Share

89. Adu Panco

Maksud hati hendak melanjutkan tadi yang sempat tertunda, tetapi apalah daya, mood Aminarsih langsung turun drastis setelah mendengar permintaan Opa Wijaya. Emir sudah berkali-kali merayu, agar tak perlu khawatir, karena ada dirinya yang akan selalu bersama Ami. Namun, kenangan lalu yang begitu kelam membuat Ami merasakan sesak di dadanya saat ini. Jika ia akan berangkat besok malam ke Lombok, itu tandanya besok pagi ia harus segera bertemu dengan Devano.

Mau menolak tidaklah mungkin, karena Opa Wijaya sudah berbuat banyak untuk dirinya dan juga Amira. Saat ia menyetujuinya, hati dan dadanya terasa sesak.

"Sayang, ini sudah sangat malam. Sudah jam dua belas. Ayo, tidur," bujuk Emir sambil mengusap rambut Ami dengan penuh sayang.

"Besok bagaiamana, Pa? Ibu takut," cicitnya sambil menggigit bibir bawahnya.

"Kalau Ibu takut, biar Papa yang temui lebih dlu, bagaimana?" 

"Mmm ... ya udah, Papa yang duluan kete
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status