Dion duduk dengan tenang di salah satu coffee shop di lobi Moulson Enterprise untuk mengawasi semua pergerakan. Adik sepupunya yang bernama Cindy sedang menjalani tes akhir untuk bisa diterima sebagai sekretaris CEO, Rex Milan Wilson. Dion harus memastikan jika Cindy bisa masuk tanpa kendala.“Ndan, yakin kalau Cindy bisa berhasil masuk ke dalam?” tanya Peter menyela. Dion menoleh pada Peter yang kini sedang menyamar menjadi salah satu pelayan di kafe tersebut.“Iya, Cindy gadis yang pintar,” jawab Dion tenang dari balik kacamatanya. Ia menyesap kopi yang disajikan oleh Peter. Peter menarik napas agak panjang dan tampak cemas.“Itulah mengapa saya masukin kamu ke sini. Biar kamu bisa ikut mengawasi Cindy. Kalau ada apa-apa sama dia, kamu bisa langsung menolong,” imbuh Dion lagi.“Baik, Komandan. Saya pasti akan terus mengawasi Cindy. Lagian, kenapa Komandan gak beli saja sih coffee shop ini?” tukas Peter menoleh ke samping. Manajer coffee shop sedang mondar-mandir mengawasi pelayanan
“Ada apa ini?” tegur Sebastian menyela konfrontasi tersebut. Ia sampai berjalan ke arah Cindy dan dua mantan calon kandidat Sekretaris CEO. Ketiganya langsung diam saat Sebastian datang.“Apa kalian tahu jika ini adalah kantor? Apa berdebat seperti ini dibenarkan?” Sebastian dengan dingin memarahi ketiganya. Cindy tidak mau membela dirinya. Dia sendiri bahkan tidak tahu siapa pria yang sedang menegur mereka.“Aku rasa itu bukan urusanmu, Tuan! Urus saja urusanmu sendiri!” pungkas salah satu gadis di depan Sebastian dengan sikap kurang hormat serta menantang.“Apa kamu salah satu kandidat sekretaris untuk CEO?” keduanya diam mengernyitkan kening tak mengerti. Mereka juga saling berpandangan. Sikap Sebastian tampak tidak ramah sama sekal. Sekalipun ia cukup tampan tapi dia cukup galak.“Maaf, Tuan siapa?” tanya Cindy dengan suara rendah. Sebastian menoleh padanya sekilas.“Namaku Sebastian Arson, aku adalah Vice CEO Moulson Enterprise. Jika salah satu dari kalian yang menjadi Sekretaris
Dion yang sedang mengawasi lobi utama n Enterprise mengernyitkan keningnya perlahan. Apa mungkin ia salah lihat saat menemukan sosok Venus sedang berjalan sambil melihat ke semua arah.“Venus,” sebut Dion memperbaiki kacamatanya. Ia menurunkan topi pet sebelum berdiri dan merogoh dompet. Dion meletakkan pecahan uang 100 dolar untuk harga kopi dan makanan yang tidak lebih dari 50 dolar.Sambil melihat ke segala arah, Dion memastikan tidak ada yang mengekorinya. Ia berjalan cepat menuju Venus dan menarik tangannya.“Ahhk!” pekik Venus kaget saat seseorang menarik tangannya. Venus hendak berteriak tapi tubuhnya terdorong ke arah dinding. Rasa kagetnya bercampur ketegangan dan kebingungan.“Dion,” sebutnya pelan saat melihat sosok pria yang melepaskan topi dan kacamatanya.“Apa yang kamu lakukan di sini?” Dion mencecar Venus dengan kedua mata membesar. Venus spontan menampar Dion yang terdiam memalingkan wajahnya. Setelah beberapa saat, Dion perlahan kembali menatap Venus yang memandangn
Peter Dumanuw kaget saat mendengar alarm kebakaran berbunyi. Seperti SOP yang telah dipelajari, jika ada alarm yang berbunyi maka seluruh pegawai berhenti lalu berkumpul untuk kemudian keluar dari bangunan Moulson secara teratur. Terlihat Natasha Cadrell sedang mengatur anak buahnya untuk berkumpul dan pergi.“Peter!” panggil Natasha sedikit mencicit. Peter yang sudah ingin kabur dari jalan depan, mencebik lalu sedikit berlari ke arah Natasha.“Tolong ke ruanganku dan ambil tasku. Cepat, sekarang!” perintahnya menunjuk pada Peter. Peter mengernyit bingung dan terperangah tak percaya.“Huh, apa?”“Ambil tasku cepat!”“Tapi alarm─”“Iya aku tahu. Ayo sana cepat! yang lainnya segera keluar dan berkumpul di tempat yang aku perintahkan!” Natasha dengan seenaknya memerintahkan Peter kembali ke ruangannya sementara untuk yang lainnya malah berkumpul di titik di depan lobi.“Tapi, ahhk!” Peter mengomel keras dan ingin protes. Ia tidak ingin menggadaikan keselamatannya demi tas tangan seorang
“Kalian kejar laki-laki itu! jangan sampai lolos!” teriak NLE Black memerintahkan tiga orang anak buahnya untuk mengejar Peter yang berhasil melarikan diri ke dalam bangunan perkantoran Moulson Enterprise. Sedangkan dirinya dan dua orang anak buahnya yang lain akan mengejar Dion yang berhasil melarikan diri menggunakan mobil.Dengan menggunakan Mustang, NLE Black membelah jalanan demi mengejar Dion yang mengebut masuk ke jalan raya. Dion sampai menikung di jalan dan lorong kecil agar bisa lolos dari NLE Black.“Jangan sampai dia melarikan diri ke jalan utama. Blokir dia sekarang!” perintah NLE Black pada anak buahnya yang sedang menyetir.Sementara Dion terengah mengatur napasnya begitu tegang mengganti gigi persneling sebelum melaju lebih kencang. Mobilnya nyaris memutar tapi ia lolos dan akhirnya bisa leluasa meluncur.“Aku harus ke jalan utama!” gumam Dion menekan pedal gas dan meluncur lebih kencang meski mobil serasa sedikit melayang. BHUM – mobil Dion sempat terentak di jalan ya
“Tidak ... Tidak mungkin. Apa kamu yang membunuhnya?” ujar Venus menggeleng tak percaya. Rex Milan yang semula bahagia menyampaikan berita itu pada Venus kini memudarkan senyumannya.“Tidak. Untuk apa aku melakukan hal itu? Kenapa kamu menuduhku seperti itu? Aku ini adalah Suamimu, Venus,” balas Rex Milan dengan kening sedikit mengernyit. Venus masih memandang Rex Milan dengan mata berkaca-kaca. Entah mengapa napasnya semakin sesak saat mendengar kematian Dion.“Bagaimana itu bisa terjadi?” gumam Venus tanpa menjawab pertanyaan Rex Milan sebelumnya. Rex Milan sedikit mengeraskan rahangnya tapi ia benar-benar menyembunyikan perasaannya dengan sangat baik.“Aku tidak perlu membunuhnya, Venus. Pria itu memang bukan pria baik yang akan mendapatkan karma buruknya sendiri. Jika kamu berpikir aku melakukan kejahatan seperti itu, itu salah besar,” ucap Rex Milan meyakinkan Venus. Ia tetap menatap mata Venus dengan raut wajah yang serius.“Dion, dia adalah Suamiku,” sebut Venus dengan suara ya
Venus menunggu cemas sambil meremas tangannya di kamar. Waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam. Ia tidak akan bisa beristirahat sampai mengetahui kondisi Dion yang sesungguhnya. Ponsel yang disimpan Venus pun bergetar. Dengan cepat Venus menyambar dan menerima panggilan dari ibunya.“Mom?”“Ada berita buruk, Sayang. Sepertinya Rex Milan benar. Dion sudah tiada.” Venus langsung menutup mulut dengan sebelah tangannya. Ia terduduk di sofa dalam kondisi lemas.“A-Apa?” sahut Venus terbata-bata.“Maafkan, Mommy. Mommy baru saja mendapatkan kabar dari NYPD. Mobil Dion terbalik dan terjadi perampokan di jalan yang mengakibatkan dia terkena tembakan serta kecelakaan itu.” Venus menggeleng tak percaya dengan apa yang didengarnya.“Tapi dia ... aku ....” Venus menjeda dan tercekat tidak bisa bicara. Rasanya semuanya berhenti di tenggorokannya.“Sebaiknya kamu beristirahat dan jangan pikirkan soal Dion dulu. Besok Mommy akan melihat apa yang bisa dilakukan untuk memberikan pemakaman yang layak b
Berita soal kecelakaan Dion akhirnya memenuhi channel berita malam. Rekaman saat mobil Dion yang sudah terbakar beredar. Dewi dan anaknya Cindy juga Peter dan Jasman sama-sama duduk di ruang tengah menyaksikan berita itu.“Sekarang bagaimana, Ma? Apa aku harus terus kerja di perusahaan itu? Aku emoh ah, Ma, kalo Mas Dion ndak ada,” ujar Cindy sedikit merengek manja. Dewi mengambil sebelah tangan Cindy dan menggenggamnya.“Kalau kamu ndak mau, Masmu ndak memaksa. Itu semua terserah sama kamu. Tapi kalau kamu masih mau membantu, Dion meminta agar kamu tetap di sana untuk memantau mengumpulkan informasi terutama soal Venus.” Dewi kembali menjelaskan. Cindy diam menatap ibunya. Ia masih ingin menolong Dion tapi pekerjaan mata-mata yang dilakukannya bukan tanpa risiko.“Saya bersedia tetap bekerja di gedung itu agar bisa mengawasi dan membantu Dek Cindy, Tante,” celetuk Peter tiba-tiba menyela. Jasman sontak menyikut temannya itu lalu mendelik.“Jangan nyari kesempatan lu!” Jasman berbisik