Regina keluar dari kamar mengenakan jubah mandi tebal. Dia menatap ke sekeliling dan tidak melihat keberadaan Dixon di ruang tamu. Dia mendengar suara samar-samar air shower di kamar mandi.Tampaknya Dixon sedang mandi, pikirnya berjalan menuju sofa ruang tamu dan menghidupkan TV selagi menunggu Dixon selesai mandi agar bergantian.“Regina!”Regina menoleh ke arah pintu kamar mandi dan melihat pintu dibuka sedikit. Dia melihat pundak kekar nan basah yang telanjang Dixon dari celah kecil pintu itu.Entah kenapa pandangannya terpaku pada pundak telanjang dan memikirkan sosoknya di balik pintu tidak mengenakan apa pun. Semalam dia tidak bisa melihat tubuh Dixon sepenuhnya.Regina tercengang buru-buru mengalihkan pandangannya dan memukul kepalanya.“Apa yang kamu pikirkan sih, Regina?” bisiknya pelan pada dirinya sendiri.“Regina!” Kali ini setengah tubuh Dixon menjulur keluar dan memanggilnya. Dia menatapnya dari balik celah pintu. Sebagian dada bidang dan pinggangnya ramping terlihat.“
Hal yang dia sesali karena melihat secara langsung kejantanannya yang mengancung tegak. Regina menahan napas tampak tercekat. Matanya melebar, mulutnya terbuka dengan pipi memerah.Dia ... sangat besar. Mengapa dia menyadarinya?! Dia pernah merasakannya, namun tidak menyadari akan sebesar itu!Bagaimana .... bagaimana bisa ‘itu’ memasukinya?!Regina meringis merasakan membayangkan rasa sakit dan nikmat di saat bersamaan. Dia dapat merasakan kesemutan di pangkal pahanya.“Senang dengan milikku?” Suara Dixon terdengar serak dan menggoda berbisik di telinganya.“Kya!” Regina berteriak menutupi wajahnya malu dan berbalik memunggunginya.“Ka ... kamu! bagaimana milikmu bisa begitu besar!” Regina berteriak dengan tangan menutupi wajahnya.Dia merasakan tubuh Dixon menekan punggungnya dan memeluknya dari belakang. Dia mengecup pundaknya naik ke telinganya dan berbisik serak.“Bukankah itu sangat memuaskanmu?” bisiknya dengan suara berat menggosok ereksinya yang keras ke pantat kenyal istriny
“Aaah ....” Wajah Regina memerah padam, napasnya tak beraturan. Tangannya mencengkeram lengan bawahnya berusaha menghentikannya.“Hentikan,” desisnya gusar menahan erangannya.“Kamu basah sayang. Kamu terangsang,” balas Dixon dengan suara berat menggali di bibir bawahnya yang manis, sementara tangan satunya memijat buah dadanya.Regina mendesah. Pipinya bersemu merah, napasnya terengah-engah. Perlawanannya menjadi lemah diserang di titiknya yang mengguncang saraf nafsunya. Dia menggigit bibir bawahnya mencoba menahan suara erangannya yang memalukan.Dixon meliriknya dari ujung matanya dan menyeringai menikmati ekspresi istrinya lembutnya yang terangsang. Air shower membilas sabun di tubuh mereka.Regina memejamkan mata merasakan pahanya dibuka lebih lebar. Punggungnya di dorong membungkuk ke depan. Regina spontan memegang di dinding untuk menjaga keseimbangan dirinya.Tangannya Dixon meninggalkan buah dadanya dan meraih dagu Regina agar menoleh. Sorot matanya yang sayu dan berair mena
“Kamu tertarik pada Desainer?” tanya Xavier melihat sekilas gambar model baju di buka sketsa sebelum Regina menutupnya. Regina melirik bukunya dan mengangguk. “Ya, aku lulusan Tata Busana.”“Wow, itu luar biasa. Apa kamu bekerja di perusahaan Fashion?”Regina terlihat canggung. “Tidak, aku tidak bekerja.”Setelah lulus dari universitas Regina sempat bekerja di perusahaan fashion. Namun sejak kejadian skandalnya dengan Dixon, semua orang di Capital mencemoohnya dan Harion mengirimnya di luar negeri untuk menghindari rasa malu. Di luar negeri tidak ada yang memperkerjakannya hanya lulusan dalam negeri biasa.Bahkan setelah menikah, dia masih belum bekerja. Harion mengharuskannya menjadi ibu rumah tangga dan melayani Dixon agar bisa mendapat hati suaminya. Dixon tidak mengatakan apa pun yang mengharuskannya bekerja.“Oh begitu ....” Xavier mengangguk mengerti.“Lalu apa yang sekarang kamu hanya menjadi ibu rumah tangga dan melayani suamimu?”“Bisa dibilang begitu,” ujar Regina canggung
Membayangkan Dixon bersama Freya, bercinta di tempat di mana yang tak terlihat membuat dadanya sangat sesak dan sangat tidak tertahankan.Regina menundukkan kepalanya meremas tangannya erat.“Kalau begitu menurut kamu jika aku ... menginginkan hati pria yang menjadi milik wanita lain. Apa aku harus berjuang mendapatkannya?” Dia mendongak menatap Xavier dengan mata berkaca-kaca.Xavier terdiam dan menatapnya tanpa berkedip.“Apa pria itu sudah menikah atau memiliki kekasih?” tanyanya dengan hati-hati dan bingung. Regina sudah menikah dengan Dixon, apa dia menyukai orang lain.Regina berkedip sebelum menjawab lemah, “Tidak, dia punya kekasih. Dia memang sudah menikah denganku.”“Dixon? Aku sudah dengar bahwa Freya sudah pulang.” Xavier bertanya menatapnya dengan pandangan pengertian.Hubungan Freya dan Dixon cukup terkenal bahkan sendiri sepupu jauh pun tahu. Tidak mungkin untuk melupakan kekasih masa lalu, apalagi setelah menjalin hubungan bertahun-tahun.Regina mengangguk lemah.“Pas
“Apa yang kalian lakukan?”Suara Regina mengagetkan kedua orang itu hingga mereka berpisah. Dixon berbalik dengan cepat dan melihat istrinya di depan pintu dengan ekspresi tertegun. Kemeja depan Dixon kusut seperti seseorang mencengkeram hingga kusut menyebabkan kesalahpahaman pada siapa pun yang melihatnya. Freya memperbaiki blus-nya seolah ingin menyembunyikan bukti yang -entah apa yang mereka lakukan – sambil tersenyum provokatif pada Regina.Regina merasa hatinya terpukul ingin berbalik meninggalkan tempat itu dan menangis. Namun dia menahan semuanya. Dia tidak ingin terlihat lemah dan membiarkan Freya memprovokasinya.Jangan biarkan wanita lain mengambil suamimu. Regina memutar kata-kata itu dalam kepalanya untuk menenangkan rasa sakit hatinya dan mengepalkan tangannya yang menggenggam bekal makan siang agar tidak melemparkan barang ke arah pasangan zina itu.Dixon tidak terlihat akan menjelaskan apa yang dia lakukan dengan Freya sebelum dia masuk, pikir Regina pahit. “Regin
Freya menatapnya tidak percaya, matanya memanas seolah dia akan menangis.“Dixon, bagaimana bisa kamu memperlakukan aku seperti ini,” ujarnya seolah dia sangat terluka.Regina mengangkat alis melihat sikapnya yang sangat berbeda dengan sikap sombong yang dia perlihatkan pada Regina.Apa itu tipe gadis yang disukai Dixon, manja dan kekanakan? Pikir Regina. Walau pun begitu dia tidak ingin terlihat menyedihkan membiarkan wanita lain manja pada suaminya di depannya seolah status ‘istri’ tidak berarti.“Kakak, sikap apa yang kamu perlihatkan pada suamiku? Apa kamu pikir kamu masih pacarnya?” ujar Regina dingin.Freya menoleh memelototinya.“Tidak urusannya dengan kamu! kamu bukan siapa-siapa selain hanya penggantiku!”Bibir Regina berkedut. Tangannya terkepal erat di sisi tubuhnya.Dia melirik suaminya tanpa ekspresi.“Dixon, aku tidak peduli kamu menjalin hubungan apa dengan kakakku di belakangku. Tapi tolong jangan berselingkuh terang-terangan di depanku, jika kamu masih menghargai aku
“Jika kamu tidak senang aku mengganggu, aku akan pergi. Aku tidak akan datang lagi untuk mengganggumu.”Dixon menoleh menatapnya tajam.“Kenapa kamu selalu tanpa perasaan?”“Mengapa kamu menyebutku tanpa perasaan?” Regina balik bertanya tersinggung.“Aku memberimu ruang untuk bermesraan dengan pacarmu sudah cukup baik untuk seorang istri. Kenapa kamu malah marah-marah padaku?” “Karena kamu istriku, kamu seharusnya marah dan bukannya mengalah dan pergi begitu saja.”“Jika aku benar istrimu, aku akan melemparkan kotak makan ke kepala kalian berdua sejak melihat kalian berpelukan dan berciuman. Tapi kita hanya suami istri dalam kontrak. Aku tidak ingin menangis saat kamu lebih memilih membela Freya! Aku tidak ingin menjadi orang tersakiti.” Regina berkata dingin sebelum mendengus.“Aku tidak punya hak marah atau mencerca kalian. Aku minta maaf jika sudah menyinggungmu. Ke depannya ini tidak akan terjadi lagi,” lanjutnya dingin.Dixon terdiam tidak bisa berkata-kata.“Bukan maksudku sepe