuk membunuh Sebastian."Aku mengajukan pertanyaan, Eva, siapa yang kau kirimi pesan?" Aiden mengulangi.Aiden merasa darahnya mendidih di luar kendali, dia membungkuk lalu mengambil ponsel Eva. Eva memucat lalu meraih ponsel itu."Tidak! Jangan lihat ponselku!" dia berteriak.Aiden mengabaikannya lalu mengangkat ponsel itu setinggi mata."Kau melanggar privasiku, Aiden. Kembalikan ponselku!" protesnya.Aiden melihat pesan terakhirnya."Apa k
Aiden berbaring di tempat tidur, dia mengerutkan dahi dengan tatapan membunuh. Aiden bisa mendengarnya setiap napas dan suara yang Eva buat saat dia bergerak atau berbalik. Aiden tahu Eva tidak tidur. Terlebih lagi, aroma tubuh dan rambut Eva mengganggu Aiden dan bahkan membuatnya tidak bisa tidur.Sebagian dari diri Aiden tidak menginginkan apa pun selain memeluk istrinya seperti yang biasa Aiden lakukan dalam beberapa malam terakhir. Tapi dia tidak bisa memaksakan diri untuk melakukannya.Apa yang sebenarnya membuatku marah? pikirnya, Apa karena Eva berselingkuh dengan Sebastian tepat di bawah hidungku? Apakah aku percaya itu? Apa karena Eva mati-matian melindungi Sebastian? Atau karena Eva tiba-tiba menjadi dingin padaku?Bagi Eva, menit berlarut-larut seperti berjam-jam. Akhirnya napas suaminya mulai datang dengan ritme yang berat dan lambat, Eva lega karena Aiden akhirnya tidur. Lagi pula, sepertinya Aiden cukup minum untuk pingsan. Eva tidak bisa menahannya dan bangkit, dia berg
Eva menyantap sarapannya di restoran kecil dekat salah satu pusat perbelanjaan mewah di kota. Eva tahu kalau itu akan menarik terlalu banyak perhatian jika dia menggunakan kartu baru dari Aiden untuk menarik uang tunai, jadi dia berencana menggunakan kartu itu untuk membeli beberapa barang yang nantinya bisa dia kembalikan dengan uang tunai.Eva tiba di toko perhiasan diapit oleh detasemen pengawal. Saat Eva berjalan, mereka mengelilinginya seolah-olah dia bangsawan, membuat orang-orang yang berbelanja berhenti dan menatap. Eva selalu menarik perhatian tanpa akhir seperti ini.Pegawai toko pandai mengenali crazy rich, jadi mereka berduyun-duyun membantunya. Eva tampaknya adalah pelanggan penting, membuat semua pegawai berfantasi tentang komisi besar yang akan mereka dapatkan."Apa yang bisa saya bantu, Nona?" tanya seorang pegawai."Perhiasan apa yang nona cari? Gelang, cincin, atau kalung?" tanya yang lain."Beberapa perhiasan desainer edisi terbatas baru saja tiba," kata pegawai lain
"Apa? Aku tidak akan mengambil barang buangan darinya," teriaknya, "Aku hanya ingin kau tahu kalau aku adalah pelanggan VIP dan aku juga membawa banyak teman-temanku ke sini. Bukannya menghormatiku, kau justru bergegas untuk menyenangkan wanita itu. Aku ingin kau tahu, kalau kau tidak akan memiliki klien seperti dia setiap hari. Toko ini bergantung pada pelanggan sepertiku dan teman-temanku tetapi setelah hari ini kami pasti tidak akan kembali ke toko ini lagi.""Nona, saya minta maaf, saya pikir ada kesalahpahaman di sini," kata petugas itu."Apa? Kesalahpahaman?" wanita itu berteriak, "Aku dan teman-temanku semuanya menyaksikan apa yang kau lakukan. Beraninya kau berpura-pura kalau ini semua adalah salah paham? Bawa manajermu ke sini. Aku ingin mengajukan keluhan terhadapmu."Eva terus membaca majalah itu, mengangkatnya untuk menutupi wajahnya dari pandangan. Dia tidak ingin berurusan dengan wanita yang marah. Namun, nada suara mereka telah menarik perhatian pelanggan lain dan semaki
"Di mana Nyonya Eva?" tanya suara Alfred."Nyonya Eva berada di kamarnya sepanjang sore," jawab pelayan itu.Eva mendengar langkah kaki memudar di lorong. Aiden tidak masuk ke kamar. Salah satu pelayan mengetuk pintunya saat makan malam untuk memintanya turun ke bawah untuk makan. Suara pelayan membangunkan Eva yang mulai tertidur setelah mulai menjelajah internet lagi. Dia memperhatikan kalau pintu ruang kerja Aiden masih tertutup saat dia lewat.Eva ingat kedinginan abnormal Aiden di kamarnya tadi malam dan ketidakpedulian suaminya yang kejam pagi ini ketika Eva meneleponnya dari toko perhiasan. Tentunya Aiden tahu seberapa dalam dia mempermalukan Eva.Eva mengambil garpu dari meja, dia membayangkan menusukkan garpu itu ke dada suaminya, tapi Eva sendirian di meja ruang makan yang panjang."Dimana Aiden?" Eva bertanya, melihat ke arah pintu.Meskipun Eva tahu Aiden ada di rumah, namun, tidak ada jejak Aiden di mana pun. Eva merasa itu sangat aneh."Tuan Aiden mengatakan kalau dia me