Walau menyebalkan, tapi memang Noah seorang Klein. Pria itu sangat tampan dan juga kaya. Saat berada di atas helikopter mewahnya, pria itu dengan santai menawarkan segelas champagne yang segera Emily tolak. Wanita itu tak mau kejadian kemarin terulang lagi. Pria itu tertawa lalu menenggak segelas penuh champagne lalu mengecap dengan berisik.“Rugi, ini enak sekali, aaah segar,” ujar Noah sambil terkekeh mengejek.Emily mendengus lalu duduk bersandar dan memakai sabuk pengaman lalu melipat kedua tangannya di depan.“Begitu kita sampai nanti, kita akan segera pergi,” ujar wanita itu tak menanggapi apa yang Noah katakan.“Hmm kalau dipikir- pikir, tadi aku belum sarapan, dan sekarang jam makan siang pun sudah mau lewat. Clark, aku mau makan,” ujar Noah sambil menatap ke arah pilot.“Rumah atau … ?” Pria berkacamata hitam menoleh ke arah Noah. Senyuman miring yang muncul di wajah Noah membuat Emily merinding karena tanpa bertanya lebih lanjut, sang pilot sudah tahu Noah mau kemana.“Kita
Pria itu menggandeng Emily dengan lembut lalu segera memberikan semacam tur dari tempat tinggalnya dengan semangat. Pria itu menceritakan tentang apa saja yang terjadi di tiap sudut kastil cantik itu.Awalnya Noah menceritakan semuanya dengan gaya mengejek. Sesungguhnya bagi pria itu, masa kecilnya sama sekali tidak ada yang bisa dibanggakan.Namun seiring dengan melihat antusiasme dari Emily, Noah menjadi sangat semangat untuk menjawab tiap pertanyaan dari wanita itu.“Tangga ini kalau aku nggak salah ingat sudah dari tahun 1800-an,” ujar Noah sambil memamerkan ukiran kayu yang berwarna coklat kehitaman. Pria itu kembali terpesona pada bola mata Emily yang melebar karena melihat keindahan ukiran kayu tangga. Wanita yang pernah dia ajak dulu, tak akan peduli dengan semua keindahan ini. Mereka hanyalah wanita berpikiran dangkal yang tak ada kemampuan memikirkan semua ini. Mereka hanya memikirkan tubuh dan ketampanan Noah dan juga tentunya kekayaan Noah.Mereka semua sangat berbeda dib
Pria itu hanya memotong roti tawar secara diagonal menjadi dua bagian. Tentunya dia melepas jas dan hanya mengenakan kemeja putih dibalik celemeknya. Lengan kemejanya dia gulung sampai siku secara asal. Tapi mengapa itu tampak sangat seksi di mata Emily? Wanita itu terus memperhatikan pria itu bekerja sambil bersiul membuat makan siang mereka. Sambil memberikan lirikan kepada Emily di bawah alisnya yang tebal, Noah tersenyum miring ketika mulai memberikan mayonaise di atas daun lettuce.“Daun ini segar sekali,” ucapnya sambil mencomot sedikit dan memasukkan daun hijau itu ke mulutnya ketika ada yang terjatuh. Perhatian Emily segera tertuju pada bibirnya yang tebal. Hal yang lazim tentunya, untuk mencomot makanan jika terjatuh tapi entah kenapa hal itu begitu sensual buat Emily.“Kamu mau coba?” tanya Noah tiba- tiba sambil menyodorkan daun lettuce itu ke mulut Emily. Otomatis Emily membuka mulutnya dan pria itu menyuapi sambil tersenyum. “Enak kan, seger banget!” Pria itu kembal
Pria itu merasakan tubuh Emily yang halus. Wanita ini memang berbeda, dari awal dia merasakan kulitnya yang mulus dengan jarinya, Noah tak bisa melupakannya. Wanita itu menggeliat saat merasakan sentuhannya. Ini gila, Noah tak pernah merasakan seperti ini terhadap seorang wanita. Tapi makhluk itu kini meringkuk dalam pelukannya dan rasanya sempurna. Noah memang biasa tak berpikir panjang, sepanjang hidupnya hanya bermain- main, namun kini saat merasakan Emily, dia ingin merasakannya saat ini juga. Walau gila, Noah tak segila itu seharusnya. Bagaimana bisa dia menginginkan Emily di tengah taman seperti ini. Namun aroma manis wanita itu benar- benar membuat si tampan Jaggy siap berperang. “Kamu membuatku gila Em,” erang Noah sambil melihat jagoannya di bawah sana. Jaggy sudah menuntut untuk beraksi, padahal mereka berada di tengah taman yang terbuka, di bawah sinar matahari terik. “Eh eh eh, kenapa ya aku buat kamu gila. Aku hanya makan sandwich buatan kamu. Aku ketagihan, sandwich
Seperti kata pepatah, sepintar -pintarnya bangkai ditutupi, baunya tetap tercium juga. Setelah berhasil menyembunyikan percintaan terlarangnya dengan Kevin, Bianca Thomas gagal menyembunyikan kehamilan pada mama tirinya. Begitu pula perasaan Bianca saat Alice, mama tirinya menatapnya dengan penuh amarah. Bianca sama sekali tak bisa menutupi apapun dari mama tirinya. Wanita itu memegang benda pipih berwarna putih itu sambil menatap Bianca tidak percaya. Bianca sudah hamil dan mengacaukan semua rencana mama tirinya. Sebenarnya ini adalah cara penolakan Bianca, atas perjodohannya dengan Noel Klein, CEO dari Goro Grup. Tapi rencananya yang brilian itu gagal karena ternyata, Kevin yang menjadi tumpuan harapan Bianca malah mengkhianatinya dan menghilang. Alice sudah sangat senang saat Karen, mama dari Noel Klein, setuju untuk menjodohkan anak mereka. Pernikahan pun juga sudah mulai disiapkan, tapi kenyataan seperti ini, membuat Alice hampir mati berdiri. "Bagaimana anak tiriny
Wanita muda itu menutup mata, mencoba tidur. Tetapi rasa perih dan ngilu di perutnya, membuatnya terus mengerang kesakitan. Kepalanya terasa pusing dan perdarahannya belum juga berhenti. Bianca membuka matanya dan menatap langit-langit kamarnya. Dia mendesah sedih memandang sekeliling kamarnya. Walau semua benda di kamarnya seakan berteriak mahal, tapi kemewahan yang melimpah tidak berarti apa-apa bagi Bianca sekarang. Dengan limbung berjalan ke kamar mandi untuk kembali mengganti pembalut. Sambil menghela napas, wanita itu menatap bathup. Berendam dengan air panas di dalam bak sepertinya akan menyenangkan. Wanita itu mulai mengisi air hangat dan masuk, merendam seluruh tubuhnya, pilu di perutnya sedikit mereda, namun hatinya terasa kosong dan kesepiannya semakin menjadi-jadi. Dengan kepala terasa berputar, wanita muda itu merendam dirinya dan menikmati sensasi kehangatan air panas memeluk dirinya. Bianca lalu mengambil obat penenang yang diberikan dokter, dan meminumnya
Karen, mamanya Noel menatap dengan tatapannya yang menusuk, seperti biasa Noel menunduk dan kembali ke masa kecilnya, di mana dia memecahkan pot bunga kesayangan mamanya. Wanita itu tidak berkata apa-apa hanya diam seakan Noel tak ada dan tidak mau menatap Noel selama 3 hari penuh. Noel kecil sama seperti Noel dewasa, dia langsung takut Karen akan membenci dirinya dan otomatis mengikuti apa kemauan mamanya, waktu itu adalah dia masuk kelas piano, yang Noel benci. Kini sama saja, dia harus menikah. Noel tidak pernah menyukai wanita, menurutnya wanita makhluk aneh yang terlalu sering mengeluarkan air mata. Wanita juga tidak pernah jelas apa maunya, dia harus menelaah wajah Karen, dan memperkirakan apa keinginan wanita tua itu, dan seringnya pria itu salah. Kali ini mamanya berkata jelas, bulan depan dia akan menikah dengan putri keluarga Thomas, Bianca namanya. Mereka membutuhkan aset pabrik PT. Thomas untuk bekerja sama di bidang pakan ternak. Noel waktu itu hanya bisa m
Menulis buku harian adalah kebiasaan yang terus dia lakukan setelah mengikuti konseling beberapa waktu yang lalu. Seperti biasanya anak-anak di kalangan mereka, rata-rata semua mengikuti sesi di psikolog untuk mengatasi berbagai masalah kejiwaan. Kalau untuk kasus Noel, psikolog yang belum mengetahui apa masalah yang ada di dirinya akhirnya menyuruh Noel untuk menulis apa yang tak bisa dia katakan, ke buku hariannya. Perasaan tak nyaman itu sudah mulai hilang, namun menulis seperti ini sudah menjadi kebiasaannya setiap mengakhiri hari. Noel meregangkan tubuhnya, lalu masuk ke dalam kamarnya untuk beristirahat. Pria itu tercengang sesaat karena lupa kalau dia sudah memiliki istri sekarang. Saat membuka pintu kayu rumah itu, dia terpana melihat istrinya tertidur dengan rambutnya yang terurai bagai mahkota di sekeliling bantal. “Cantik, tulisannya tadi tidak salah, istrinya memang sangat cantik,” pikirnya segera keluar kembali dan tidur di ruang bacanya tadi. Noel merebahkan