Eva meletakkan gelasnya di atas meja tanpa menyesapnya.Aiden berjalan melintasi ruangan menuju meja. Alfred bergegas di belakangnya lalu menarik kursi ketiga di meja mereka."Aiden?" Eva bertanya, sedikit mengernyit, "Apa yang kau lakukan di sini?""Aku punya reservasi makan siang di sini," kata Aiden dengan santai."Reservasi?"Pelayan menoleh ke Eva, "Benar, Nyonya Eva. Tuan Aiden memesan meja ini.""Jika meja ini memang sudah dipesan terus kenapa kau membawa kami ke meja ini?" tanya Eva, frustrasi."Ketika Tuan Aiden membuat reservasi, beliau mengatakan kalau beliau akan makan siang dengan Anda," kata pelayan itu, bingung, "Saya berasumsi kalau Nyonya Eva mengetahui hal itu. Saya minta maaf jika saya melakukan kesalahan."Pelayan itu malu. Dia tidak tahu kalau Eva Malik akan membawa pria lain untuk makan siang. Eva merengut pada pelayan dan Aiden."Kapan sih aku pernah setuju untuk makan siang denganmu, Aiden?" Eva bertanya pada suaminya."Belum terlambat untuk setuju sekarang, Ev
"Aku merasa agak sesak," kata Eva tajam, sambil menggeser kursinya menjauh dari Aiden.Eva tahu kalau Aiden hanya menyentuhnya untuk membuat Sebastian cemburu. Aiden adalah orang yang seperti itu. Sebastian menggigit spageti tapi dia langsung muntah."Apa kau baik-baik saja, Sebastian?" tanya Eva, prihatin."Aku baik-baik saja, Eva," jawab Sebastian, melambaikan tangannya dengan gaya santai.Seseorang telah memasukkan banyak bubuk cabai ke dalam saus marinara milik Sebastian dan dia curiga mereka melakukannya atas perintah Aiden. Sebastian tahu kalau pria berkuasa dan pencemburu seperti Aiden tidak lepas dari trik seperti itu. Sebastian hanya bertanya-tanya bagaimana Aiden mengetahui kalau dia tidak dapat makan makanan pedas tanpa menjadi sakit."Apa sausnya tidak sesuai dengan seleramu, Dokter Sebastian Lewis?" tanya Aiden sok manis."Tidak. Ini enak," kata Sebastian sopan.Sebastian mengambil sesuap spageti lagi lalu memasukkannya ke dalam mulut. Ekspresinya tetap netral.Mata Aiden
Apa Aiden memiliki pekerjaan sampingan sebagai pencopet? Kenapa gerakan tangannya cepat sekali? Ini sudah kedua kalinya. Sebelumnya botol pil dan sekarang kartu nama.Eva tiba-tiba bersyukur karena dia memasukkan kartu itu ke dalam tempat logam hitam. Aiden tidak dapat melihat informasi apa pun di kartu itu tanpa membukanya."Apa ini?" tanya Aiden.Eva meringis lalu dia maju ke arah Aiden untuk meraihnya."Kau pencuri!" dia berteriak, "Kembalikan itu padaku, Aiden."Aiden meraih pinggang Eva lalu mengangkat lengannya di atas kepalanya. Tingginya lebih dari enam kaki, Eva tidak dapat mencapai kartu itu meskipun dia melompat."Tuan Aiden Malik yang terhormat, jaga citra Anda di depan publik," geram Eva, "Kita berada di tempat umum, dan itu hanya kartu nama. Jadi, kembalikan kartu itu padaku.""Hanya kartu nama? Ini?" Aiden bertanya, "Kalau ini hanya kartu nama biasa kenapa kau begitu gugup, Eva?" Aiden melihat wadah kartu nama yang diangkat di atas kepalanya."Itu bukan urusanmu," bentak
Alfred mengetuk foto untuk memperbesarnya. Eva melihatnya dari sudut mata, foto itu menyiratkan pasangan yang sedang jatuh cinta berciuman dengan penuh perasaan di depan pemandangan gunung yang indah dan pemandangan kota. Foto itu begitu jelas sehingga dia bisa melihat sedikit lidah Aiden menyentuh bibirnya. Hormon yang kuat sepertinya mengalir keluar dari foto.Wanita di foto itu terlihat sangat aneh baginya, pipi wanita itu memerah dan wajahnya menunjukkan emosi yang tidak bisa ia kenali. Eva tidak menyukai dirinya di foto itu. Melalui beberapa tipuan kamera, penerimaan ciumannya yang pasif tampak seperti gairah yang tak tertahankan."Aiden, kau 'sakit' ya!? Kenapa kau mengambil foto ini?" Eva mendesis."Kau tidak menyukainya, Eva?" Aiden bertanya dengan nada menggoda, "Kurasa aku bisa memperbesar foto ini dan menggantungnya di dinding kamar tidur kita."Aiden melihat pipi Eva yang memerah serta rambutnya yang tertiup angin, dia merasakan emosi yang tak tertahankan."Yah," kata Eva,
"Saya sudah mencoba menghubungi Bryan tetapi ponselnya mati," kata Mell, "Bryan adalah bintang yang sedang naik daun, dia bisa saja memiliki jadwal yang tidak kita ketahui. Sayangnya, Bryan masih belum menandatangani kontrak dengan agen manapun, jadi saya tidak bisa menghubungi mereka."Eva mendesah. Sangat khas Bryan untuk menjatuhkan bola lalu menghilang di saat kritis."Haruskah kita pergi ke rumah sakit, Eva?" Mell bertanya."Ya, kita harus," Eva mengangguk.Rebecca telah menempatkan Empire Hotel di tengah badai media. Meski Eva berniat menjual bagiannya di hotel, dia tidak ingin menarik perhatian pihak hotel. Jika Aiden mengetahui ada masalah, suaminya akan mencoba masuk lalu memperbaikinya. Akan semakin sulit untuk menyingkirkan hotel tanpa Aiden sadari.Eva meraih ponsel lalu berdiri dan mencoba meninggalkan kantor. Mell menghentikannya dan menunjuk ke sudut mulutnya. Eva mengangkat tangan untuk menyeka apa pun yang ada di sana. Ketika dia menarik tangannya, jari-jarinya ditutu
"Katakan saja," bentak Eva.Wajah Rebecca tiba-tiba menjadi gelap tapi kemudian kembali normal."Nyonya Victoria berkata kalau akhir-akhir ini Tuan Alaric Malik sedang dalam suasana hati yang buruk. Dia sangat menginginkan seorang cicit," kata Rebecca, "Kau tahu kan, kalau Nyonya Victoria tidak pernah benar-benar menyukaimu, Eva? Tapi lihatlah dia tidak melakukan apa pun untuk menghentikan pernikahan kalian karena Nyonya Victoria tahu betapa pentingnya ahli waris bagi suaminya. Jadi, Eva, bisakah kau punya bayi dengan Aiden secepat mungkin?"Eva menggelengkan kepalanya seolah ingin menjernihkan telinganya.Apa aku tidak salah dengar? Rebecca menuntutku punya bayi dengan Aiden? Mengapa Rebecca tiba-tiba memintaku agar punya bayi dengan Aiden? Bukankah selama bertahun-tahun ini Rebecca sudah berusaha mendapatkan Aiden untuk dirinya sendiri? Aneh sekali, pasti ada trik di sini!Jika Rebecca begitu mengkhawatirkan ahli waris keluarga Malik, kenapa tidak dia saja yang melakukannya dengan A
Tiba-tiba, pikiran Aiden dibawa kembali ke pelelangan oleh beberapa wanita yang bergosip di dekatnya."Pria tampan itu membeli cincin Cinta Tak Tertandingi," kata seseorang, "Aku ingin tahu wanita beruntung mana yang memiliki pria dan juga cincin itu?""Iya, aku juga penasaran," kata yang lain, "Tapi sepertinya Cinta Tak Tertandingi lebih mahal dari cincin Cinta Dalam Hidupku.""Sepertinya begitu," kata yang pertama, "Kau bahkan tidak bisa membandingkan Cinta Dalam Hidupku dengan Cinta Tanpa Tanding. Ya, cincin Cinta Dalam Hidupku mengandung berlian langka, tapi tidak sebesar berlian Cinta Tanpa Tanding.""Apakah keluarga Lewis masih memiliki cincin Cinta Dalam Hidupku?" sela wanita ketiga."Maksudmu keluarga dari kalangan medis yang terkenal itu?" yang pertama bertanya."Ya," jawab orang yang ketiga, "Kau tahu, Tuan Lewis muda juga sangat tampan. Aku pernah mendengar kalau Cinta Dalam Hidupku adalah pusaka keluarga Lewis, dan Dokter Lewis yang lebih tua hanya akan memberikan itu kepad
"Hah? Lucu dari mananya, Sebastian?" tanya Eva.Sebastian tertawa, "Aku merasa terhormat karena Aiden menganggapku sebagai lawan yang layak baginya."Aiden memandang rendah hampir semua orang. Fakta bahwa Aiden menganggap Sebastian sebagai ancaman berarti Aiden melihat Sebastian hampir setara dengannya.Eva tidak tahu harus berkata apa kepada Sebastian. Itu membuatnya tidak nyaman ketika Sebastian berbicara seperti itu."Kau tahu, kalau aku tulus dan tidak mengharapkan imbalan apa pun," kata Sebastian ketika merasakan ketidaknyamanan Eva, "Aku membantumu karena kita berteman, Eva," tambahnya lagi.Sebastian tahu seberapa keras usaha Eva untuk menolak Aiden, Sebastian takut kalau Eva akan menolak bantuannya jika Eva tahu sejauh mana perasaan Sebastian yang sebenarnya terhadap Eva. Racun dalam darah Eva entah bagaimana mengubah Eva menjadi wanita yang sangat pantang menyerah dan teguh.Mungkin racun itulah yang membuat Aiden sangat tergila-gila pada Eva, pikir Sebastian masam, Sekarang