Wajah Regina terlempar ke samping usai menerima tamparan FreyaRegina memejamkan matanya. Dari ujung matanya dia melihat ibunya acuh tak acuh duduk di sofa melihatnya ditampar oleh Freya. Bahkan tidak berusaha melerai mereka seolah dia sangat mendukung Freya. Sudut bibir Regina terangkat. Benar, Freya selalu menjadi kesayangannya dan selalu tutup mata setiap kali Freya menindasnya. Tangannya terkepal di sisi tubuhnya mencoba menenangkan dirinya. sekarang dia tidak bergantung lagi pada keluarga Hadley, dia tidak ingin terus diintimidasi dan tidak bisa melawan. Regina mengatur wajahnya dengan topeng tanpa ekspresi sebelum menoleh menatap Freya.“Merampok suamimu? Apa kamu berdelusi? Jika kamu ingat dengan benar, kamulah yang kabur dari pernikahanmu dan kawin lari dengan pria lain tapi menuduhku merampok suamimu.” Dia berkata dengan penuh sindiran.Wajah Freya memerah malu dan marah diingatkan dengan perselingkuhannya. Dia sangat menyesal meninggalkan kekasihnya yang sempurna demi pria
“Benar, bukan kakak?” Dia menyebut sebutan kakak dengan ekspresi mencemooh.Georgina tidak bisa berkata, lalu melirik putri sulungnya cemas. Regina sudah menjadi begitu tanggung hingga dia tidak bisa mengendalikan dan mengintimidasinya lagi.Freya memucat sambil menggertak gigi.“Regina, jangan sombong! Dixon selalu mencintaiku dan tidak berhenti untuk mencariku! Kamu hanya dianggap sebagai penggantiku!”“Oh terus kenapa?” ekspresi Regina tidak berubah menjadi sakit hati yang diharapkan Freya.“Kamu sebaiknya bercerai dengan Dixon sebelum dia membuangmu!” desis Freya menatapnya puas.Regina balas tersenyum. “Itu tidak akan terjadi. Aku tidak akan bercerai dengan Dixon dan suamiku tidak akan menceraikan aku,” ujarnya menyebut kata ‘suamiku’ penuh tekanan.Jika dia bercerai dengan Dixon, keluarga Hadley akan membuangnya dan kembali menjodohkan dengan seseorang yang mungkin lebih buruk daripada Tuan Smith daripada membiarkannya sia-sia menjadi janda.Regina bertekad tidak akan bercerai d
Regina pulang tepat pukul tujuh malam dengan tangan penuh kantong belanja. Dia melepaskan sepatunya merasa kakinya sangat pegal. Ketika Regina masuk ke apartemen, dia melihat keberadaan Dixon yang menunjukkan suaminya belum pulang. Regina menghela napas lega. Dia belum siap menghadapi pria itu setelah pertemuannya dengan Freya.Regina menyimpan belanjaannya di kamar dan dengan cepat ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. dia merasa sangat gerah karena seharian berkeliling mal. Regina lupa mengunci pintu kamar mandinya.Pada saat itu Dixon pulang dan masuk ke apartemennya. Dia melepas jasnya ke sofa dan melonggarkan dasinya dengan ekspresi muram. Dia sudah menerima berita bahwa Freya sudah kembali ke kediaman Hadley.Kekasihnya itu akhirnya keluar dari persembunyiannya hanya beberapa waktu setelah pernikahannya.Dixon tidak merasa kebahagiaan seperti yang dia harapkan. Suasana hatinya rumit. Tenggelam dalam pikirannya, Dixon menuju kamar mandi dan tidak menyadari suara air shower y
Regina berlari keluar dari kamar mandi dengan perasaan malu. Dia berhenti di depan pintu kamar mandi. Wajahnya memerah padam. Regina meletakkan tangannya di depan dada. Dia dapat merasakan jantungnya berdegup kencang. Dia menoleh memandang kesal pintu kamar mandi yang tertutup.“Dasar orang mesum.” Dia menggertak gigi malu dan marah. Dia merutuki dirinya sendiri karena tidak mengunci pintu hingga membuat Dixon masuk dan melihatnya dalam mandi telanjang.Regina memukul kepalanya untuk mengusir bayangan kenangan di kamar mandi beberapa saat yang lalu. pipinya memerah mengingat ereksi keras pria itu di balik celananya.Apa dia terangsang melihatnya?“Hentikan Regina!” Regina memukul kepalanya sekali lagi dengan pipi semakin merah.Dia buru-buru menuju kamar tidurnya dan mengunci pintunya. Regina berganti pakaian dengan piama celana pendek dan lengan pendek. Dia berjalan mandar mandir di kamarnya. Dia merasa lapar dan ingin memasak. Namun dia takut dan malu jika bertemu dengan Dixon sete
Dia berdeham datar tidak ingin membuat dirinya terlihat malu.Dia berkata dengan ekspresi datar. “Aku menghentikan pendarahanmu untuk mencegah infeksi.”Regina tersipu mengingat cara pria itu menghisap jarinya.“Tidak perlu dengan cara seperti itu juga, kan.”Dixon mengangkat bahu acuh tak acuh. “Aku sering melihat itu yang dilakukan ayahku pada ibuku.”“Oh.”Lalu suasana menjadi hening di antara mereka.Regina mati-matian mencoba tidak mengingat kejadian di kamar mandi dan pemandangan ereksi keras Dixon di balik celananya.Dixon berbalik dan membungkuk membuka laci meja dapur dan mengeluarkan kotak P3K paling bawah.Dia meletakkan kotak itu di atas meja kitchen set dan mengulurkan tangannya pada Regina.“Obati lukamu sebelum kena infeksi.” Suara Dixon terdengar memerintahnya.Regina menggerutu dalam hati menyalahkan pria itu yang menyebabkan lukanya. Tanpa banyak bicara dia memperlihat jarinya yang terluka a pada Dixon.Dixon melirik jari mungilnya yang tergores masih mengeluarkan se
Berbaring di ranjangnya, Regina menatap kosong langit-langit kamar yang gelap. Lampu tidur samping ranjang membuat kamar itu terlihat remang-remang.Setelah makan malam, Regina langsung melarikan diri dan mengurung diri di kamarnya sendiri.Tidur bersama.Pipinya bersemu mengingat ucapan Dixon. Panik dan gelisah menyelimuti hatinya. Untuk pertama kalinya setelah menikah ini pertama kalinya mereka di tidur di ranjang yang sama.Apa yang harus aku lakukan? Apa ini akan jadi malam pertama?Pipi Regina semakin merah dan sangat gelisah. UntunglahPintu kamar terbuka.Regina tersentak panik dan berbalik membelakangi pintu. Dia menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya sambil memejamkan mata gelisah.Dixon mengangkat alis melihat sosok Regina tertutup sepenuhnya dengan selimut sambil membelakanginya. Sudut bibirnya terangkat geli.Dixon hanya mengenakan piama hitam. Tanpa menyalakan lampu, dia berjalan dengan langkah tenang mendekati ranjang.Jantung Regina berdebar kencang mendengar l
Dixon berguling menindihnya. Tubuhnya yang keras dan besar mengurungnya. Dia duduk, meraih atasan piamanya dengan kedua tangannya dan dengan tarikan keras merobek bagian tengahnya,Regina tersentak dan terkejut oleh keganasannya. Mata pria itu menatapnya tajam dan penuh nafsu pada bagian tubuh atasnya telanjang yang membuat Regina malu.Dia mengalihkan pandangannya malu dan canggung berusaha menutupi dadanya.“Lihat aku ....” jemari Dixon mencubit dagunya dan menarik agar menatap wajahnya.“Apa kamu pernah tidur dengan seseorang sebelum menikah denganku?” Dia menatapnya tajam dan mengintimidasi.Regina mengerut keningnya agak tidak senang di dalam hatinya. Dia bukan seseorang suka bergaul apalagi melakukan seks bebas di luar negeri.“Tidak pernah, tapi aku ingat seseorang yang pernah memperkosaku dan mengambil keperawananku. Aku masih mengharapkan permintaan maaf.” Dia berkata dengan gigi terkatup.Bukan maksud Regina menghancurkan suasana intim di antara mereka. tapi dia sangat tidak
“Tu-tunggu Dixon—Aaaahhh ....” teriakannya melengking saat kejantanannya memasukinya dalam sekali hentakan.Air mata mengalir di pipi Regina. rasanya sakit, jarinya menggali ke punggung pria itu hingga meninggalkan bekas cakaran. Meski sudah kehilangan keperawanannya, dia tetap tidak tersentuh selama satu tahun.Dixon menunduk membenamkan wajahnya di lehernya untuk meredam erangan nikmatnya. Keringat mengalir di dahinya merasakan liang ketatnya mencengkeramnya.“Kamu sangat nikmat,” bisiknya serak menjilat keringat di lehernya.Regina merintih merasa sangat tidak nyaman dan sakit. k“Sakittt ....” rintihnya tidak nyaman mencoba mendorong Dixon merasakan pria itu bergerak perlahan dalam dirinya.“Rileks sayang, kamu sangat sempit.” Dixon menggeram serak. Dengan nafsu yang lapar dia mencium bibirnya sambil menunggu dia tenang. Meski sudah tidak perawan, istrinya masih seketat seperti perawan. Dixon mengerang menggerakkan pinggulnya tanpa melepaskan bibirnya dan menggunakan lidahnya memb