Sang ibu mondar-mandir di ruang duduk rumahnya, dia terlihat sangat gelisah sesekali matanya menatap pintu depan yang tidak juga terbuka, padahal hari sudah akan beranjak senja.
Suaminya tadi pagi bilang akan pergi dengan teman-temannya untuk memancing, tapi sampai sekarang belum juga kembali, ponselnya juga tidak dapat dihubungi, sang ibu kembali berjalan dengan resah.“Tuan besar sudah datang, Nyonya,” kata seorang pelayan memberi tahu.“Terima kasih, di mana suami saya?”“Sekarang masih di depan bicara dengan Pak Hadi.”Sang ibu tahu jika bicara dengan Pak Hadi, sopir keluarganya, tentu tak akan jauh-jauh dari mobil dan berbagai pernak-perniknya. Setelah Raffael mengambil alih bisnis keluarga memang sang suami sangat menikmati hidupnya dengan menjalankan semua hobinya yang dulu jarang dia kerjakan.“Ayah,” panggilnya pelan.Sang ayah tersenyum memandang istri tercintanya itu, w“I..ibu, ayah, ehm kalian datang, mari silahkan masuk.” “Ini yang kamu lakukan pada Ana.” Ibu mertuanya memang sosok yang lembut dan ceria tapi saat dia marah seperti sekarang ini terlihat sangat mengerikan. “Panggil Raffael kemari.” “Ehm, ibu Bella bisa menjelaskan semuanya.” Untuk pertama kalinya Bella mendengar wanita yang selalu baik padanya itu berteriak memerintahnya dan ini semua karena Ana, seketika amarah menguasainya, tapi tentu saja dia tidak bisa berbuat apa-apa di depan kedua mertuanya. Raffael yang diberi tahu orang tuanya datang, langsung bergegas menemui mereka, dan langkahnya dipercepat saat mendengar keributan.Dan betapa terkejutnya Raffael saat melihat sang ibu memarahi Bella.Ruangan itu terasa menegang. “Jadi kamu ingin membawa Ana kemari untuk kamu jadikan pembantu, keterlaluan kamu Raf,” kata sang ibu dengan kekecewan yang mendalam.
Ana memang baru tahu kalau Sifat Bella tak semanis yang dia tampilkan di depan kamera. Sebelumnya memang mereka tak terlalu kenal dekat meski tak jarang bertemu di lokasi syuting, bahkan bisa disebut mereka adalah saingan dalam mendapatkan kursi sebagai artis terbaik, tapi menurut Ana itu hal yang sangat biasa, dimanapun pasti akan ada persaingan, selama persaingan itu sehat, dan sekarang mereka bersaing untuk mendapatkan perhatian suami mereka. Oh ... Ana tentu sangat paham kepada siapa hati suami mereka condong, tapi Ana bukan orang yang mudah menyerah, dia tak akan bisa mencapai semua ini jika dulu dia menolak tawaran Adam dan mau bekerja keras mencapai cita-citanya, meski Ana bukan sosok yang ambisius yang tak mengenal kata tidak, tapi tetap saja dia akan lebih memilih berusaha sekuat tenaga dulu. “Mari saya bantu bawakan ke dalam, Mbak.” Ana menoleh lalu tersenyum pada bibi yang menawarkan bantuan untuknya.
Ana teringat dengan tiket bulan maddu hadiah dari ibu mertuanya tadi. oh... astaga, dia akan berbulan madu, akhirnya dia bisa menikmati momen itu dan bonusnya suaminya juga adalah laki-laki yang dicintainya, pipi Ana menghangat seketika teringat malam-malam yang telah dia lalui dengan Raffael. “Kenapa kamu mengajukan cuti tambahan?” tanya Adam kentara sekali dalam nada suaranya kalau dia tidak setuju. “Aku mendapat hadiah paket bulan madu dari ibu,” kata Ana dengan nada bahagia yang tak dapat dia sembunyikan. “Ibu?” “Ibu mertuaku, ibunya Raffael, dia sangat baik, Mas juga tahukan kalau dia itu salah satu fansku.” “Syukurlah kalau beliau baik padamu.” “Iya, Mas, aku bahkan tak menyangka mereka baik padaku, kupikir karena mereka orang kaya akan sombong dan sok gengsi.” “Bagaimana dengan Raffael dan Bella.” “Mereka juga baik.” Cepat terlalu cepat Ana me
Dulu saat sang nenek pergi meninggalkannya sendiri di rumah, Ana akan langsung merengek minta ikut, kepergiaan orang tuanya membuat Ana ingin selalu bersama satu-satunya orang yang dia cintai di dunia ini, tapi seiring kedewasaannya, Ana menyadari dia tak akan bisa selalu bersama dengan orang yang dia cintai, ada kalanya mereka harus terpisah sesaat untuk bisa mendapatkan hal yang lebih baik. Ana tidak akan menyangka kalau dalam acara bulan madu juga dia akan ditinggal sendiri. Sangat lucu bukan kalau ternyata sang pengantin tidak ikut serta dalam bulan madu tersebut. Akan tetapi lagi-lagi dia tak mampu untuk berbuat banyak, cinta di hatinya yang begitu besar untuk Raffael, juga karena pernikahan mereka yang memang bukan berlandaskan cinta membuat semuanya memang tak seperti biasa. “Apa memang harus seperti itu?” tanya Ana seolah meyakinkan dirinya sendiri, bahwa Raffael mungkin saja akan merubah keputusannya ini. “Memang harus begitu.”
Raffael menatap wanita yang menjadi istri mudanya ini dengan mata memicing, tapi dia menghembuskan napas keras, karena sadar ada sopir yang bisa mendengar ucapan mereka, memang sang sopir adalah orang kepercayaannya dan sudah bekerja lama, tapi sekali lagi yang dia hadapi adalah orang tuanya sendiri, Raffael tidak mau ada kesalahan sedikitpun. “Sesuai jadwal,” jawabnya singkat, lalu berkutat lagi dengan tablet di tangannya, tak lagi memperdulikan Ana yang terus saja memandangnya. “Luar biasa, ibu benar-benar menyiapkan semuanya dengan baik untuk kalian,” kata Bella saat melihat kamar president suite dengan view pantai yang sangat romantis, juga paket bulan madu yang baru saja dijelaskan pihak hotel pada mereka.“Jangan sedih sayang, yang penting sekarang kita yang berbulan madu, ibu memang terlalu baik jadi mudah dimanfaatkan oleh wanita licik seperti Ana.” Bella tersenyum samar saat mendengar nada kebencian dalam kalimat Raffael saat mem
Raffael menatap tablet di tangannya dengan muka pias, kemarahan ayahnya di ujung sana membuat kantuknya seketika lenyap, apalagi terdengar kalimat kecewa dari sang ibu, membuat Raffael merasa bersalah.Raffael tak menyesali meninggalkan Ana sendiri dan malah berbulan madu dengan Bella menggunakan tiket yang sebenarnya untuk Ana, tidak, dia sama sekali bukan merasa bersalah karena itu. dia merasa bersalah karena telah membuat orang tuanya kecewa, hatinya memang tak bisa dibohongi dia tak memiliki cinta untuk Ana. “Ada apa, Raf, apa ada masalah?” Bella yang barusan terbangun memandang tak mengerti pada Raffael yang hanya duduk diam, wanita itu lalu membenarkan selimut untuk menutupi tubuhnya dan melongokkan kepalanya pada tablet yang ada di tangan Raffael. ‘Raffael Alexander liburan bersama di Bali dengan Isabella’Bella langsung merebut tablet di tangan Raffael, judul artikel itu membuatnya shock, dengan cepat tangannya meng
Sesampainya di Bali, Ana langsung di antar ke kamar hotel yang sangat luas, disana Raffael sudah duduk dengan tenang di atas Ranjang. “Ada apa sebenarnya, Raf, bukankah kamu memintaku berada di hotel dekat bandara?” tanya Ana yang masih kebingungan, orang-orang kepercayaan Raffael, ternyata sangat patuh dan tetap bungkam meski Ana berkali-kali menanyakan alasan dia dibawa ke Bali. “Jangan banyak tanya, kita akan belanja oleh-oleh untuk semua orang, segera bersiap.” “Hah?” Raffael berdecak kesal, dia melotot pada Ana yang hanya bengong di depan pintu. “Apa kalimatku tadi kurang jelas, kamu tidak mempunyai masalah dengan pendengaran bukan,” katanya ketus. “Oh...hmm iya sebentar aku akan bersiap.” Ana terlihat salah tingkah saat Raffael menggandeng tangannya lembut, mereka berjalan dengan tenang, langit hari ini juga sangat bersahabat, matahari memang bersinar cerah, dia seolah tersenyum memanda
Ana bukan orang yang merasa ponsel adalah belahan jiwanya. Saat Raffael menyita ponselnya, setelah dia menghubungi orang-orang yang mungkin saja menghubunginya, termasuk sang nenek dan Adam, Ana langsung memberikannya dengan suka rela, terlalu lama hidup susah sehingga yang terpikir dalam otaknya adalah bekerja dan bekerja, soal komunikasi tentu sang manager sudah bisa menghandlenya. Pun untuk media sosial, Ana jarang sekali menggunakan media yang sedang digandrungi banyak orang itu, bukan karena tidak suka, tapi karena malas saja, adam juga sudah mengatur semuanya mempekerjakan seorang gadis manis yang menurut Ana sangat baik dan smart untuk menghandlenya, dia hanya tingga berpose untuk mengambil beberapa gambar kegiatannya selama ini. Sudah hanya itu. dia tak ingin memperumit hidupnya. Tapi sekarang Ana menyesali pemikirannya yang terlalu naif itu, dia bahkan hanya menatap tak mengerti dengan pertunjukan di depannya ini.